Ringkasan Berita:Kasus mata kering (Dry Eye Disease/DED) semakin meningkat akibat kebiasaan hidup modern seperti terlalu lama menatap layar ponsel atau komputer, paparan AC, polusi, dan kurangnya asupan air.Dokter spesialis mata menjelaskan bahwa mata kering disebabkan oleh banyak faktor — dari menurunnya frekuensi berkedip, pengaruh hormonal.Pencegahan dapat dilakukan dengan langkah sederhana, seperti sering berkedip saat menatap layar, memperbanyak minum air.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Nonton drama Korea berjam-jam sambil menatap layar ponsel mungkin terdengar menyenangkan.
Tapi tanpa disadari, kebiasaan itu bisa membuat mata pelan-pelan kehilangan kelembapan alaminya.
Fenomena mata kering akibat gaya hidup modern kini kian umum terjadi.
Menurut Dokter Spesialis Mata dari JEC Eye Hospitals and Clinics hampir setiap faktor di sekitar kita, mulai dari AC, kipas angin, hingga polusi kota, dapat memicu Dry Eye Disease atau DED.
“Mata kering itu penyebabnya banyak banget, multifaktorial. Jadi kita nggak bisa obatin mata kering seperti flu, obatnya cuma satu, nggak bisa,” ungkap dr. Eka pada awak media di bilangan Jakarta, Minggu (9/11/2025).
Ia menjelaskan, mata memiliki lapisan air mata yang terdiri dari lipid, air, dan musin. Ketiganya bekerja menjaga kelembapan dan kejernihan kornea.
Sayangnya, berbagai kebiasaan modern membuat keseimbangan itu mudah terganggu.
Menatap layar komputer atau ponsel dalam waktu lama menurunkan frekuensi berkedip hingga setengahnya.
“Kalau kita fokus banget, mata jarang berkedip, akhirnya permukaannya cepat kering,” katanya.
Bukan hanya itu. Polusi udara, sinar matahari langsung, hingga udara dingin dari pendingin ruangan bisa mempercepat penguapan air mata.
Kebiasaan merokok dan kurang minum air juga memperparah kondisi tersebut.
“Rokok itu asapnya bisa bikin mata kering, kemudian diet rendah omega-3 juga bisa bikin mata kering,” jelas dr. Eka.
Ia menyebut, kelompok wanita lebih rentan terkena mata kering karena pengaruh hormonal.
Risiko juga meningkat seiring usia di atas 40 tahun.
“Termasuk saya, dokter mata pun nggak bebas dari risiko ini,” ujarnya sambil tersenyum.
Selain itu, penggunaan lensa kontak tanpa pelembap tambahan, konsumsi obat antihipertensi, antidepresan, dan alergi, hingga penyakit autoimun seperti Sjogren’s syndrome bisa memicu kondisi yang sama.
Meski tampak sederhana, efek mata kering sangat mengganggu aktivitas harian, dari membaca, bekerja, hingga mengemudi.
“Kadang orang pikir matanya merah karena kurang tidur, padahal karena air mata tidak stabil,” ungkap dr. Eka.
Ia menyarankan masyarakat lebih peduli dengan kesehatan mata di era digital ini.
Beberapa langkah sederhana seperti sering berkedip, menjaga asupan air, memperbaiki sirkulasi udara di ruangan, serta mengonsumsi makanan kaya omega-3 dapat membantu menjaga kelembapan alami mata.
“Mata itu kecil, tapi dampaknya besar. Kita pakai setiap detik untuk melihat dunia, jadi jangan tunggu rusak dulu baru dirawat,” pesannya.