Ringkasan Berita:
- Pelaku utama, seorang wanita berinisial SY (30), ditangkap setelah mengaku menjual Bilqis seharga Rp 3 juta kepada wanita lain yang ia kenal di dunia maya.
- Ironisnya, SY mengaku tidak tahu nama maupun identitas pembeli tersebut.
- Menurut penyelidikan, pembeli datang langsung ke Makassar menjemput Bilqis dan membawanya ke Jakarta.
SERAMBINEWS.COM - Kasus hilangnya Bilqis Ramdhani (4), bocah asal Makassar, Sulawesi Selatan, membuka fakta kelam tentang jaringan perdagangan anak yang beroperasi lewat media sosial.
Polisi kini memastikan penculikan itu bukan sekadar kasus tunggal, melainkan bagian dari praktik jual-beli anak lintas provinsi.
Pelaku utama, seorang wanita berinisial SY (30), ditangkap setelah mengaku menjual Bilqis seharga Rp 3 juta kepada wanita lain yang ia kenal di dunia maya.
Ironisnya, SY mengaku tidak tahu nama maupun identitas pembeli tersebut.
“Saya juga tidak tahu siapa namanya itu orang. (Saya jual) Rp 3 juta, saya ditawarkan sama itu orang,” ujar SY di hadapan polisi.
Menurut penyelidikan, pembeli datang langsung ke Makassar menjemput Bilqis dan membawanya ke Jakarta.
Dari pengakuan ini, polisi menelusuri jejak komunikasi digital para pelaku hingga akhirnya menemukan Bilqis dalam kondisi selamat.
Kapolrestabes Makassar, Kombes Pol Arya Perdana, menyebut penyelidikan mengarah pada praktik perdagangan anak yang memanfaatkan media sosial untuk mencari korban.
“Besok kita akan rilis, karena kami masih harus melakukan pemeriksaan. Baik terhadap anaknya, orangtuanya, juga pelaku-pelakunya,” kata Arya, Minggu (9/11/2025).
Selain SY, polisi juga menangkap dua pelaku lainnya di Jambi, yakni Ade Friyanto dan Mery Ana, yang diduga menjadi bagian dari rantai jual-beli anak ini.
Awal Hilangnya Bilqis
Kejadian bermula pada Minggu (2/11/2025), saat Dwi Nursam (34), ayah Bilqis, membawa anaknya bermain di Taman Pakai Sayang, Jalan A. P. Pettarani, Makassar.
Ketika Dwi berlatih tenis, Bilqis yang semula bermain di pinggir lapangan tiba-tiba menghilang tanpa jejak.
Empat hari kemudian, rekaman CCTV memperlihatkan seorang wanita menggandeng Bilqis keluar dari area taman yang belakangan diketahui sebagai SY.
Selama pencarian, keluarga Bilqis justru diteror oleh sejumlah telepon misterius dari orang tak dikenal yang mengaku mengetahui keberadaan anak itu.
“Ada yang hubungi ipar saya, minta uang Rp 100 ribu sampai Rp 2 juta. Katanya tahu di mana anak saya, tapi ternyata penipu,” ungkap Dwi.
Setelah sepekan penuh ketegangan, Bilqis akhirnya ditemukan selamat dan kini telah kembali ke pangkuan orangtuanya di Makassar. Polisi memastikan korban dalam kondisi sehat tanpa luka.
Namun kasus ini menjadi peringatan keras bahwa media sosial kini menjadi lahan baru bagi pelaku perdagangan anak mencari korban.
Kasus Bilqis menunjukkan bahwa perdagangan anak tidak lagi hanya terjadi di jalanan, melainkan juga di ruang digital, tempat di mana identitas palsu, transaksi daring, dan rayuan mudah terjadi tanpa jejak nyata.
Polisi mengimbau masyarakat untuk lebih waspada terhadap interaksi online, terutama terhadap tawaran mencurigakan yang melibatkan anak-anak.
“Kejahatan semacam ini bisa menyasar siapa saja. Kewaspadaan orang tua adalah benteng pertama,” tegas Kombes Arya.(*)