Ringkasan Berita:
- 90 persen wilayah Aceh Tamiang terendam. Aktivitas sosial dan ekonomi lumpuh total.
- Perjalanan darat ekstrem 5 hari. Jalur terputus, lumpur pekat, arus deras, dan longsor.
- Polres dan kantor pemerintahan tenggelam. Fasilitas publik rusak, kendaraan dinas hancur.
- Instruksi evakuasi darurat. Lansia, anak-anak, dan kelompok rentan jadi prioritas.
- Bantuan airdrop Polri. Logistik dan obat-obatan dijatuhkan ke wilayah terisolir.
TRIBUNNEWS.COM - Sebanyak 90 persen wilayah Aceh Tamiang, Provinsi Aceh lumpuh akibat banjir bandang. Akses hanya bisa ditembus melalui perjalanan darat lima hari melewati jalur terputus.
Aceh Tamiang merupakan salah satu wilayah di Sumatra yang terdampak banjir dan longsor. Bencana terjadi di tiga provinsi, yaitu Aceh, Sumatra Utara dan Sumatra Barat.
Berdasarkan sumber Tribunnews.com di lapangan pada Selasa (2/12/2025), Aceh Tamiang hancur lebur. Sarana air bersih tidak tersedia. Listrik padam sehingga gelap Julita.
Toko-toko di wilayah itu tutup. Adapun mayat tidak dapat dikuburkan karena kekurangan tenaga dan lahan masih kena banjir.
Mobil bergelimpangan dan tenggelam. Rumah terendam air dan pindah lokasi.
Polres Aceh Tamiang tenggelam dan sarana prasarana penunjang kerja polisi rusak. Begitu juga dengan kantor Polsek di wilayah hukum Aceh Tamiang terdampak bencana. Kendaraan dinas Polri rusak.
“Persis seperti tsunami (2004,-red) di Banda Aceh,” kata salah satu sumber.
Melihat situasi ini, Kapolda Aceh Irjen Pol. Marzuki Ali Basyah didampingi pejabat utama Polda Aceh menempuh perjalanan darat selama lima hari penuh.
“Saya harus tiba di Tamiang. Saya ingin melihat langsung kondisi saudara-saudara kita yang sedang berjuang menghadapi musibah ini,” kata Irjen Pol. Marzuki Ali Basyah dalam keterangannya pada Selasa (2/12/2025).
Kapolda Aceh menempuh perjalanan ekstrem yang secara teknis hampir mustahil ditempuh. Di sejumlah lokasi, rombongan harus memasuki jalur yang telah berubah menjadi sungai lumpur dengan ancaman longsor dan arus deras yang setiap saat dapat mengancam nyawa.
Mereka melewati jalur yang terputus, terendam air, tertutup lumpur pekat, serta di sejumlah titik harus menyeberang dengan perahu. Hal ini karena jalan raya berubah total menjadi sungai berarus deras.
Meskipun mengalami hambatan dalam perjalanan, dia berupaya memastikan kondisi personel, markas komando, serta layanan Kepolisian di tengah bencana.
“Saya mengecek langsung kondisi Mako serta memastikan Kesiapan Personil dalam penanganan dilakukan cepat, tepat, dan terkoordinasi,” tegas Irjen Marzuki penuh ketegasan dan empati.
Setibanya di lokasi, Kapolda langsung mengeluarkan instruksi darurat kepada seluruh jajaran. Ia memerintahkan percepatan evakuasi warga, terutama lansia, anak-anak, perempuan, dan kelompok rentan lainnya.
Pendataan korban, tingkat kerusakan, serta kebutuhan logistik mendesak juga diperintahkan untuk dipercepat agar bantuan dapat disalurkan tanpa hambatan birokratis maupun kendala lapangan.
Kapolda Aceh mememastikan Polri akan berdiri di garda terdepan, bersinergi penuh dengan pemerintah daerah dan TNI, untuk memastikan Aceh Tamiang segera bangkit dari bencana besar ini.
Melihat skala bencana yang bersifat ekstrem dan meluas, Kapolda Aceh segera mengajukan bantuan tambahan kepada Mabes Polri, termasuk pengerahan pasukan recovery serta permintaan helikopter angkut untuk mempercepat distribusi logistik—terutama makanan dan obat-obatan—ke kawasan-kawasan yang terisolir dan tidak dapat ditembus jalur darat.
“Seluruh aktivitas ekonomi berhenti. Tidak ada pedagang, tidak ada pelayanan kebutuhan dasar, dan banyak wilayah benar-benar terputus. Kita membutuhkan dukungan pusat agar penanganan bencana ini dapat dilakukan secepat mungkin. Fokus kita satu: menyelamatkan masyarakat,” ujarnya.
Kapolri Jenderal Listyo Sigit kembali menunjukkan kepedulian terhadap masyarakat terdampak bencana di Provinsi Aceh dengan menyalurkan bantuan kemanusiaan ke wilayah Aceh Tamiang.
Kondisi lokasi yang masih terisolir dan tidak memungkinkan helikopter Polri untuk melakukan pendaratan, membuat distribusi bantuan dilakukan melalui metode airdrop agar dapat segera diterima oleh warga yang sangat membutuhkan, Selasa (2/12).
Astamaops Kapolri menjelaskan bahwa penggunaan metode airdrop merupakan instruksi langsung Kapolri agar penyaluran bantuan tidak terhambat kondisi geografis.
“Bapak Kapolri menegaskan bahwa tidak boleh ada hambatan dalam penyaluran bantuan. Jika helikopter tidak bisa landing karena medan terdampak bencana, maka airdrop menjadi pilihan agar masyarakat tetap mendapatkan bantuan tepat waktu,” ujar Komjen Pol Dr. Mohammad Fadil Imran.
Beliau menambahkan bahwa Kapolri memberikan perhatian penuh terhadap kondisi warga dan petugas di lapangan yang terus bekerja menangani situasi darurat tersebut.
“Pesan Bapak Kapolri jelas: pastikan masyarakat yang terisolir tetap mendapatkan bantuan, apapun tantangannya. Polri hadir untuk membantu negara, terutama dalam masa-masa kritis seperti ini,” tambahnya.
Bantuan kemanusiaan tersebut meliputi kebutuhan mendesak seperti logistik, makanan siap saji, perlengkapan darurat, serta dukungan operasional bagi petugas di lapangan. Pengiriman melalui airdrop diharapkan dapat mempercepat akses bantuan ke titik-titik yang tidak bisa dijangkau melalui jalur darat maupun udara.
Dengan metode distribusi khusus ini, Kapolri berharap dukungan bagi masyarakat Aceh Tamiang dapat berjalan efektif dan membantu mempercepat penanganan pascabencana di wilayah tersebut.