Saat Muslim AS Menangi Pilkada New York dan Virginia
kumparanNEWS November 06, 2025 10:40 AM
Zohran Mamdani memenangi pilwalkot New York City. Mamdani yang berusia 34 tahun ini dikenal sebagai sosok kiri di politik Amerika Serikat (AS).
Dikutip dari Reuters, Rabu (5/11), Mamdani mengalahkan Andrew Cuomo maju sebagai calon independen. Cuomo sebelumnya kalah dalam pemilihan pendahuluan untuk calon kandidat Demokrat.
Dewan pemilihan mengatakan, lebih dari 2 juta surat suara termasuk surat suara saat pemilu awal telah dikumpulkan. Ini menjadi surat suara terbanyak yang terkumpul di New York City sejak 1969.
Selama kampanye, Mamdani menawarkan kebijakan sayap kiri yang ambisius seperti membekukan biaya sewa bagi hampir satu juta apartemen dan menggratiskan biaya bus kota.
Zohran Mamdani: New York Tak Akan Jual Islamofobia Demi Menang Pemilu
Perbesar
Calon Wali Kota New York City dari Partai Demokrat, Zohran Mamdani, berpidato setelah memenangkan pemilihan Wali Kota New York City 2025, pada rapat umum malam pemilihan di wilayah Brooklyn, New York City, New York, AS, Rabu (5/11/2025). Foto: Jeenah Moon/REUTERS
Wali Kota terpilih New York City, Zohran Mamdani, berjanji akan menjadikan New York tempat merayakan keberagaman. Hal ini diungkap Mamdani dalam pidato kemenangannya.
"Di sini kami percaya untuk membela mereka yang kami sayangi, entah Anda seorang imigran, anggota dari komunitas trans, salah satu dari perempuan kulit hitam yang dipecat Donald Trump dari pekerjaan federal, ibu tunggal yang masih menunggu harga bahan makanan turun atau siapa pun yang terdesak, perjuangan Anda adalah perjuangan kami juga," kata Mamdani, dikutip dari The Guardian, Rabu (5/11).
Mamdani juga berjanji akan menjadikan New York kota yang toleran di antara berbagai komunitas agama yang ada.
"Kami akan membangun balai kota yang berdiri teguh bersama warga Yahudi New York dan tak goyah dalam melawan momok antisemitisme di mana lebih dari 1 juta umat Muslim tahu bahwa mereka berhak tidak hanya di lima wilayah kota ini, tapi juga di gedung-gedung kekuasaan," ujarnya.
"New York tidak akan lagi jadi kota tempat Anda memperdagangkan Islamofobia dan memenangkan pemilu," tegasnya lagi.
Mamdani yakin New York akan menjadi cahaya di tengah kegelapan politik. Di sisi lain, dia menyadari ada kekhawatiran terkait umur dan pengalamannya begitu nanti menjabat wali kota.
"Ketika kita memasuki balai kota dalam 58 hari, ekspektasi akan tinggi. Kami akan memenuhinya," ungkapnya.
Ia meyakini kehebatan New York City ke depan bukan sesuatu yang abstrak, tapi akan dapat dirasakan oleh semua orang.
"Ini akan dirasakan para ibu tunggal yang merasa aman dalam perjalanannya dan mereka yang merasakan laju bus cukup kencang supaya tidak perlu buru-buru mengantar anak ke sekolah agar tiba di tempat kerja tepat waktu. Dan ini akan dirasakan saat warga New York membuka koran di pagi hari dan membaca berita utama tentang kesuksesan, bukan skandal. Yang terpenting, ini akan dirasakan oleh setiap warga New York ketika kota yang mereka cintai akhirnya mencintai mereka kembali," pungkasnya.
Zohran Mamdani Rayakan Kemenangan, Sebut New York Tahu Cara Kalahkan Trump
Perbesar
Calon Wali Kota New York City dari Partai Demokrat, Zohran Mamdani, menyapa seorang pendukung selama pemilihan wali kota New York City di PS 20 The Clinton Hill School, di wilayah Brooklyn, New York City, AS, Selasa (4/11/2025). Foto: Kylie Cooper/REUTERS
Wali Kota terpilih New York City, Zohran Mamdani, menyinggung Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dalam pidato kemenangannya. Sebelum pemungutan suara, Trump memang kerap menyerang Mamdani — politikus Demokrat berusia 34 tahun.
Di hadapan para pendukungnya, Mamdani menyebut kemenangannya sebagai bukti bahwa rakyat bisa mengalahkan Trump. Berdasarkan perhitungan Fox News, Mamdani berhasil meraih 50 persen suara dalam pilwalkot kali ini.
“Jika ada yang bisa menunjukkan kepada bangsa yang telah dikhianati Donald Trump cara mengalahkannya, kota itulah yang melahirkannya,” ujar Zohran Mamdani seperti dikutip dari AFP.
“Di masa kegelapan politik ini, New York akan menjadi cahayanya,” lanjut pria keturunan India yang lahir di Uganda.
Adapun Trump, politikus Republik yang berasal dari New York, secara terbuka menekan Mamdani agar tidak terpilih menjadi wali kota.
Kenapa Trump Benci dengan Zohran Mamdani?
Perbesar
Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyampaikan keterangan kepada wartawan saat perjanjian tentang logam langka dan mineral kritis selama pertemuan di Ruang Kabinet Gedung Putih, Washington, D.C., AS, Senin (20/10/2025). Foto: Kevin Lamarque/Reuters
Zohran Mamdani mencetak sejarah sebagai wali kota Syiah pertama New York City. Tak cuma itu, dia merupakan warga AS keturunan Asia Selatan pertama yang menjadi wali kota New York City.
Mamdani merupakan calon walkot dari Demokrat. Dia mendeskripsikan dirinya sebagai imigran Muslim yang progresif dan sosialis demokratik.
Mamdani mendapat dukungan besar dari warga New York City. Dalam penghitungan suara yang dilakukan berbagai lembaga, Mamdani mengantongi suara di atas 50%.
Selama kampanye, Mamdani menawarkan sejumlah program kerja yang dia nilai menguntungkan rakyat seperti meningkatkan pajak perusahaan, memberlakukan pajak tinggi kepada orang kaya, membekukan biaya sewa apartemen, membangun hunian terjangkau, dan menggratiskan biaya bus.
Meski tidak pernah mengomentari secara langsung program kerja Mamdani, Trump berkali-kali menyebutnya sebagai seorang komunis. Pada 27 Juni lalu, Trump menyebut sosok Mamdani sangat dikhwatirkan oleh para pebisnis.
"Mereka khawatir bahwa seseorang seperti komunis dari New York ini suatu hari akan terpilih jadi wali kota," kata Trump pada 27 Juni lalu, dikutip dari CNBC.
"Dia adalah komunis. Kita akan jadi kota komunis. Itu sangat buruk bagi New York," lanjutnya.
Selain menyebut Mamdani sebagai komunis, Trump pernah mengancam akan menangkap dan mendeportasi Mamdani. Dikutip dari The Washington Post, Mamdani saat itu mengkritik kebijakan imigrasi Trump yang keras, menyebutnya rasis dan inkonstitusional.
"Saya akan menangkapnya," kata Trump saat mengunjungi pusat penahanan sementara imigran di Florida pada 2 Juli lalu.
"Kami tidak membutuhkan komunis di negara ini, tapi jika ada, saya akan memantaunya dengan hati-hati demi bangsa ini," lanjut Trump.
Letnan Gubernur Virginia: Ghazala Hashmi
Perbesar
Letnan Gubernur Muslim pertama di AS, Ghazala Hashmi. Foto: Steve Helber/AP Photo
Tak hanya Zohran Mamdani pemeluk Islam yang menang pada pemilihan kepala daerah serentak di Amerika Serikat (AS), pada Selasa (4/11).
Jika Mamdani adalah wali kota Muslim pertama di AS, Ghazala Hashmi juga memegang rekor nyaris serupa. Keduanya juga keturunan India.
Hashmi berhasil menjadi letnan gubernur Muslim pertama di AS. Letnan gubernur adalah jabatan serupa wakil gubernur di Indonesia.
Hashmi berhasil menang pada pemilihan letnan gubernur di Negara Bagian Virginia. Di sana pemilihan gubernur dan letnan gubernur dilakukan terpisah.
Kemenangan Hashmi disampaikan lewat perhitungan media NBC News. Politikus Partai Demokrat ini akan mendampingi Abigail Spanberger yang juga rekan separtainya, sebagai gubernur.
Saat menyampaikan pidato kemenangan, Hashmi menegaskan, kemenangan ini sepenuhnya berkat dukungan para pendukungnya.
“Perjalanan saya sendiri, dari seorang anak kecil yang mendarat di bandara Savannah hingga kini terpilih sebagai perempuan Muslim pertama yang meraih jabatan di tingkat negara bagian,” ujar Hashmi seperti dikutip dari NBC.
“Perempuan Muslim pertama yang meraih jabatan di tingkat negara bagian, bukan hanya di Virginia, tetapi di seluruh negeri,” sambung dia.
Letnan Gubernur
Di Virginia, letnan gubernur (letgub) memegang tanggung jawab resmi lebih sedikit. Namun, letgub berperan sebagai penentu keputusan penting di senat negara bagian.
Letnan gubernur di Virginia merupakan orang pertama yang menggantikan gubernur jika terjadi kematian atau pengunduran diri.
Adapun kemenangan Hashmi diapresiasi oleh Ketua Komite Nasional Partai Demokrat Ken Martin.
“Wakil Gubernur terpilih Hashmi menjalankan kampanye yang sangat terfokus pada penurunan biaya, pertumbuhan ekonomi Virginia, dan memastikan anak-anak kita memiliki akses ke layanan penitipan anak dan pendidikan berkualitas tinggi,” jelas Martin.