PAM Belum Masuk, Warga Muara Angke Kesulitan Air Bersih, Tiap Hari Harus Beli dari Pedagang Keliling
Rr Dewi Kartika H December 02, 2025 08:30 PM

TRIBUNJAKARTA.COM, PENJARINGAN - Warga yang tinggal di pesisir Muara Angke, RW 022 Kelurahan Pluit, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara, kembali mengeluhkan sulitnya mendapatkan air bersih akibat belum adanya aliran PAM ke permukiman mereka.

Untuk memenuhi kebutuhan air sehari-hari, warga pun terpaksa membeli air dari pedagang keliling.

Diketahui, harga satu jeriken air bersih dibanderol Rp 5.000.

Untuk satu rumah, warga rata-rata membutuhkan minimal empat sampai enam jeriken per hari, sehingga pengeluaran bisa mencapai sekitar Rp 30.000 per hari atau hampir Rp 500.000 per bulan.

Seorang pedagang makanan, Jay, mengatakan warungnya sangat bergantung pada air jeriken karena tak ada alternatif lain.

"Di sini belum ada PAM, pakainya air jeriken. Satu jerikennya Rp 5.000, per hari sekitar 10 jeriken ada lah, kadang enam juga, tergantung pemakaian," kata Jay, Selasa (2/12/2025).

Menurutnya, pengeluaran air bulanan cukup besar.

Ia pun berharap akses air bersih bisa lebih mudah didapatkan warga dan pedagang di pesisir Muara Angke.

"Dihitung saja, 30 kali 10 sudah 300 jeriken dikali Rp 5.000. Kalau sudah ada air PAM ya pakai air PAM. Harapannya bisa masuk ke sini air PAM, supaya lebih enak pemakaiannya," tambah Jay.

Keluhan serupa disampaikan Mumun, warga yang mengaku sudah tinggal lebih dari 24 tahun di Muara Angke.

Ia mengatakan, persoalan air bersih sudah berlangsung sejak dulu dan belum ada kejelasan meski pendaftaran PAM disebut sudah dibuka.

"Karena nggak ada air masuk PAM, dari awal belum ada. Bisa sampai lima jeriken per hari buat mandi, buat nyuci. Sehari bisa Rp 30.000, itu pun nggak dipakai nyuci, kalau nyuci bisa lebih," katanya.

Mumun tinggal bersama anak dan menantunya di rumah, sehingga kebutuhan air semakin besar.

Ia pun mengaku pengeluaran untuk membeli air bersih cukup memberatkan selama bertahun-tahun ini.

"Hampir Rp500.000 per bulan. Kadang nyicil, kadang ngutang ke tukang air karena sudah langganan. Berat banget. Pindah-pindah kontrakan juga nyari yang ada airnya, tapi di sini air nggak jalan," ujarnya.

Sementara itu, Soleh, penjual air bersih keliling yang sudah melayani wilayah tersebut selama delapan tahun, mengatakan permintaan warga cukup tinggi.

Setiap harinya, Soleh bisa bolak-balik mengantarkan sampai 100 jeriken air bersih ke rumah-rumah warga Muara Angke.

"Per rumah ini langganan. Kalau yang lain bukan langganan, nggak bisa, kecuali kalau butuh banget baru saya kasih," tambahnya.

Warga berharap pemerintah mempercepat realisasi pemasangan jaringan PAM ke permukiman mereka agar biaya hidup tidak semakin membebani serta kebutuhan dasar air bersih dapat terpenuhi tanpa harus membeli setiap hari.

 

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.