TRIBUNJATENG.COM, CILACAP - Penanganan darurat bencana di wilayah Majenang, Karangpucung, dan Wanareja, Kabupaten Cilacap, terus dilakukan hingga hari ketiga, Kamis (13/11/2025), dengan melibatkan alat berat dari BBWS Citanduy, Perhutani, dan Dinas PUPR.
Kepala Pelaksana Badan Penanggung Bencana Daerah (BPBD) Cilacap, Taryo mengatakan, pihaknya terus berupaya memulihkan akses jalan dan memastikan keselamatan warga terdampak.
Di Kecamatan Karangpucung, jalan Ciraja–Cirelang di Desa Surusunda kini sudah kembali bisa dilalui kendaraan roda dua dan empat setelah tertimbun longsor.
Menurut Taryo, pekerjaan di lokasi tersebut sudah mencapai 100 persen dan masyarakat kini bisa kembali beraktivitas seperti biasa.
Sementara itu, di Desa Bengbulang, Kecamatan Karangpucung, dua titik longsor di jalan Bengbulang–Sawangan juga mulai tertangani dengan progres mencapai 90 persen.
"Alat berat dari Dinas PUPR masih bekerja untuk menuntaskan pembersihan material agar jalur ini bisa benar-benar aman dilalui," jelas Taryo.
Di Kecamatan Wanareja, banjir masih menggenangi sebagian wilayah Desa Sidamulya dan Desa Tarisi dengan total lebih dari 800 rumah terdampak.
“Meski air mulai surut di Sidamulya, warga di Tarisi masih bersiaga karena ketinggian air mencapai 55 cm di dalam rumah dan hingga 140 cm di area persawahan,” ujar Taryo.
BPBD Cilacap juga mencatat kerusakan lahan pertanian di empat desa dengan total luas 103 hektare dan kerugian mencapai lebih dari Rp 220 juta.
Taryo menambahkan, kerugian paling besar terjadi di Desa Tarisi dengan lahan sawah terendam mencapai 50 hektare akibat genangan yang belum surut sepenuhnya.
Di Kecamatan Majenang, banjir menggenangi dua desa yaitu Desa Mulyasari dan Pahonjean serta tanah longsor di Desa Bener.
Desa Bener menjadi wilayah paling terdampak tanah longsor dengan total kerugian ditaksir mencapai Rp 650 juta dan 279 warga harus mengungsi.
“Sebagian warga kini masih bertahan di balai desa dan rumah kerabat, sementara kami terus berkoordinasi untuk memenuhi kebutuhan dasar para pengungsi,” ungkap Taryo.
Selain Desa Bener, pengungsian juga terjadi di Desa Mulyasari dengan jumlah 90 KK atau sekitar 150 jiwa.
Taryo menegaskan, BPBD tetap siaga penuh karena prakiraan BMKG menunjukkan potensi cuaca ekstrem masih bisa terjadi dalam dua hari ke depan.
"Kami mengimbau masyarakat agar tetap waspada, mengikuti informasi resmi dari BPBD dan segera melapor jika terjadi peningkatan debit air atau longsor susulan,” ujar Taryo. (ray)