Laporan Wartawan Serambi Indonesia Indra Wijaya | Banda Aceh
SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Wali Nanggroe Aceh, PYM Malik Mahmud Al-Haythar mengaku dirinya banyak dihubungi oleh duta dari luar negeri untuk memberikan bantuan penanganan bencana banjir bandang dan tanah longsor yang melanda Aceh.
Namun kata Wali, bantuan internasional saat ini tidak bisa masuk, lantaran Pemerinta Pusat belum menetapkan status bencana Hidrometeorologi yang melanda Sumatera sebagai Darurat Bencana Nasional.
"Saya banyak dihubungi oleh Duta Asing mereka ingin membantu, tetapi masalahnya belum dinyatakan darurat nasional.
Ini menurut peraturan nasional, kalau sudah diberikan deklarasi, mereka bisa masuk. Ini tentu kecewa, banyak kecewa saya," kata Wali usai kegiatan Zikir
Sementara itu, Wakil Ketua KPA Pusat, Darwis Jeunib, mengatakan, meminta agar Pemerintah Pusat membuka jalur internasional untuk membantu Aceh, Medan dan Sumatera Barat.
"Serahkan kepada dunia luar untuk membantu Aceh Karena sekarang kita lihat, kalau gak ada negara-negara dari luar membantu Aceh, sampai 20 tahun ini Aceh masih bergelut dengan lumpur-lumpur," kata Darwis.
Menurutnya, kejadian bencana dan pembabatan hutan merupakan ulah manusia itu sendiri. Usai kayu di ambil dari hutan, dampaknya banjir bandang yang terjadi saat ini.
"Mana orang itu sekarang Kita harap kepada pemerintah pusat, kalau memang gak sanggup, buka pintu internasional untuk membantu Aceh dan Sumatera Barat itu saja," pungkasnya.
Korban bencana banjir bandang dan tanah longsor yang melanda 18 kabupaten/kota di Aceh terus bertambah.
Menurut data terakhir dari Posko Komando Tanggap Darurat Bencana Aceh yang diupdate pada Minggu (14/12/2025) pukul 19.00 WIB, tercatat jumlah korban meninggal dunia saat ini mencapai 430 orang.
“Laporan pemantauan data Penanggulangan Bencana Alam Hidrometeorologi di Posko Terpadu Pemerintah Aceh korban meninggal dunia mencapai 430 orang dan hilang 32 orang,” kata Juru Bicara Posko Komando, Murthalamuddin.
Menurut Murthalamuddin, bencana yang dipicu oleh curah hujan ekstrem tersebut mencakup 225 kecamatan dan 3.678 gampong.
Serta korban terdampak terdata 518.724 kepala keluarga (KK) atau 1.984.018 jiwa.
Selain korban meninggal dan hilang, juga terdapat 3.845 orang mengalami luka ringan dan 474 lainnya luka berat.
“Hingga kini, tim gabungan masih melakukan evakuasi, distribusi bantuan, serta pencarian korban hilang di lapangan,” katanya.
Sementara itu, lanjut dia, jumlah pengungsi saat ini tercatat 2.185 titik pengungsian dengan total 129.794 kepala keluarga atau 474.962 jiwa yang harus meninggalkan rumah mereka.
Kerusakan infrastruktur dan fasilitas umum lainnya juga dilaporkan sangat signifikan.
Tercatat kerusakan pada 258 unit perkantoran, 287 unit tempat ibadah, 305 unit sekolah, 206 rumah sakit dan puskesmas, dan 431 unit pondok pesantren.
Pada sektor transportasi, musibah banjir dan tanah longsor ini juga tercatat merusak 461 titik badan jalan dan 332 titik jembatan.
“Kemudian kerusakan harta benda meliputi 164.906 unit rumah, 186.868 ekor ternak, 89.337 hektare sawah, 21.860 hektare kebun, dan 40.328 hektare tambak,” pungkasnya.