Jakarta (ANTARA) - Pakar hubungan internasional Universitas Padjadjaran Bandung Teuku Rezasyah menilai Indonesia perlu menunjukkan kepada seluruh anggota G20 bahwa negara ini mampu menerapkan praktik terbaik dalam kebijakan kecerdasan buatan (AI) dan transformasi digital.
"Indonesia harus bisa membuktikan bahwa kita sudah memperlakukan AI itu secara bertanggung jawab," kata Reza kepada ANTARA pada Sabtu (22/11).
Salah satu fokus KTT G20 Afrika Selatan 2025 adalah kebijakan AI dan ekonomi digital, termasuk pengembangan AI yang adil, inklusif, dan berkelanjutan dalam agenda Digital Economy Working Group (DEWG).
G20 juga membentuk Task Force AI untuk membahas tata kelola data, inovasi, pemanfaatan AI bagi pembangunan berkelanjutan, infrastruktur digital publik, perluasan konektivitas, serta pemberdayaan usaha kecil dan menengah melalui teknologi digital.
Reza mengatakan Indonesia perlu meningkatkan literasi digital agar masyarakat tetap kritis dan bertanggung jawab dalam menggunakan AI. Dia menilai pemerintah juga harus menjamin pelindungan konsumen dan mendorong verifikasi informasi oleh publik.
Dia menambahkan pentingnya memasukkan pembelajaran terkait AI ke kurikulum agar generasi muda dapat menggunakan teknologi secara aman dan sesuai nilai moral serta hukum.
"Di sinilah pentingnya negara-negara yang lebih maju membantu sertifikasi AI untuk guru-guru dari negara yang belum maju di dalam kelompok G20 itu," kata dia, seraya menilai modul berbasis pendekatan ilmiah diperlukan untuk pendidikan AI.
Reza juga mengingatkan pentingnya pemahaman keamanan siber, termasuk menjaga kerahasiaan kata sandi dan berhati-hati saat membagikan informasi di ruang daring.
Dia berpendapat bahwa jika Indonesia mampu menunjukkan praktik terbaik dalam kebijakan dan penerapan AI, negara ini dapat menjadi inspirasi bagi sesama anggota G20 yang masih berkembang dalam merumuskan kebijakan AI.







