Suriname Terima Permintaan Maaf Raja Belanda Atas Perbudakan saat Penjajahan
kumparanNEWS December 02, 2025 05:20 PM
Perwakilan keturunan budak Afrika dan masyarakat adat Suriname secara resmi menerima permohonan maaf dari Raja Belanda Willem-Alexander atas perbudakan yang dilakukan Belanda selama masa penjajahan.
Kerajaan Belanda menyampaikan permohonan maaf pada 2023 lalu, namun permohonan maaf itu baru diterima dalam pertemuan dan upacara tertutup pada Senin (1/12) di ibu kota Suriname, Paramaribo, sebagaimana dilaporkan Layanan Komunikasi Suriname yang dikelola pemerintah.
"Kami menerima permintaan dan permohonan maaf dan pengampunan dengan keyakinan penuh bahwa raja, dengan hati nurani yang bersih, ingin bekerja sama dalam penyembuhan dan pemulihan," kata perwakilan komunitas masyarakat adat Suriname, Wilgo Ommen, dikutip dari AFP.
Raja Willem-Alexander tiba di Suriname pada Minggu (30/11) bersama Ratu Maxima. Kunjungan selama tiga hari di Suriname merupakan yang pertama dilakukan keluarga kerajaan Belanda selama hampir 5 dekade.
Dalam kesempatan itu, Raja Willem-Alexander berjanji bahwa topik perbudakan tidak akan luput dari perhatiannya selama kunjungannya di Suriname. Perbudakan di Suriname berakhir lebih dari 150 tahun yang lalu.
Perbesar
Ilustrasi perbudakan. Foto: Shutter Stock
"Kami tidak akan menghindar dari sejarah, maupun dari unsur-unsur yang menyakitkan seperti perbudakan," kata Raja Willem-Alexander.
Perbudakan di Suriname dan wilayah jajahan Belanda lainnya secara resmi dihapus pada 1 Juli 1863. Namun, perbudakan baru benar-benar berakhir pada 1873 setelah masa transisi selama 10 tahun.
Di era yang mereka sebut "Zaman Keemasan" pada abad ke-16 dan 17, Belanda mengirim sekitar 600 ribu orang Afrika sebagai bagian dari perdagangan budak, sebagian besar ke Amerika Selatan dan Karibia.
Saat bertemu dengan Presiden Suriname Jennifer Geerlings-Simons, Raja Willem-Alexander mengatakan menyadari betapa dalamnya isu ini beresonansi dengan para keturunan budak dan masyarakat adat.
"Kami ingin sekali berdialog dengan mereka," ujarnya.
Raja Willem-Alexander mengatakan Belanda ingin mempererat hubungan dengan negara bekas jajahannya berdasarkan kesetaraan dan saling menghormati.
Perbesar
Ratu Maxima dan Raja Belanda Willem-Alexander menghadiri upacara penyambutan yang diselenggarakan oleh Presiden Suriname Jennifer Geerlings-Simons di Paramaribo, Senin (1/12/2025). Foto: SAMUEL BLAKENDAL/AFP
Raja Belanda Pernah Minta Maaf ke Indonesia
Perbesar
Presiden Joko Widodo (kanan) dan Raja Belanda Willem Alexander (kedua kanan) seusai menanam pohon saat kunjungan kenegaraan di Istana Bogor. Foto: ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan
Saat berkunjung ke Indonesia pada 10 Maret 2020, Raja Willem-Alexander secara terbuka meminta maaf atas kekerasan yang dilakukan Belanda di masa penjajahan. Permohonan maaf itu disampaikan Raja Willem-Alexander di hadapan Presiden ke-7 Jokowi.
"Pada 17 Agustus, ini akan menjadi tahun ke-75 sejak Indonesia menyatakan proklamasi, mengeklaim menjadi bagian dari negara yang merdeka dan bebas," katanya saat itu di Istana Bogor.
Perbesar
Presiden Joko Widodo (kanan) bersama Raja Belanda Willem Alexander menyampaikan pernyataan pers saat kunjungan kenegaraan di Istana Bogor. Foto: ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan
Ia mengakui bahwa masa lalu tak bisa dihapus dan akan tetap menjadi catatan sejarah. Ia meminta maaf atas kekerasan yang dilakukan negaranya saat penjajahan di masa lalu.
"Sesuai dengan pernyataan pemerintah saya, saya ingin menyampaikan penyesalan dan permintaan maaf saya atas kekerasan berlebihan dari pihak Belanda pada tahun-tahun itu," ujarnya.
Raja Willem-Alexander juga minta maaf atas agresi yang dilakukan Belanda pada hari-hari setelah kemerdekaan.
"Pada tahun-tahun segera setelah proklamasi, pemisahan yang menyakitkan terjadi yang menelan banyak korban jiwa," tuturnya.