TRIBUNNEWS.COM - Kota suci Betlehem di Tepi Barat menyalakan pohon Natal raksasa di Manger Square pada Sabtu (6/12/2025).
Ini merupakan pertama kalinya pohon tersebut dinyalakan sejak pecahnya perang di Gaza lebih dari dua tahun lalu, lapor Al Jazeera.
Upacara ini diharapkan dapat mendorong wisatawan kembali dan memberi semangat bagi ekonomi kota yang terpukul.
Ribuan warga Palestina, termasuk keluarga, pejabat, dan turis dari Israel serta Tepi Barat, berkumpul di luar Gereja Kelahiran untuk menyaksikan pohon dihiasi pernak-pernik merah dan emas itu dinyalakan.
"Penyalaan pohon Natal adalah bentuk keceriaan yang dibutuhkan semua orang," kata Nour Odeh dari Al Jazeera.
Meskipun berlangsung selama dua jam, perayaan tahun ini lebih tenang dibanding sebelumnya, hanya diisi himne dan doa untuk perdamaian.
Gereja Kelahiran adalah gereja Kristen kuno yang terletak di Betlehem, Tepi Barat.
Gereja ini diyakini umat Kristen sebagai tempat kelahiran Yesus Kristus dan menjadi salah satu situs ziarah paling penting di dunia.
Selama dua tahun terakhir, semua perayaan Natal publik dibatalkan karena konflik dan serangan Israel yang hampir setiap hari di Tepi Barat.
Wali Kota Betlehem, Maher Canawati, mengatakan keputusan melanjutkan perayaan ini kontroversial, mengingat penderitaan yang masih berlangsung di Gaza.
Namun, ia menekankan Natal adalah simbol harapan dan kehidupan.
"Ini mengirimkan pesan kepada dunia bahwa kami, warga Palestina, mencintai kehidupan dan menantikan solusi damai," ujarnya (BBC, 2025).
Kota ini tengah menghadapi krisis ekonomi parah.
Banyak bisnis tutup akibat pembatasan Israel, pengangguran meningkat hingga 34 persen.
"Lebih dari 40 persen penduduk hidup di bawah garis kemiskinan," kata Samir Hazboun dari Kamar Dagang Betlehem.
Pariwisata turun drastis, dengan kunjungan menurun hingga 90 persen dan kerugian mencapai $1,5 juta per hari.
Beberapa hotel di dekat Gereja Kelahiran, seperti Manger Hotel, hanya memiliki sedikit tamu dalam dua tahun terakhir.
Pemiliknya berharap dengan kembalinya perayaan Natal, hotel dan bisnis lokal bisa mulai pulih.
"Kami berharap orang-orang kembali dari Eropa, Timur Tengah, Amerika, dan Amerika Latin," kata pemandu wisata Hamza.
Perayaan kali ini juga dihadiri warga Muslim dan turis asing, termasuk peziarah dari Asia, Amerika Selatan, dan Eropa Timur.
Lampu-lampu jalan dan tanda pasar Natal menambah suasana meriah.
"Ini adalah kesempatan untuk memberikan kebahagiaan kepada anak-anak dan memberi tahu dunia bahwa Betlehem terbuka," kata Odeh.
Selain Betlehem, kota-kota tetangga seperti Beit Jala dan Beit Sahour juga berencana menyalakan pohon Natal dalam beberapa hari mendatang.
Warga berharap tradisi ini dapat menjadi simbol harapan dan mendorong pemulihan ekonomi setelah dua tahun krisis akibat perang Gaza.
(Andari Wulan Nugrahani)