Sebut Banjir Bandang di Sumatra Keadaan Alam, Prabowo Janji Hapus Utang KUR Petani Aceh
Bobby Wiratama December 07, 2025 07:33 PM

TRIBUNNEWS.COM - Presiden RI Prabowo Subianto berjanji akan menghapus utang Kredit Usaha Rakyat (KUR) petani Aceh yang terdampak bencana banjir bandang dan tanah longsor.

Aceh menjadi satu dari tiga provinsi yang dilanda banjir dan tanah longsor di Sumatra, bersama Sumatra Utara dan Sumatra Barat.

Menurut Prabowo, penghapusan utang KUR petani merupakan bagian dari penanganan bencana alam di wilayah tersebut.

Prabowo juga beralasan, penghapusan utang ini karena bencana banjir dan tanah longsor tersebut adalah keadaan alam, bukan kelalaian.

Hal ini disampaikan Prabowo dalam kunjungan keduanya di Provinsi Aceh pasca-bencana, Minggu (7/12/2025) hari ini.

Sebelumnya, eks Menteri Pertahanan RI tersebut telah mengunjungi korban bencana banjir dan longsor di Aceh pada Senin (1/12/2025).

"Utang-utang KUR —karena ini keadaan alam— kita akan hapus dan petani tidak usah khawatir," tegas Prabowo saat berbincang kepada wartawan, dikutip dari tayangan di kanal YouTube Sekretariat Presiden, Minggu

"Karena ini bukan kelalaian, tapi keadaan terpaksa, force majeure,” lanjutnya.

Prabowo melanjutkan, pemerintah akan membantu merehabilitasi lahan persawahan yang rusak terdampak banjir bandang dan tanah longsor di Aceh.

"Sawah-sawah yang rusak akan kita rehabilitasi dan sudah dilapor ke saya, petani-petani enggak usah khawatir, kalau sawahnya rusak, prioritas kami akan memperbaiki," ucap Prabowo.

Selain itu, RI1 juga memastikan bahwa kebutuhan pangan masyarakat di wilayah terdampak bencana di Provinsi Aceh tetap tercukupi.

Menurut Prabowo, bahan pangan akan dikirim dari tempat lain.

"Pangan akan kita kirim dari tempat lain. Cadangan-cadangan masih cukup banyak," katanya.

Dalam kunjungan ke Aceh pada Minggu (7/12/2025) hari ini, Prabowo meninjau proses pengerjaan Jembatan Bailey Teupin Mane yang terletak di ruas penting Bireuen–Takengon, Kabupaten Bireuen, Provinsi Aceh.

Pantauan lapangan, Pesawat Kepresidenan PK-GRD mendarat di Bandara Internasional Sultan Iskandar Muda, Kabupaten Aceh Besar, pukul 10.21 WIB.

Sekitar 10 menit kemudian, Prabowo turun dari pesawat.

Setelah menjejakkan kaki di apron, Prabowo disambut Menteri Pertahanan RI Sjafrie Sjamsoeddin serta Gubernur Aceh Muzakir Manaf.

Dalam kunjungan kali ini, Presiden RI Prabowo Subianto didampingi oleh Menteri Sekretaris Negara RI (Mensesneg) Prasetyo Hadi, Menteri Luar Negeri RI (Menlu) Sugiono, Sekretaris Kabinet (Seskab) Teddy Indra Wijaya, serta Kepala Badan Komunikasi Pemerintah (BKP) Angga Raka Prabowo.

UPDATE DATA BENCANA SUMATRA 2025: 940 Orang Tewas, 276 Orang Dilaporkan Hilang

Tiga provinsi di Sumatra, yakni Sumatra Barat, Sumatra Utara, dan Aceh dilanda banjir bandang dan tanah longsor yang disebabkan hujan lebat yang mengguyur sejak Senin (24/11/2025).

Puncak intensitas tinggi hujan terjadi pada Selasa hingga Kamis (25-27/11/2025).

Peristiwa ini pun menyebabkan ratusan orang meninggal dunia maupun dilaporkan hilang, serta ribuan orang lainnya luka-luka.

Menurut data terbaru dari Dashboard Penanganan Bencana Sumatra 2025 dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) per Minggu (7/11/2025) hari ini, tercatat, sebanyak 940 orang meninggal dunia.

Lalu, 276 orang dilaporkan hilang, sedangkan sekitar 5.000 orang mengalami luka-luka.

Di 52 kabupaten terdampak, tercatat setidaknya kerusakan baik berat maupun ringan menimpa 147.300 rumah, 1.300 fasilitas umum, 701 fasilitas pendidikan, 420 rumah ibadah, 405 jembatan, 234 gedung/kantor, dan 199 fasilitas kesehatan.

Lebih lanjut, kerugian ekonomi nasional akibat banjir bandang Sumatra ini diperkirakan mencapai Rp68,67 triliun sebagaimana dipaparkan CELIOS (Centre of Economic and Law Studies).

Selain korban jiwa dan kerugian material, bencana di Sumatra menjadi sorotan lantaran mencuatnya isu lingkungan lain.

Seperti, masifnya deforestasi dan kerusakan ekologis.

WALHI (Wahana Lingkungan Hidup Indonesia) telah mengungkap bahwa sekitar 1,4 juta hektare hutan hilang hanya dalam kurun waktu 2016–2024 di wilayah terdampak, sehingga mengurangi kemampuan daerah aliran sungai (DAS) dalam mengelola debit air.

Hilangnya hutan, diduga kuat dengan besarnya skala penebangan pohon, turut disorot setelah arus banjir membawa ribuan batang kayu gelondongan (berbekas potong mesin).

Sementara itu, penanganan banjir bandang dinilai lambat oleh masyarakat. 

Apalagi dengan adanya desakan penetapan status Bencana Nasional yang tak kunjung dicanangkan oleh pemerintah yang mengklaim sudah respon cepat dan bisa menangani sendiri, karena belum perlu bantuan asing.

Di saat yang sama, masih banyak penyintas yang belum mendapat bantuan selama berhari-hari, lantaran akses darat yang putus, pengungsian yang masih belum teratur, terlebih dengan risiko banjir susulan setelah BMKG memeringatkan potensi hujan lebat hingga akhir 2025.

Diketahui, intensitas hujan yang tinggi di wilayah Sumatra timbul seiring munculnya Bibit Siklon 95B yang menguat menjadi Siklon Tropis Senyar pada Rabu (26/11/2025), sebagaimana dikonfirmasi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG).

Siklon Tropis Senyar ini pun menjadi sebuah fenomena alam yang terbilang langka.

Sebab, siklon tropis pada dasarnya sangat jarang terbentuk di wilayah Khatulistiwa, karena adanya gaya Coriolis (gaya yang memberi rotasi pada sistem tekanan rendah) sangat lemah di garis ekuator sehingga sulit membentuk pusaran badai.

Siklon Tropis Senyar pun kini mematahkan anggapan bahwa Indonesia adalah negara Khatulistiwa yang aman dari terjangan jenis badai berkekuatan besar, dengan radius rata-rata mencapai 150 hingga 200 kilometer (km) itu.

Munculnya siklon tropis di area Khatulistiwa juga diduga kuat dipicu oleh pemanasan global dan krisis iklim yang mana disebabkan oleh aktivitas manusia, seperti pembakaran bahan bakar fosil sehingga suhu global Bumi naik.

Selain itu, banjir bandang dan tanah longsor terjadi karena faktor manusia, maraknya deforestasi atau penggundulan hutan untuk tambang maupun perkebunan, serta kerusakan tata ruang (penyempitan dan pendangkalan Daerah Aliran Sungai atau DAS), hingga rusaknya ekosistem.

Salah satu indikasi terjelas adalah anomali pada arus air banjir bandang di Sumatra, yang tidak hanya membawa lumpur, tetapi juga ribuan meter kubik kayu gelondongan, beraneka ukuran dan terlihat terpotong rapi dengan kulit sudah dikupas, sampai menumpuk di berbagai titik.

Kayu gelondongan terlihat di area banjir di Kabupaten Tapanuli Tengah, Kabupaten Tapanuli Selatan, hingga Kota Sibolga. Gelondongan kayu teronggok di rumah-rumah warga maupun bangunan.

Sebuah video viral di media sosial menunjukkan, gelondongan kayu juga terbawa arus banjir di Jembatan Aek Garoga, Kecamatan Batang Toru, Tapanuli Selatan.

Di sisi lain, tumpukan kayu gelondongan juga terlihat memenuhi area muara sungai dan bibir pantai di Kota Padang.

(Rizki A.)

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.