Serikat Pekerja Didorong Tingkatkan Literasi Keuangan untuk Perkuat Posisi Tawar
Acos Abdul Qodir November 15, 2025 01:31 AM
Ringkasan Berita:
  • Serikat pekerja diajak kuasai laporan keuangan agar tak terus bergantung pada manajemen.
  • Investasi, strategi, dan masa depan pekerja dipertaruhkan dalam negosiasi berbasis data akurat.
  • Akademisi lintas bidang dorong transformasi serikat jadi mitra kritis perusahaan yang profesional.

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Literasi keuangan dipandang sebagai senjata strategis bagi serikat pekerja dalam memperkuat posisi tawar terhadap perusahaan. 

Kesadaran ini mengemuka dalam Workshop Literasi Keuangan Serikat Pekerja yang digelar di Antara Heritage Center, Pasar Baru, Jakarta Pusat, 12 November 2025.

Peserta diajak memahami laporan keuangan perusahaan mulai dari neraca, laba rugi, hingga arus kas sebagai dasar analisis dalam negosiasi. 

Menurut akuntan profesional sekaligus akademisi, Dr. Daryanto Hesti Wibowo, banyak serikat pekerja masih bergantung pada informasi dari manajemen atau pihak ketiga.

“Hal ini sering memunculkan miskomunikasi, kesalahan keputusan, hingga konflik internal,” ujar Daryanto, dikutip Jumat (14/11/2025).

Dengan kemampuan membaca data finansial, serikat pekerja diharapkan lebih mandiri dan kritis dalam menyusun strategi.

Akademisi dan pakar teknologi informasi, Dr. Bambang Irawan, menekankan pentingnya adaptasi serikat pekerja terhadap perkembangan zaman.

“Dengan data finansial yang akurat dan teknologi yang tepat, posisi tawar serikat akan semakin kuat dan profesional,” katanya.

Sementara itu, akademisi dan pakar komunikasi politik, Dr. Fajarina, menegaskan bahwa serikat pekerja harus siap menjadi mitra dialog yang kritis dan profesional dalam mendorong tata kelola perusahaan yang transparan.

“Literasi keuangan bukan hanya tentang angka tetapi tentang strategi dan masa depan kesejahteraan pekerja,” lugasnya.

Workshop ini memperlihatkan bagaimana literasi finansial dapat menjadi instrumen penguatan tata kelola perusahaan. 

Dengan pemahaman yang lebih baik atas data keuangan, serikat pekerja diharapkan mampu mengurangi ketergantungan pada informasi sepihak dari manajemen. 

Kehadiran akademisi lintas bidang akuntansi, teknologi informasi, dan komunikasi politik sangat signifikan.

Hal ini menunjukkan bahwa isu literasi keuangan pekerja memiliki dimensi yang multidisipliner.

Penguatan kapasitas serikat pekerja bukan semata soal angka atau data finansial.

Ini merupakan bagian dari strategi kelembagaan untuk memperjuangkan hak pekerja secara berkelanjutan.

Workshop ini diselenggarakan oleh Universitas Esa Unggul bersama Aliansi Serikat Pekerja FSP ASPEK Indonesia, dengan dukungan Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Direktorat Jenderal Riset dan Pengembangan, Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi melalui skema Pemberdayaan Berbasis Masyarakat (PBM). 

Workshop juga disertai peluncuran buku “Literasi Keuangan Serikat Pekerja: Sebentuk Upaya Penguatan” berbasis riset lapangan serta diperkenalkannya Aplikasi Digital Serikat Pekerja (DSP) yang menyediakan modul literasi keuangan, panduan negosiasi berbasis data, dan ruang kolaborasi internal.

Kegiatan ini menandai arah baru gerakan pekerja di Indonesia. 

Dengan bekal analisis finansial dan dukungan teknologi, serikat pekerja berpeluang memperkuat posisi tawar sekaligus menjadi mitra kritis dalam tata kelola perusahaan.

Transformasi ini diharapkan mampu menciptakan hubungan industrial yang lebih sehat, transparan, dan berkelanjutan.

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.