Kasus DBD di Jombang Melonjak, 129 Warga Terinfeksi dalam 2 Bulan, Dinkes Ingatkan PSN Wajib Masif
Sudarma Adi November 18, 2025 07:32 PM
Ringkasan Berita:
  • Penyakit: Demam Berdarah Dengue (DBD).
  • Lokasi: Kabupaten Jombang.
  • Jumlah Kasus: 129 Kasus (Oktober - Pertengahan November 2025).

Laporan Wartawan Tribun jatim Network, Anggit Pujie Widodo

TRIBUNJATIM.COM, JOMBANG - Memasuki musim penghujan, Kabupaten Jombang kembali dihadapkan pada meningkatnya kasus Demam Berdarah Dengue (DBD).

Dalam rentang Oktober hingga pertengahan November 2025, Dinas Kesehatan setempat mencatat 129 warga terinfeksi penyakit yang dibawa nyamuk Aedes aegypti tersebut.

Lonjakan kasus paling besar terjadi pada Oktober, dengan jumlah mencapai sekitar seratus pasien. Memasuki November, hingga pertengahan bulan sudah ada 29 kasus baru.

Warga yang terjangkit dirawat di berbagai layanan kesehatan, mulai dari Puskesmas hingga rumah sakit pemerintah dan swasta. Beberapa di antaranya berada di Puskesmas Plumbongambang, Kecamatan Gudo, RS Hasyim Asy’ari Tebuireng, Kecamatan Diwek, RSNU Jombang, RS Pelengkap Jombang, RSK Mojowarno, RSUD Ploso dan RSUD Jombang. 

Di RSNU Jombang dan RS Pelengkap, tercatat masing-masing lima pasien. RSK Mojowarno menangani empat pasien, sementara RSUD Ploso menerima tiga pasien DBD.

Waspada Nyamuk Aktif Pagi Hari dan Pola Siklik DBD

Menurut Kepala Dinas Kesehatan Jombang, dr. Hexawan Tjahja Widada, M.KP, pemetaan tersebut meliputi seluruh fasilitas kesehatan yang menangani kasus DBD.

"Data ini mencakup semua pasien, baik yang dirawat di Puskesmas, rumah sakit pemerintah, maupun rumah sakit swasta," ucapnya dalam keterangan yang diterima TRIBUNJATIM.COM pada Selasa (18/11/2025).

Hexawan mengingatkan bahwa potensi peningkatan jumlah penderita masih besar. Curah hujan yang diperkirakan terus berlangsung hingga Desember 2025 dan Januari 2026 dianggap dapat mempercepat perkembangbiakan nyamuk.

Untuk mengantisipasi, Dinkes menggerakkan 34 Puskesmas guna melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dan meningkatkan kampanye kebersihan lingkungan.

"Masyarakat harus tetap waspada. DBD tidak akan berkurang tanpa keterlibatan warga dalam menjaga lingkungan," ujarnya melanjutkan.

Hexawan menambahkan, nyamuk Aedes aegypti dapat bergerak hingga satu kilometer dan lebih aktif menggigit pada pagi hari sekitar pukul 09.00 WIB - 10.00 WIB. Sosialisasi ke sekolah-sekolah pun digencarkan untuk mencegah penularan di lingkungan belajar.

Peningkatan kasus juga dirasakan RSUD Jombang. Pada Kamis (13/11/2025), delapan pasien DBD masuk ke rumah sakit tersebut, sebagian besar anak-anak. Dua di antaranya bahkan harus dirawat di ruang ICU.

Direktur RSUD Jombang dr. Puji Umbaran menyebut perubahan cuaca sangat memengaruhi jumlah kasus yang masuk.

"Setiap musim hujan, populasi nyamuk biasanya meningkat dan berdampak pada jumlah pasien. Meski saat ini kasusnya lebih rendah dibanding musim kemarau, kewaspadaan tetap kami tingkatkan," ungkapnya.

Puji menjelaskan bahwa pola peningkatan DBD umumnya terjadi siklik setiap lima tahun, dan puncak terakhir terjadi setahun sebelumnya. Ia mengingatkan masyarakat agar tidak lengah meski sudah memahami langkah pencegahan.

"3M tetap menjadi kunci, yakni Menguras, Menutup, dan Memanfaatkan kembali barang bekas. Bisa juga menaburkan abate atau memelihara ikan pemakan jentik," tuturnya.

Baik Dinas Kesehatan maupun rumah sakit mengajak warga untuk memperhatikan kebersihan rumah, sekolah, dan lingkungan sekitar. Menurut mereka, upaya pengendalian tidak akan efektif bila hanya dilakukan satu sisi.

"Tidak ada artinya apabila rumah bersih tapi sekolah atau lingkungan masih menyimpan jentik. Semua harus bergerak bersama," pungkas Hexawan.

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.