BANJARMASINPOST.CO.ID- Suasana tenang subuh itu berubah menjadi kepanikan di Jalan AES Nasution Gang Silaturahim RT 04, Kelurahan Gadang, Kecamatan Banjarmasin Tengah, Kota Banjarmasin, Jumat (7/11).
Teriakan warga terdengar. Api tiba-tiba membesar, menjalar cepat, membakar apa saja yang dilewatinya. Armiati (73), yang tertidur lelap karena lelah seharian mencari barang bekas, nyaris tak sempat menyelamatkan diri.
“Api berputar dan langsung membesar,” kenangnya sambil mengusap mata yang berkaca-kaca.
Dia dibangunkan oleh anak bungsunya, Dian. Setelah mengeluarkan sang ibu dari rumah, Dian berteriak minta tolong. Barulah warga sadar dan ikut menyelamatkan diri.
Rumah Armiati hangus, termasuk dokumen penting. Tempat tinggal yang selama ini menjadi satu-satunya ruang istirahat tinggal puing.
Lebih tragis lagi tetangganya. Tusradi (50) beserta istri, Marini (46) dan putri mereka, Nur Haliza (11), tewas di dalam rumah.
Keluarga ini hanya tersisa si sulung, Ari, yang malam itu tidur di rumah teman. Delapan rumah warga tinggal puing diamuk api.
Armiati masih tak percaya tetangganya tewas terbakar.
“Kasihan juga Adi (Tusradi). Wajahnya tidak kelihatan lagi,” ucapnya kepada BPost.
Satu-satunya benda yang masih utuh adalah gerobak kecil, alat kerja yang selama ini menemaninya mencari barang bekas dari pagi hingga malam.
“Sisa ini nah. Gerobak yang saya gunakan untuk bekerja,” ucap nenek ini sambil menatap gerobak tua yang menjadi simbol kegigihannya.
Di tengah kesedihan, Armiati tetap mendorong gerobaknya, menyusuri jalanan, berharap ada barang bekas yang bisa ditukar dengan rupiah untuk makan dan bertahan.
Meski bantuan berdatangan, Armiati mengaku tak berselera makan. Tubuhnya lemas, pikirannya masih dipenuhi bayangan kobaran api dan tempat tinggal yang hilang.
“Makan rasanya tidak nafsu, memikirkan tempat istirahat yang sudah tidak ada lagi. Kalau diingat api itu rasa ingin menangis lagi,” ucapnya mengusap mata.
Anak tertua mengajaknya tinggal di rumah. Namun jarak dan ruang yang sempit membuat Armiati memilih beristirahat di teras rumah warga yang bersedia menampungnya. “Biar saya guring di sini,” katanya.
Akibat kebakaran, Dian kehilangan usaha yang selama ini menjadi tumpuan keluarga. Satu anak lainnya juga terdampak. Rumahnya tinggal lantai dasar.
“Habis semua, kasihan nah anak usahanya terbakar. Kalau ada pekerjaan, tolong kasih. Saya sudah tua,” tutur Armiati berharap bisa berhenti mencari barang bekas.
Suasana Kampung Gadang kini dipenuhi aktivitas bebersih puing. Warga saling membantu, saling menguatkan. Di tengah abu dan reruntuhan, Armiati menatap dengan mata berkaca-kaca.
Harapan warga terdampak sederhana, mereka ingin sebuah tempat untuk beristirahat, sekadar ruang aman untuk melepas lelah. “Saya berharap dibantu, dibuatkan lagi rumah. Untuk guring saja tidak apa-apa,” ucapnya pelan namun penuh harap. (Banjarmasinpost.co.id/saifurrahman)