Kami berharap penutupan ini tidak mengganggu layanan pendidikan karena lembaga-lembaga lain di sekitar lokasi masih mampu menampung kebutuhan belajar siswa

Lombok Timur (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lombok Timur, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), melakukan penutupan empat sekolah swasta karena tidak memiliki siswa atau peserta didik.

"Penutupan ke empat sekolah tersebut karena tak memenuhi standar penyelenggaraan pendidikan, alias tak lagi memiliki siswa," kata Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Pendidikan Dan Kebudayaan (Disdikbud) Lombok Timur Hasni di Lombok Timur, Rabu.

Ia mengatakan penutupan tersebut tertuang dalam Surat Keputusan (SK) yang di keluarkan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Lombok Timur.

Sekolah yang ditutup tersebut yaitu dua Sekolah Dasar (SD) yaitu SD Islam Terpadu Ittihadul Ummah Al-Akbar di Lenek, Kecamatan Lenek, dan SD Islam Darul Khair NW Embung Ganang di Sambelia.

Selain itu dua Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang ditutup tersebut yaitu SMP IT Al-Wustho Telaga Waru di Kecamatan Pringgabaya, serta SMP IT Islahul Ummah Hidayatullah di Padag Guar, Kecamatan Sambelia.

"Keputusan ini bukan diambil secara mendadak, tetapi merupakan tindak lanjut dari usulan Unit Pelaksana Teknis (UPT) kecamatan, setelah melalui verifikasi lapangan secara komprehensif," katanya.

Dari hasil verifikasi tersebut, menurut Hasni, sekolah-sekolah tersebut tidak lagi memenuhi standar minimum penyelenggaraan pendidikan formal. Bahkan beberapa diantaranya telah berdiri puluhan tahun, namun tidak menunjukkan perkembangan signifikan dari segi jumlah murid maupun kualitas layanan.

"Salah satu penyebab menurunnya minat masyarakat adalah persaingan ketat dengan sekolah lain yang dinilai lebih berkembang, baik dari segi fasilitas, kualitas tenaga pendidik, maupun program pembelajaran," katanya.

"Termasuk jarak antar-sekolah yang terlalu dekat juga membuat beberapa lembaga pendidikan kesulitan menarik peserta didik baru," katanya

Karena pendirian sekolah saat ini, menurut Hasni, ketentuannya sangat ketat, termasuk masalah jarak minimal 1,5 kilometer antar-sekolah, serta kecukupan populasi calon peserta didik.

"Sekolah yang ditutup justru berada sangat dekat dengan sekolah lain dan kurang diminati masyarakat. Kami berharap penutupan ini tidak mengganggu layanan pendidikan karena lembaga-lembaga lain di sekitar lokasi masih mampu menampung kebutuhan belajar siswa," katanya.