Sudirman Said: Skala Banjir Sumatera 2025 Lampaui Tsunami Aceh 2004
Eko Sutriyanto December 07, 2025 11:33 AM

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mantan Deputi Kelembagaan dan SDM Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR) Aceh–Nias, Sudirman Said, menyoroti besarnya skala bencana banjir yang melanda Sumatera pada 2025.

Menurutnya, luas wilayah terdampak banjir kali ini bahkan melampaui cakupan bencana tsunami Aceh 2004.

BRR Aceh–Nias sendiri merupakan lembaga ad hoc yang dibentuk pemerintah Indonesia pada 2005 untuk memimpin pemulihan pasca-tsunami Aceh dan Nias.

Lembaga ini beroperasi selama empat tahun (2005–2009) dengan mandat khusus melakukan rehabilitasi dan rekonstruksi wilayah serta kehidupan masyarakat yang terdampak bencana.

Pernyataan Sudirman disampaikan dalam Sarasehan Daring Pemulihan Andalas bertajuk “Pembelajaran dari Aceh–Nias: Rekoleksi Pengetahuan” pada Sabtu (6/12/2025).

“Ditinjau dari luas landaannya, maka bencana Sumatera 2025 ini sudah melampaui tsunami 2004. Kalau diimpose, wilayah landaan bencana Sumatera luasannya setara dengan Pulau Jawa–Madura–Bali,” kata Sudirman.

Sebagai pengurus pusat Palang Merah Indonesia (PMI), Sudirman juga mengingatkan pentingnya prinsip kesemestaan dalam kerja kemanusiaan. Menurutnya, salah satu asas PMI adalah universalitas.

“Artinya, bencana, di mana pun, itu adalah bencana seluruh dunia. Nyawa manusia atau kemanusiaan harus diutamakan ketimbang kepentingan politik,” ujarnya.

Ia turut mengutip pesan Kepala Badan Pelaksana BRR Aceh–Nias kala itu, Kuntoro Mangkusubroto, yang dinilai masih relevan hingga kini.

“Tidak ada satu pun kekuatan yang mampu membuat kerusakan seperti ini kecuali tangan Tuhan. Hanya dengan tangan Tuhan pula tempat ini akan bisa diperbaiki. Oleh karena itu, jangan pernah kotori tanganmu dengan tindakan yang tidak terpuji di mata Tuhan,” kata Sudirman.

Lebih lanjut, ia menekankan pentingnya konsolidasi gagasan dan pengalaman yang telah dimiliki berbagai pihak.

“Kita harus menyuarakan ini. Jangan sampai too late and too litter. Ide, pengalaman, dan pengetahuan kita sudah punya. Yang tidak kita punya hanya otoritas. Andai itu bisa diagregasi menjadi satu platform kerja yang bisa didorong kepada yang memiliki otoritas, ini akan menjadi sesuatu yang positif,” katanya.

Sementara itu, mantan Kepala BRR Nias, William Sabandar, mengingatkan bahwa dalam situasi krisis, pemimpin harus turun langsung ke lapangan. Menurutnya, pola pikir krisis (crisis mindset) dan rasa urgensi harus tertanam kuat.

“Leadership itu bukan perkara satu komando saja, tapi kemampuan mengombinasikan pendekatan jangka pendek (tanggap darurat) dengan pendekatan jangka panjang (rehabilitasi dan rekonstruksi),” pungkasnya.

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.