Banjir Sumatra, Pakar UGM: Kontributor Dosa Ekologis Sudah Saatnya Berhenti
Sri Juliati December 07, 2025 03:33 PM

TRIBUNNEWS.COM - Akademisi Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada (UGM), Dr Hatma Suryatmojo meminta pihak-pihak yang selama ini merusak lingkungan harus menghentikan praktik yang mengakibatkan banjir dan tanah longsor di Pulau Sumatra.

Hal itu diungkapkan Hatma dalam diskusi yang diselenggarakan UGM pada Kamis (4/12/2025).

Banjir yang terjadi di Sumatra Utara, Sumatra Barat, dan Aceh, dikatakan Hatma, tidak terlepas dari kondisi lingkungan yang rusak, meskipun faktor perubahan iklim juga mempengaruhi.

Hamta menjelaskan, struktur geomorfologi Sumatra membuat wilayah ini memang rentan terhadap luapan besar saat hujan turun.

Lereng-lereng terjal dari Aceh hingga Lampung mengalirkan air langsung ke dataran rendah, sementara kipas vulkanik menjadi area yang kini banyak ditempati masyarakat.

Jalur alami ini mempercepat aliran dan membawa material dalam jumlah besar ketika intensitas hujan meningkat.

“Dengan pola seperti itu, hujan deras pasti membawa material dalam jumlah besar dan kecepatan tinggi,” ujarnya, dikutip dari laman UGM.

Hatma menjelaskan bahwa banjir bandang yang menyeret kayu dan material endapan berkaitan erat dengan terus memburuknya kondisi lingkungan.

Aktivitas pembukaan kawasan di bagian hulu, meluasnya kawasan permukiman ke wilayah perbukitan, serta pergeseran fungsi kawasan hutan menyebabkan meningkatnya aliran air di permukaan tanah.

Hilangnya tutupan hutan mengurangi kemampuan tanah menyimpan air, sehingga lonjakan debit air menjadi sulit dikontrol.

“Para pihak yang menjadi kontributor dosa ekologis itu sudah saatnya berhenti,” tegasnya.

Peran Hutan Tahan Air Hujan Sangat Besar

Lebih lanjut, Hatma menegaskan hutan secara alami memiliki kemampuan besar untuk menahan air hujan.

 Bahkan dalam kondisi ideal, hingga sepertiga air dapat tertahan di tajuk dan lebih dari separuh meresap ke dalam tanah sebelum mencapai permukaan.

Ketika tutupan hutan berkurang, seluruh volume air bergerak serentak menuju sungai dan mempercepat terjadinya banjir.

“Neraca airnya pasti berubah dan debit puncaknya meningkat drastis,” ujar Hatma.

Update Korban Banjir Sumatra

Sementara itu, Badan Penanggulangan Bencana Nasional (BNPB) mencatat jumlah korban meninggal dunia akibat bencana banjir bandang dan longsor di Sumatra berjumlah 914 jiwa per Sabtu (6/12/2025).

 Jumlah ini bertambah 47 jiwa dari hari sebelumnya yang hanya berjumlah 867 jiwa.

Adapun rician 914 jiwa korban meninggal dunia tersebut di antaranya  359 jiwa di Aceh, 329 jiwa di Sumatra Utara, dan 226 jiwa di Sumatra Barat.

Untuk korban yang masih dinyatakan hilang, BNPB mencatat saat ini berjumlah 389 jiwa.

Angka tersebut menurun dari hari sebelumnya yang mencatat ada 521 jiwa yang dinyatakan hilang.

"Angka ini bergerak dinamis, di mana ada beberapa korban yang sebelumnya dilaporkan hilang ternyata di beberapa tempat kemudian dinyatakan dalam selamat," kata Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari dalam jumpa pers, Sabtu sore.

Pihaknya bersama instansi terkait saat ini berupaya terus melakukan pencarian terhadap para korban yang masih dinyatakan hilang.

"BNPB akan terus mengoptimalkan operasi pencarian dan pertolongan hingga nanti daftar korban hilang bisa kita minimalkan sekecil mungkin," ucapnya.

(Gilang P, Adi Suhendi)

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.