TRIBUNJATENG.COM, PEKALONGAN - Ketika Indonesia diproyeksikan memasuki fase penuaan penduduk dengan jumlah lansia mencapai 57 juta jiwa pada tahun 2045, Pemerintah Kota (Pemkot) Pekalongan menunjukkan kesiapan lebih awal melalui program Sekolah Lansia yang kini berkembang di empat kecamatan.
Langkah proaktif ini mendapat apresiasi dari BKKBN Provinsi Jawa Tengah, karena dinilai mampu menciptakan model pemberdayaan lansia berbasis komunitas yang efektif dan berkelanjutan.
Sebanyak 153 peserta Sekolah Lansia diwisuda pada jenjang S1, S2, hingga S3 dalam prosesi yang berlangsung hangat dan penuh haru di Ballroom Hotel Howard Johnson, belum lama ini.
Wisuda ini menjadi simbol komitmen bahwa proses belajar tidak berhenti pada usia tertentu dan bahwa para lansia tetap memiliki ruang untuk berkembang, berdaya, serta berperan aktif dalam masyarakat.
Perwakilan BKKBN Jawa Tengah, Evi Nur Hikmawati, menyebut Kota Pekalongan sebagai salah satu daerah yang siap menghadapi perubahan demografi 2045 dengan strategi yang tepat.
Ia menilai, program Sekolah Lansia sebagai bukti nyata bahwa lansia dapat menjadi subjek pemberdayaan, bukan sekadar kelompok yang dirawat.
"Wisuda ini bukan hanya seremoni. Ini bukti bahwa para lansia masih kuat, bersemangat, dan siap berkontribusi bagi keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara," ujar Evi saat rilis yang diterima Tribunjateng.com, Selasa (2/12/2025).
Ia menjelaskan, bahwa tren penuaan penduduk adalah fenomena yang tidak bisa dihindari.
Dengan proyeksi 20 persen penduduk Indonesia menjadi lansia pada 2045, diperlukan kebijakan yang menempatkan lansia sebagai bagian penting dari pembangunan.
Kawa Tengah sendiri memiliki proporsi lansia yang sudah mencapai 14 persen, salah satu yang tertinggi di Indonesia.
"Perubahan ini bukan hanya tantangan, tetapi peluang. Lansia tidak hanya dirawat, tetapi diberdayakan."
"Fase usia lanjut adalah fase yang bijak, bermakna, dan tetap berpengaruh," tambahnya.
Program Sekolah Lansia di Kota Pekalongan mengintegrasikan edukasi kesehatan, kegiatan fisik, penguatan psikologis, hingga pengembangan keterampilan dan relasi sosial.
Dengan pendekatan yang menyenangkan, inklusif, dan ramah lansia, program ini terbukti meningkatkan kebugaran, kemandirian, dan kualitas hidup peserta.
Eli Sukarjo (63), lulusan jenjang S3, mengaku bangga bisa menuntaskan program di usianya.
"Saya sangat bahagia, dan bangga karena di usia sekarang masih bisa diwisuda," ujarnya.
Ia bercerita, bahwa peserta S3 mendapatkan materi beragam seperti yoga, senam air, fisioterapi, dan edukasi kesehatan oleh tenaga profesional.
"Setiap pertemuan kami bernyanyi, bergerak, dan dibuat happy. Tujuan sekolah lansia adalah sehat dan bahagia," katanya.
Sementara itu, Suharlin (66), yang diwisuda pada jenjang S1, mengaku merasakan banyak manfaat.
"Yang dipelajari banyak, terutama cara menjaga kesehatan dan bisa saling berbagi pengalaman dengan lansia lainnya," ungkapnya. (Dro)