TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - 21 film pendek karya sineas muda dari berbagai daerah di Indonesia diputar dalam Lawang Sewu Screening Festival 2025 yang digelar di area Lawang Sewu Semarang, Jumat (5/12/2025) hingga Minggu (7/12/2025).
Acara yang merupakan bagian dari Lawang Sewu Short Film Festival (LSSFF) 2025 ini menjadi ruang apresiasi bagi pembuat film muda.
Perwakilan Komite Bidang Pemasaran, Nening Fadhilah Istiseptiara menjelaskan, festival ini menghadirkan kompetisi dengan proses kurasi yang ketat.
Dari 144 film yang masuk, 122 karya lolos seleksi administrasi.
Setelah penilaian teknis, visual, tematik, dan kuratorial, terpilihlah 21 film terbaik yang ditampilkan dalam tiga hari, masing-masing 7 film.
"Jadi ada kategori umum, pelajar, dan mahasiswa. Sangat ketat kami mengkurasi."
"Kami berdiskusi intens selama seminggu,” kata Nening di sela pemutaran film.
Nening menyebutkan, peserta tidak hanya berasal dari Semarang, tetapi juga dari kota-kota lain.
"Peserta dari Jakarta lumayan banyak. Kemudian Semarang itu sendiri, Medan juga ada, Malang, Jember, Yogyakarta, dan Magelang serta Surakarta," sebutnya.
Tahun ini, kompetisi mengusung tema Warnakala (ribuan warna dalam waktu), yang mengajak sineas mengeksplorasi keragaman perspektif dan narasi.
Untuk kompetisi ide cerita, tema khususnya adalah “1.000 Pintu”, terinspirasi dari ikon Lawang Sewu.
Menurut Nening, kategori pelajar banyak menghadirkan cerita tentang kehidupan remaja dan budaya yang dekat dengan mereka.
Sementara kategori mahasiswa menunjukkan pemikiran naratif lebih kompleks, didominasi peserta dari kampus-kampus film seperti ISI Surakarta, ISI Yogyakarta, hingga akademi film di Medan.
"Untuk kategori umum, karya-karyanya sudah mendekati profesional. Banyak alumni IKJ hingga Udinus yang ikut," tambahnya.
LSSFF 2025 ini disebut sebagai festival film pendek terbesar yang pernah diadakan di Semarang.
Nening memaparkan, tahun ini merupakan edisi perdana yang masih dalam tahap embrio, namun mendapat dukungan penuh dari Pemkot Semarang untuk mendorong pertumbuhan ekonomi kreatif, khususnya sektor film.
"Kalau di Semarang yang paling terkenal kuliner. Tapi kami juga mulai untuk mengapresiasi dan meningkatkan dari sisi film."
"Karena masih banyak mungkin dari teman-teman dari filmmaker Semarang yang belum mendapatkan wadah. Nah, di sinilah ajang untuk memberikan mereka apresiasi," ungkapnya.
Festival yang berlangsung tiga hari ini mendapat sambutan dari penonton maupun peserta.
Nening menyebutkan, panitia menyediakan 200 tiket gratis per hari untuk memasuki area pemutaran film di Lawang Sewu dan semuanya sold out hanya dalam satu hari.
"Film makernya hadir seperti dari Yogyakarta, Surakarta, Magelang, dan Jakarta."
"Jadi senang banget lihat antusias mereka sangat tinggi."
"Karena filmnya juga disetel di sini, mereka merasa terapresiasi," imbuhnya.
LSSFF 2025 sebelumnya telah diluncurkan Pemkot Semarang di Gedung Ki Narto Sabdo TBRS Kota Semarang pada Senin (15/9/2025).
Festival ini digelar sebagai ruang kreatif bagi sineas muda untuk berkarya sekaligus membangkitkan Semarang sebagai kota sinema.
Wali Kota Semarang, Agustina Wilujeng Pramestuti menekankan pentingnya festival ini untuk masa depan industri kreatif.
“Saya berharap festival ini melahirkan sineas-sineas muda yang berani mengangkat narasi lokal, yang membangun ruang kolaborasi, yang menjembatani tradisi dengan inovasi, serta mengantarkan Kota Semarang kota sineas,” kata Agustina.
Agustina juga menegaskan, festival ini akan menjadi tonggak baru pertumbuhan industri kreatif di ibu kota Jawa Tengah.
"Semarang itu punya potensi dan festival ini akan mendorong sinematografi di Kota Semarang."
"Saya yakin ini akan menjadi kota tempat konversi film pendek maupun film layar lebar."
"Itu akan sumbernya, inspirasinya dari Kota Semarang," ungkapnya.
Dia menambahkan, Pemkot Semarang siap mendukung penuh berjalannya festival.
“Pada 2026, kami akan support apapun bentuknya, kami akan belajar di Kota Semarang,” katanya.
Rangkaian LSSFF 2025 meliputi Lawang Talks (23–26 September 2025), Workshop and Minilab (23–25 Oktober 2025), kompetisi film pendek (1 Oktober–4 November 2025).
Kemudian, Kurasi (10–19 November 2025 ), Semarang Film Week (5–7 Desember 2025), serta Malam Anugerah pada 19 Desember 2025.
Festival ini dikuratori Haris Yuliyanto, Gerry Junus, dan Indra Prasetya.
Sementara jajaran juri terdiri atas Hanung Bramantyo, Monty Tiwa, Indra Yudhistira, dan Ardian Parasto. (*)