Balada Sudarmaji, Manusia Goa Yang Belasan Tahun Menyepi di Lereng Anjasmoro Jombang Demi Ketenangan
Deddy Humana November 11, 2025 12:32 AM
Ringkasan Berita:
  • Seorang warga Jombang tinggal seorang diri di dalam goa di Gunung Anjasmoro, tepatnya di Dusun Sidolegi, Desa Sumberjo, Kecamatan Wonosalam, Kabupaten Jombang.
  • Di Goa Anggas Wesi itu, Sudarmaji sudah tinggal bertahun-tahun dan selalu menolak diajak pindah ke tempat yang layak.
  • Keberadaan manusia goa itu menjadi perbincangan sehingga mengundang pengunjung, selain untuk sekadar lewat atau menjalani ritual bersemedi.

 

SURYA.CO.ID, JOMBANG - Di tengah derasnya arus modernisasi dan gegap gempita kehidupan kota, masih ada orang yang memilih jalan berbeda. Itu pula yang dijalani Sudarmaji (60), yang menghabiskan puluhan tahun hidup seorang diri menjadi 'manusia goa'.

Itu sebutan dalam arti sebenarnya karena ia tinggal di dalam goa di kaki Gunung Anjasmoro, tepatnya di Dusun Sidolegi, Desa Sumberjo, Kecamatan Wonosalam, Kabupaten Jombang.

Di Goa Anggas Wesi, tempat sunyi yang tersembunyi di tengah hutan jati itulah, Sudarmaji bermukim tanpa sanak dan saudara, menyangkal kedekatan dengan masyarakat.

Menemui Sudarmaji memang tidak mudah. Perjalanan menuju goa itu butuh waktu 48 menit dari Alun-alun Jombang, dengan jarak tempuh 33 KM menuju Desa Sumberjo.

Setelah itu masih harus menelusuri jalan menanjak dan licin dengan sepeda motor selama 35 menit, disusul trek curam sejauh 50 meter dengan berjalan kaki. 

Di kanan kiri jalan, pepohonan jati menjulang, menyisakan suara serangga dan gemerisik daun yang menjadi musik pengiring langkah.

Namun segala lelah itu seolah sirna begitu sampai di lokasi. Dari luar, Goa Anggas Wesi tampak seperti rumah sederhana yang menyatu dengan alam. 

Di mulut gua, terlihat baju-baju bergelantungan, ember penampung air hujan, dan sebuah kasur tipis yang menjadi tempat beristirahat Sudarmaji. 

Di dalamnya lampu minyak menggantung, jam dinding dan kalender menempel di batu, sementara aroma dupa samar memenuhi udara. "Di sini saya tenang," ucap Sudarmaji. 

Sudarmaji sangat tertutup dengan kehidupan pribadinya, saat ditanya alasannya bertahan di gua itu pun ia enggan bercerita tentang masa lalu. Ia hanya menyebut berasal dari Boyolali, Jawa Tengah.

Bagi Sudarmaji, kesunyian adalah teman, bukan hukuman. Ia hidup dengan cara sederhana. Mandi di sungai kecil di bawah gua, memasak menggunakan tungku kayu, dan sesekali menyalakan radio tua untuk mendengar kabar dunia luar. 

Tidak Selalu Menutup Diri 

Untuk makan, ia sering mendapat pemberian dari pengunjung yang datang ke sekitar gua untuk bertapa, kadang sehari atau berhari-hari. Ia hidup dari uluran tangan pengunjung yang hendak bertapa. 

Dari para pengunjung itulah ia kerap diberi uang dengan nominal yang tidak pasti. Dengan uang itulah terkadang ia turun ke desa menggunakan sepeda motor bebek miliknya untuk membeli kebutuhan seperti makan dan minum.

Meski terisolasi, Sudarmaji tidak sepenuhnya terputus dari manusia. Para pengunjung dan pencari ketenangan batin kerap datang ke Goa Anggas Wesi untuk bertapa. 

Dari mereka, Sudarmaji mendapat sedikit uang atau makanan sebagai tanda terima kasih. Di dalam ruang kedua gua, terdapat arca batu dan peralatan ritual yang menjadi saksi bisu aktivitas spiritual sejak zaman Majapahit.

Sudarmaji juga diketahui belum pernah menikah dan tidak memiliki anak. Hidupnya tidak hanya di goa karena terkadang sepekan sekali menuju Trowulan, Mojokerto untuk menemui temannya yang sudah dianggap keluarga. 

Menurut Abdul Sholeh Sobirin, Kepala Dusun Sidolegi, masyarakat sekitar sebenarnya sudah beberapa kali  mengajak Sudarmaji pindah ke tempat yang lebih layak. Namun Sudarmaji selalu menolak.

"Kita dan pihak Perhutani sudah berusaha memberi tempat di luar goa supaya lokasi bisa steril dari pengunjung, tetapi orangnya tidak mau pindah," ucap Sholeh saat dikonfirmasi SURYA, Senin (10/11/2025). 

Ia juga mengatakan jika sejatinya warga tidak merasa terganggu. Hanya saja, pengunjung yang datang kerap terganggu dengan bau menyengat yang datang dari goa di mana Sudarmaji bermukim. "Warga di sini tidak merasa terganggu, hanya pengunjung saja yang kurang nyaman," ungkapnya. 

Bagi sebagian orang, tinggal di goa mungkin terdengar aneh, bahkan menakutkan. Tetapi bagi Sudarmaji, guoa yang sudah ia tempat 10 tahun itu adalah rumah dan dunia yang memberi ketenangan. 

Sebelum tinggal di goa tengah hutan, Sudarmaji juga tidak bercerita banyak soal kehidupannya semasa itu. Ia hanya bercerita apa yang diperlukan, selebihnya ia kembali diam dan kerap mengalihkan pembicaraan dengan bercanda.

Setiap hari ia bangun bersama kabut pagi, menyaksikan cahaya matahari menembus celah pepohonan, dan menutup malam dengan suara aliran air dari atas bukit.

Jika malam tiba, ia hanya mengandalkan lampu minyak gantung dengan binar warna kuning dan dupa yang digunakan untuk mengusir nyamuk. 

Goa Anggas Wesi sendiri memiliki jejak sejarah panjang. Menurut warga, gua ini pernah digunakan sebagai tempat pertapaan pada masa Kerajaan Majapahit.

Dan dipercaya memiliki lorong gaib yang menghubungkannya dengan goa lain di sekitar lereng Anjasmoro. Meski belum banyak bukti arkeologis, mitos itu tetap hidup di kalangan masyarakat.

Goa Anggas Wesi berada di Desa Sumberjo. Letaknya di petak 37F, Resort Pemangkuan Hutan (RPH) Sumberjo, Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Jabung, KPH Jombang dan luasnya 0,1 hektare, digolongkan kelas hutan kawasan penggunaan khusus (KPKh).

Kini, Goa Anggas Wesi bukan sekadar tempat tinggal seorang kakek misterius. Ia menjadi potret kontras antara kehidupan modern dan pilihan hidup yang sederhana. 

Di sana, di tengah hutan yang sunyi, Sudarmaji terus menjaga kesendirian yang dianggapnya sebagai kebahagiaan. *****

 

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.