TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua PP Muhammadiyah Anwar Abbas mempertanyakan cinta pemerintah terhadap rakyatnya dalam musibah yang tengah dihadapi masyarakat Sumatera.
Menurutnya negara makmur kalau pemerintahnya mencintai rakyatnya.
Anwar Abbas mulanya menyebut pada tahun 1950 Bung Hatta berkunjung ke Tanah Karo Sumatera Utara.
Bung Hatta mengingatkan bahwa pada masa penjajahan rakyat hidup menderita meski negeri kaya, seperti ayam mati di lumbung padi.
Setelah merdeka, Bung Hatta menegaskan tidak boleh ada rakyat yang miskin karena Indonesia sudah berkuasa penuh mengatur kekayaannya sendiri.
Bung Hatta menolak kemakmuran yang hanya dinikmati segelintir orang dan menegaskan kesejahteraan harus dirasakan seluruh rakyat.
"Apakah itu hari ini sudah tercapai? Ternyata belum, karena masih banyak anak-anak bangsa di negeri ini yang hidup dalam kemiskinan," kata Anwar Abbas, Minggu (7/12/2025).
Ia lalu mengutip ucapan Bung Hatta yang menginginkan supaya hubungan antara rakyat dan pemerintah dapat saling berdekatan.
Karena menurut Hatta, lanjut Anwar Abbas, negara akan kuat kalau pemerintahnya dipercayai oleh rakyat. Dan rakyat akan makmur kalau pemerintahnya mencintai rakyatnya.
"Jadi adanya pertalian batin yang kuat antara rakyat dan pemimpinnya kata Bung Hatta jelas menjadi sesuatu yang sangat penting," jelasnya.
Kini setelah 80 tahun Indonesia merdeka, dan setelah lebih 75 tahun kata-kata itu terucap dan diucapkan oleh Bung Hatta, menurutnya masalah-masalah masih banyak menghiasi kehidupan masyarakat dan bangsa.
"Dan kata-kata serta pesan-pesan dan pandangan-pandangan dari Bung Hatta tersebut tampak masih sangat relevan untuk kita angkat dan camkan baik-baik bagi kita," kata Anwar Abbas.
"Jadikan dasar dan sumber motivasi dalam memberantas kemiskinan dan bagi mensejahterakan seluruh rakyat di negeri ini tanpa kecuali," imbuhnya.
Agar bisa membangun tali batin yang baik antara rakyat dengan para pemimpinnya seperti dikatakan Bung Hatta, kata Anwar Abbas, kehadiran pemerintah yang dicintai oleh rakyatnya jelas sangat diperlukan.
Karena cita-cita rakyat untuk bisa hidup makmur, sejahtera dan bahagia hanya akan dapat terwujud kalau pemerintah betul-betul mencintai rakyatnya.
"Apakah itu sudah kita miliki saat ini? Mari kita cari jawabannya di Morowali dan di bencana banjir bandang yang baru saja melanda Aceh, Sumatera Utara dan Sumatera Barat yang merupakan bagian dari negeri ini," tandasnya.
Diketahui Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan jumlah korban meninggal dunia dalam bencana banjir bandang dan longsor di Aceh, Sumatera Utara serta Sumatera Barat bertambah menjadi 883 orang hingga Sabtu (6/12/2025).
Selain itu, ada 520 orang yang masih hilang. Korban luka mencapai 4.200 orang di tiga provinsi.
Berikut data terbarunya:
BNPB mencatat korban tewas terbanyak merupakan warga Agam, Sumatera Barat, yakni 171 jiwa.
Selain itu, BNPB mencatat sekitar 835 ribu warga menjadi pengungsi.
Jumlah pengungsi terbanyak berada di Aceh Tamiang, yakni mencapai 281,3 ribu jiwa.
Selain korban, BNPB mencatat ada 405 jembatan yang rusak, 270 fasilitas kesehatan rusak, 509 fasilitas pendidikan rusak, serta 1.100 fasilitas umum rusak akibat banjir.
Jumlah korban tewas, hilang, luka serta yang menjadi pengungsi dapat bertambah seiring proses evakuasi dan pembersihan sisa material banjir bandang serta longsor dilakukan.
Hingga kini, sejumlah ruas jalan di Aceh, Sumut, dan Sumbar masih terputus.
Aliran listrik dan komunikasi di daerah terdampak bencana juga belum sepenuhnya normal.
Dan pemerintah sampai saat ini belum menetapkan banjir Sumatera sebagai bencana nasional.