Peringatkan Potensi Longsor, Banjir, dan Tanah Gerak, BPBD Ponorogo Siapkan Mitigasi di Titik Rawan
irwan sy December 08, 2025 01:32 AM

 

SURYA.co.id, PONOROGO - Kabupaten Ponorogo masuk dalam zona rawan tinggi potensi longsor dan banjir menurut Executive Summary dari PVMBG.

Dalam rilis yang diterima BPBD Ponorogo bahwa Provinsi Jawa Timur memiliki kerentanan gerakan tanah yang sangat tinggi karena kombinasi morfologi pegunungan vulkanik, struktur geologi aktif, batuan gunungapi lapuk, DAS hulu curam, serta kepadatan permukiman yang meningkat di lereng dan kawasan hulu.

Kejadian banjir bandang dan longsor besar di Aceh, Sumut, dan Sumbar selama 2024–2025 menunjukkan bahwa pola hujan ekstrem yang berulang dapat memicu aliran bahan rombakan, banjir bandang, longsor cepat, pergerakan tanah lambat yang berkembang menjadi bencana besar.

Berdasarkan Peta Potensi Gerakan Tanah PVMBG Desember 2025, sebagian besar wilayah Jawa Timur berada pada kategori Menengah–Tinggi, dan banyak kecamatan memiliki label Berpotensi Banjir Bandang / Aliran Bahan Rombakan.

Hal ini menunjukkan bahwa skenario bencana ekstrem sangat mungkin terjadi di Jawa Timur.

“Dalam rilis itu di Ponorogo juga ada. Kami memetakan bagaimana antisipasinya,” ungkap Kepala Pelaksana BPBD Ponorogo, Masun, Minggu (7/12/202).

Berdasarkan Prakiraan Gerakan Tanah Desember 2025, kawasan perbukitan selatan seperti Ponorogo memiliki kombinasi lereng curam, batuan lapuk, dan DAS pendek yang membuatnya sangat rentan terhadap longsor besar maupun aliran bahan rombakan.

Kondisi ini membuat kemungkinan terjadinya bencana hidrometeorologi meningkat saat hujan ekstrem melanda wilayah tersebut.

“Kalau kita mengacu pada data kajian resiko bencana. 2025- 2030 kabupaten ponorogo. Dari 11 potensi bencana di Ponorogo itu, ada 5 yang masuk bencana prioritas,” katanya.

Pertama, jelas dia, longsor menjadi bencana prioritas nomor 1 di Ponorogo, lantaran di Bumi Reog pernah terjadi kasus longsor cukup besar.

“Ingat 2017 silam, longsor di Desa Banaran, Kecamatan Pulung memakan korban puluhan,” kata mantan Kepala Dinas Pertanian Ketahanan Pangan dan Perikanan.

Selain itu, sepanjang tahun, bencana longsor mendominasi hampir 60?ri total bencana yang ada di Ponorogo.

Data yang ada, bahwa bencana longsor selalu terjadi di wilayah timur dan selatan.

“Beda pola ya. Kalau selatan itu lebih tanah. dataran Karst.  Kalau timur itu lebih ke dataran vulkanik tua, jadi pelapukan sudah sangat luar biasa,” tegasnya.

Namun, dia menerangkan bahwa prinsipnya, karst maupun dataran vulkanik itu sama-sama.

Ikatan tanahnya lebih mudah lepas ketika sedikit minum air.

“Nah, itu mengakibatkan daerah selatan dan timur menjadi sangat rawan berdiri longsor,” papar Masun.

Sementara, Masun mengaku bahwa Executive Summary dari PVMBG terkait dengan potensi rawan kejadian longsor dan banjir bandang, berdasarkan prakiraan pergerakan tanah.

“Nah, hampir semua rilis itu untuk lihat dan timur itu menjadi daerah dengan pergerakan yang cukup tinggi,” tegasnya.

Masun mengatakan bahwa Ponorogo selatan yang rawan longsor itu adalah di Kecamatan Slahung, Ngrayun.

Sedangkan wilayah timur ada Kecamatan Ngebel, Pudak, Pulung dan Sooko,

“Itu beberapa daerah yang menjadi potensi kita dan sekitar, yaitu daerah kars sama daerah vulkanik purba runtuh,” urai Masun.

Menurutnya, BPBD telah memberikan imbauan sejak masuk bulan Oktober.

Ada edaran terkait kewaspadaan bencana Hidrometeorologi.

Nah, apa yang kita lakukan kita sudah sejak awal Oktober masuk bulan hidro? Itu sudah membuat edaran terkait dan kewaspadaan hidro.

“Nah, berkenaan dengan sekarang ada kewaspadaan geologi oleh PVMBG, kita menindaklanjuti dengan surat edaran himbauan, kewaspadaan kesiapsiagaan untuk seluruh wilayah di kabupaten ponorogo kita sampaikan kepada camat untuk diteruskan kepada setiap desa,” ucapnya.

Harapannya, jelas dia,  agar masyarakat setempat lebih hati-hati mencermati tanda-tanda ketika mungkin akan terjadi bencana longsor.

“Itu sudah kita informasikan ke teman-teman di awalan di akhir ini berkenaan dengan rilis pvmbg kita. , buat edaran ulang.  Mudah-mudahan menjadi perhatian masyarakat setempat. Saya pikir itu,” tambahnya.

Dari awal Oktober hingga akhir November, Masun menyatakan bahwa BPBD mencatat ada 56 kasus bencana. 36 di antaranya kejadian longsor.

“Memang didominasi longsor terjadi paling banyak dipulung di kemudian berturut-turut berikutnya ada di pudak, kemudian di ngebel di ngerayun di sooko. Ada di sawo juga sebagian jadi ini wilayah-wilayah yang potensi terjadi gerakan tanah atau longsor di musim hujan ini,” urainya.

BPBD juga telah membentuk desa tangguh bencana atau dikenal dengan nama Destana.

“Seperti di Desa Bekiring Kecamatan Pulung,  Desa Talun Kecamatan Ngebel, Desa Tumpuk Kecamatan Sawoo. Pun ada Katana keluarga tanggung bencana,” tuturnya

Rawan Banjir

Tidak hanya tentang longsor, Ponorogo juga rawan bencana banjir.

Masun menyatakan bahwa Ponorogo memang bagian dari wilayah Daerah Aliran Sungai (DAS) Solo.

“Itu faktanya terakhir kemarin kan sempat meluap dengan tekan banjir dan membawa material edimentasi,” tambahnya.

Masun menduga, bahwa tahun ini, proses itu bisa saja terjadi ketika curah hujan melebihi 100 mm ini sama beberapa himbayan dari BMKG maupun PBMBG.

Ketika curah hujan sudah menembus 100 mm, maka ada potensi terjadi banjir lagi atau potensi bahkan banjir bsndang ketika membawa material lumpur dari hulu.

“Ini yang kita lihat kemarin ini sebetulnya di bawah 100, tapi di atas 26 hampir di antara itu. Kalau 26 itu, biasanya kita masih biasa saja. Bahkan 50 pun masih normal kemarin, tapi kalau sudah di atas 50, memang harus hati-hati, apalagi kalau di 100 harus waspada,” tambahnya.

Dia mengaku bahwa curah hujan yang tinggi dipadukan dengan tutupan lahan di hulu yang berkurang berdampak pada aliran air, sebagian yang harusnya ditahan oleh tutupan tanah meresap ke tanah itu langsung ke bawah, dan apalagi disertai dengan membawa lumpur, membawa sedimen atau membawa erosi.

Itu berdampak pada sifatnya merusak, karena dia akan massanya akan lebih keras ketika ngalir bersama air, dan itu yang sifatnya merusak.

“Itu yang terjadi hampir mirip kemarin banjir akhir 2024. Karena yang tadi kita lihat kan hampir semua kemudian membawa lumpur di semua wilayah yang dilalui banjir. Nah, kalau itu terus berulang, maka kita ingatkan untuk wilayah-wilayah yang di das Solo Sekayu yang-yang bermuara pada Sekayu untuk lebih hati-hati, dan kita kemarin di awal Oktober sudah melakukan sosialisasi untuk seluruh kepala desa,” ucapnya.

Mitigasi pun telah dilakukan di sejumlah wilayah rawan banjir. Sebut saja di Mlarak, Siman, Jetis dan Ponorogo kota  sudah evaluasi.

“Kita sudah lakukan edukasi terkait dengan mitigasi sungai itu, dikerjakan oleh teman-teman PK. Mengambil tempat di kelurahan di kecamatan jetis, kita kumpulkan 3 kecamatan di sana sebenarnya 1 kecamatan di kota, namun mudah-mudahan dengan edukasi sungai itu,“ tegasnya.

Masun menjelaskan bahwa berbagai antisipasi sudah dilakukan, termasuk melakukan kampanye melalui berbagai media, baik itu media sosial maupun media massa

Antisipasi bencana seperti di Sumatera, Masun mengatakan bahwa banyak faktor, tidak semata-mata karena aliran sungai saja.

“Kami sudah melakukan penghijauan bersama-sama relawan maupun Baznas dan PMI di Desa Wates, Tugurejo dan lain-lainnya,” urianya.

Dia mengklaim bahwa daerah kritis sudah dilakukan penghijaun.

“Jadi, pionir untuk melakukan penghijauan itu bagian dari menghambat. erosi mengantisipasi agar tidak,” pungkasnya.

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.