80 orang kuotanya, tapi peserta masih terus bertambah karena tertarik mengikuti lintasan utama lari di pantai barat Aceh ini
Jakarta (ANTARA) - One Heart Solidarity Run menjadi kegiatan lari estafet pertama yang menyusuri sepanjang pantai barat Aceh untuk menghidupkan kembali nilai solidaritas global yang tumbuh menguat pada masa penanggulangan tsunami 2004.
Komite Pengarah One Heart Solidarity Run Gustav Hussein dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu, mengatakan Solidarity Run akan melibatkan puluhan pelari yang sebagian besar berasal dari komunitas alumni Institut Teknologi Bandung (ITB) keluarga besar Fortuga, organisasi penempuh rimba, dan pendaki gunung Wanadri, serta sahabat-sahabat relawan, yang pernah terlibat dalam kerja kemanusiaan di Aceh.
"80 orang kuotanya, tapi peserta masih terus bertambah karena tertarik mengikuti lintasan utama lari di pantai barat Aceh ini," katanya.
Dia menjelaskan kegiatan dimulai pada 6 Desember 2025 dan dibagi menjadi lima etape. Adapun rute lari estafet ini secara keseluruhan berjarak 60 kilometer dari Taman Putrue Phang - Lhok Nga - Leupung - Gleeburk - Blangme - GleBruk - Geurutee.
Rute yang melintasi wilayah Kota Banda Aceh, Kabupaten Aceh Besar, dan Aceh Jaya, ini dipilih karena kawasan itu merupakan saksi nyata bagaimana solidaritas internasional mengalir ke Aceh setelah bencana tsunami Samudera Hindia 2004.

Para relawan sewaktu menanggulangi dampak tsunami Aceh menyaksikan bagaimana kapal perang negara sahabat, relawan medis, lembaga nasional dan internasional, bergotong-royong untuk membangun kembali wilayah yang rusak parah karena bencana dari Banda Aceh - Subulussalam.
“Sekarang sepanjang pantai barat Aceh telah bangkit kembali. Saya menyaksikan sendiri daerah itu hidup lagi secara sosial ekonomi. Itu bukti dampak nyata solidaritas dunia,” kata Gustav.
Relawan One Heart Solidarity Run Asrobudi menambahkan Mantan Menteri Perhubungan Hatta Rajasa dijadwalkan memberi paparan singkat mengenai pengalaman penanganan tsunami 2004.
“Kami berharap daerah yang dilewati dapat dikunjungi wisatawan karena panorama alam yang sangat indah, masyarakat Aceh selalu membuka diri dan menyambut wisatawan dengan sangat ramah,” ujarnya.







