Tangis Seorang Ayah Garuk Longsoran Tanah, Penuh Harap Temukan Putrinya yang Hilang
Willem Jonata December 02, 2025 09:33 PM
Ringkasan Berita:
  • Banjir bandang landa Puluhan kabupaten di tiga provinsi di Sumatera, termasuk Tapanuli Utara
  • Laporan terbaru BNPB, korban tewas mencapai 744 jiwa
  • Warga yang selamat sibuk mencari keluarganya yang hilang

 

TRIBUNNEWS.COM - SEORANG ayah, sebagian rambutnya tampak telah memutih. Beruban. Wajahnya tampak mengerut. Keriput.

Ia mengenakan kaus oblong warna merah pada lengan, dan biru garis putih di badan. Mengenakan celana bahan warna cokelat. Dia berdiri, namun posisi miring, dua tangan bertumpu ke tanah liat warna merah bata. Lengan lelaki tua itu, dari jari-jari hingga siku, berlumur lumpur tanah liat.

Dua kakinya terbenam di lumpur, demikian juga dua tangannya. Batang kayu tergelak antara kaki dan tangannya, di bawah perut.

Dia seperti bengong. Melamun. Kepalanya menunduk, sambil geleng-geleng meratapi tanah longsoran di lahan miring yang ada di hadapannya. Seorang lelaki lainnya menyapa menggunakan Bahasa Batak Toba.

Rekaman video ini diunggah akun Instagram @HorasTapanuliUtara dengan tulisan judul watermark "Hati Siapa yang tidak hancur kehilangan borunya (putrinya)".

Tidak diperoleh informasi mengenai jati diri si ayah. Lokasi pun tidak disebut mendetail. Namun diduga berada di kawasan Tapanuli Raya, lokasi musibah-bencana longsor dan banjir yang terjadi pekan lalu. 

“Tulang, ayo. Kita pergi tulang,” kata pria yang menyapa, sambil mengarahkan kamera video telepon selulernya ke arah si ayah. Tulang adalah panggilan untuk paman, saudara lelaki dari ibu.

Terdengarlah ratap si ayah. “Sudah tiga hari ini, ya Tuhan. Tuhan Jesus mati, tetapi pada hari ketiga hidup/bangkit lagi. Putriku, sudah tiga hari tidak tampak, tolonglah selamatkan mereka Tuhan,” kata si ayah menangis.

Terdengar pula, bujukan pria pembawa ponsel mengajak agar si lelaki tua bersabar, untuk tidak menangis lagi.

Si ayah terpaku. Kendati lengannya sudah digamit pria yang menghampiri, dia bergeming. Tidak berpindah sedikit pun juga.

Tangis dan doanya berlanjut.

“Lindungilah mereka. Dan lepaskahlah kami sekeluarga dari pencobaan. Saya yakin, Tuhan akan membebaskan mereka berdua. Supaya kami sekelaurga masih bisa bertemu orang lain.”

Bencana Ekologis karena Ulah Manusia

Dikutip dari Tribun-Medan.com, bencana tanah longsor dan banjir melanda wilayah Kabupaten Tapanuli Tengah (Tapteng), Sumatera Utara, pada Senin (25/11/2025) pagi. Pimpinan tertinggi atau Ephorus Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) Pendeta Victor Tinambunan menyatakan bencana di kawasan Tapanuli Raya bukanlah bencana alam biasa, melainkan bencana ekologis, musibah yang lahir akibat ulah manusia. Human error. 

Tutupan hutan yang kian menipis telah meninggalkan tanah yang rapuh, sungai yang tak lagi terlindungi, dan ekosistem yang kehilangan keseimbangannya.

HKBP menerima temuan Wahana Lingkungan Hidup Indonesia atau Walhi atas dugaan tujuh perusahaan pelaku deforestasi terbesar di kawasan Tapanuli. 

Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Sumatera Utara (Sumut) menyebut tujuh perusahaan sebagai pihak yang diduga menjadi penyebab utama bencana ekologis yang melanda kawasan Tapanuli.

Direktur Eksekutif Walhi Sumut, Rianda Purba kepada Waspada.id, Minggu (30/11/2025), mengungkapkan bencana tersebut paling parah melanda wilayah-wilayah yang berada di Ekosistem Harangan Tapanuli (Ekosistem Batang Toru), yaitu Kabupaten Tapanuli Selatan, Tapanuli Tengah, Tapanuli Utara, dan Kota Sibolga.

Di Sumatera Utara, bencana terparah melanda wilayah yang berada di Ekosistem Harangan Tapanuli (Ekosistem Batang Toru), yang mengalami deforestasi sebesar 72.938 hektar (2016-2024) akibat operasi 18 perusahaan.

Direktur Eksekutif WALHI Sumut, Rianda Purba, mengkritisi perizinan di kawasan strategis tersebut, termasuk proyek PLTA Batang Toru dan pertambangan emas.

Rianda menyoroti kasus alih fungsi hutan untuk kemitraan kebun kayu dengan PT Toba Pulp Lestari (PT TPL) di desa-desa Kecamatan Sipirok.

Ia menyimpulkan, proses perizinan yang korup menjadi akar masalah. TPL dikaitkan sebagai penyebab kerusakan ekologis di Sumatera Utara, karena hamparan lahannya seluas 167,8 ribu hektare tersebar pada 12 kabupaten/kota.

"Semua aktitas eksploitasi dilegalisasi oleh pemerintah melalui proses pelepasan kawasan hutan untuk izin melalui revisi tata ruang," ungkap Rianda.

PT Toba Pulp Lestari (TPL) menepis keras tudingan bahwa operasi mereka menjadi penyebab banjir dahsyat yang melanda sejumlah wilayah di Sumatra dan menewaskan sedikitnya 604 orang hingga Senin, 1 Desember 2025. Bantahan itu disampaikan melalui surat resmi yang dikirimkan ke Bursa Efek Indonesia (BEI) pada hari yang sama.

“Perseroan dengan tegas membantah tuduhan bahwa operasional menjadi penyebab bencana ekologi,” ujar Corporate Secretary TPL, Anwar Lawden, dalam keterangan tertulis yang dikutip pada Selasa, 2 Desember.

Jumlah Korban Meninggal 708 Jiwa

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyatakan hujan deras yang menyebabkan banjir besar dan longsor Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat, disebabkan Siklon Senyar.

Siklon Senyar merupakan peristiwa langka karena hampir tak pernah terjadi di daerah khatulistiwa seperti Indonesia.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat korban meninggal dunia akibat bencana banjir dan tanah longsor di Provinsi Aceh, Provinsi Sumatera Utara, dan Sumatera Barat hingga Selasa (2/12/2025) sore mencapai 708 jiwa.

Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari mengatakan selain korban meninggal dunia, tercatat 499 orang masih hilang.

"Sore ini untuk hasil pencarian dan pertolongan secara umum, meninggal dunia 708 jiwa. Hilang masih dilaporkan 499 jiwa," kata pria yang akrab disapa Aam itu di Posko Terpadu Penanganan Bencana Alam Aceh yang disiarkan langsung di kanal Youtube BNPB Indonesia pada Selasa (2/12/2025) sore.

Jumlah korban meninggal dunia di Sumatera Utara mencapai 294 jiwa dan 155 jiwa lainnya dilaporkan masih hilang.

"Ini untuk wilayah paling terdampak ada Tapanuli Tengah, Tapanuli Selatan, Sibolga, dan Tapanuli Utara," kata Aam.

Di Provinsi Aceh, hingga hari ini tercatat sebanyak 218 jiwa meninggal dunia dan 227 orang lainnya masih dilaporkan hilang.

"Tentu saja upaya pencarian dan pertolongan masih terus dilakukan dan menjadi prioritas oleh tim gabungan meski sudah hampir satu pekan bekerja tetapi ini tetap semangat," ucapnya.

Selanjutnya di Sumatera Barat, dilaporkan 196 jiwa meninggal dunia dan 117 jiwa lainnya hilang. 

"Total korban jiwa per hari ini pukul 16.00 WIB, 196 jiwa meninggal dunia, kemudian 117 jiwa hilang," katanya. (amb)

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.