TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Jelang penutupan TPA Suwung pada 23 Desember mendatang, Wali Kota Denpasar kumpulkan perbekel dan lurah se-Denpasar.
Rapat ini digelar di Gedung Sewakadharma Lumintang pada Senin, 15 Desember 2025.
Selain itu, juga dihadirkan pengelola TPS3R untuk mengetahui pola maksimal serta kendalanya.
Dalam rapat ini terungkap jika tenaga kerja menjadi penyebab kurang maksimalnya operasional TPS3R.
Baca juga: DENPASAR Baru Sanggup Olah 500 Ton Sampah Per Hari, Pemkot Ubah TPST Kesiman Kertalangu Jadi PDU
Bahkan ada TPS3R dalam sehari hanya mampu mengolah 1 ton, padahal timbulan sampah di wilayah tersebut mencapai 49 ton.
Perbekel Pemecutan Kaka, Anak Agung Ngurah Arwatha mengatakan untuk pengolahan sampah di TPS3R Sari Sedana Bung Tomo hanya mengandalkan dua petugas.
"Kami ada 15 petugas, tapi itu ada sopir moci, sopur truk. Untuk pengolah ada 2 petugas," paparnya.
Baca juga: DENPASAR Baru Sanggup Olah 500 Ton Sampah Per Hari, Pemkot Ubah TPST Kesiman Kertalangu Jadi PDU
Dalam sehari, wilayahnya menghasilkan 49,38 ton timbulan sampah.
Sedangkan yang bisa diolah di TPS3R hanya 1,6 ton per hari dan sisanya dibuang ke TPA Suwung.
"Pembuangan ke TPA sehari dilakukan enam kali dengan menggunakan tiga truk," paparnya.
Ia menambahkan, untuk anggaran penanganan sampah tahun 2025 ini di desanya Rp1 Miliar.
Baca juga: Polemik Penutupan TPA Suwung, Data Buktikan Denpasar Baru Bisa Tangani 500 Ton Sampah Per Hari
Namun Rp 600 juta digunakan untuk pengadaan truk sampah sehingga masih tersisa untuk operasional TPS3R termasuk gaji petugas.
Sedangkan dari retribusi sampah dalam sebulan rata-rata mendapat Rp14 juta.
Wali Kota Denpasar, IGN Jaya Negara mengatakan sebelumnya pihaknya juga telah menggelar rapat dengan bendesa.
Pihaknya mengaku akan berusaha semaksimal mungkin dalam hal penanganan sampah untuk antisipasi penutupan TPA Suwung.
Baca juga: Buat Teba Modern Tapi Punya Pekarangan, Ini Solusi Alternatif Kelola Sampah Organik di Rumah
"Dari laporan yang ada, pointnya berapa kemampuan maksimal pengelolaan sampah kita. Dari 24 TPS3R ditambah teba modern dan lainnya, baru bisa 300 ton per hari, 290 ton bersihnya," katanya.
Menurut Jaya Negara, belum optimalnya TPS3R ini dikarenakan kekurangan tenaga kerja.
"Misal di Pemecutan mampu anggarkan tenaga kerja, tapi tidak dapat pekerjanya. Mungkin mereka lebih memilih di tempat lain," katanya.
Dari rapat tersebut, pihaknya berharap TPS3R mampu meningkatkan kapasitas pengolahan minimal 5 ton per hari. (*)