Operasi Lebih Presisi dan Minim Sayatan, Siloam Hospitals Kebon Jeruk Punya Pusat Bedah Robotik
December 17, 2025 12:54 AM

WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Siloam Hospitals Kebon Jeruk (SHKJ), salah satu rumah sakit unggulan dalam jaringan Siloam International Hospitals, resmi meluncurkan Center for Robotic and Minimally Invasive Surgery, pusat bedah robotik dan minimal invasif pertama di Indonesia.

Kehadiran pusat bedah robotik ini menandai babak baru pelayanan bedah modern di Tanah Air yang mengedepankan sayatan minimal, presisi lebih tinggi, pemulihan lebih cepat, serta risiko komplikasi yang lebih rendah.

"Teknologi ini telah hadir dan digunakan secara nyata untuk meningkat mutu tindakan bedah dengan mengatasi keterbatasan tangan manusia, keterbatasan mata manusia, dan juga kelelahan manusia," ujar CEO Siloam International Hospitals Caroline Riady saat peluncuran Center for Robotic and Minimally Invasive Surgery di Sheraton Grand Jakarta Gandaria City Hotel, Jakarta, Selasa (16/12/2025).

Saat ini, Siloam Hospitals Kebon Jeruk mengoperasikan tiga sistem robotik, yakni Da Vinci Xi untuk urologi, ginekologi, bedah digestif, dan bedah umum; Biobot MonaLisa untuk diagnostik kanker prostat presisi tinggi; serta ROSA untuk prosedur ortopedi, khususnya total knee replacement.

"Seluruh teknologi tersebut dioperasikan oleh tim dokter spesialis multidisiplin yang memiliki sertifikasi internasional di bidang bedah robotik," sebut Carloline Riady.

Dalam operasionalnya, pusat bedah menggunakan robotik ini melibatkan dokter-dokter spesialis berpengalaman di bidangnya, termasuk urologi, ginekologi, digestif, dan ortopedi, antara lain: dr. Marto Sugiono, SpU (K), FRCS-Urology (UK) (bidang urologi).

Kemudian, dr. Ferdhy Suryadi Suwandinata, SpOG-KFER (bidang obstetri dan ginekologi); Dr. dr. Wifanto Saditya Jeo, Sp.B-KBD (bidang Bedah Digestif); serta Dr. dr. Franky Hartono, Sp.OT (K) (bidang Ortopedi).

Da Vinci Xi Surgical System

Menurut dr. Ferdhy, bahwa keunggulan utama robotik Da Vinci Xi terletak pada stabilitas kamera dan kendali instrumen yang sangat presisi. 

Seluruh gerakan operator diterjemahkan secara akurat oleh robot, sementara sistem pengaman otomatis akan menghentikan pergerakan bila operator tidak berada pada posisi visual yang tepat di konsol.

“Robotik Da Vinci Xi memiliki sistem keamanan yang sangat baik. Gerakan akan otomatis berhenti jika dokter tidak melihat layar konsol, sehingga risiko kesalahan dapat ditekan seminimal mungkin,” ujarnya.

Dr. Ferdhy menjelaskan, bahwa teknologi robotik sangat membantu dalam menangani kasus-kasus sulit, seperti endometriosis dengan perlekatan di area yang sulit dijangkau.

Robotik bedah Da Vinci Xi memiliki 4-Lengan robotik generasi terbaru yang memberikan fleksibilitas tinggi dan stabilitas maksimal.

Kemudian tampilan visual 3D High-Definition Vision System dengan pembesaran hingga 10 kali, menghasilkan visualisasi organ yang sangat detail.

“Robotik memberikan visualisasi yang sangat jelas dan stabil. Ini sangat membantu pada kasus-kasus kompleks yang sulit ditangani dengan laparoskopi biasa,” jelas dr Ferdhy.

Lalu ada EndoWrist® Technology yang mampu melakukan gerakan menyerupai pergelangan tangan manusia dengan ketepatan lebih tinggi.

Fitur lainnya, yakni Integrated Table Motion yang memungkinkan penyesuaian posisi meja operasi selaras dengan gerakan lengan robot.

Serta, Dual Console Option untuk pendidikan dan kolaborasi antara dua ahli bedah.

Biobot tingkatkan akurasi diagnosis kanker prostat

Biobot juga berperan penting dalam meningkatkan akurasi diagnosis kanker prostat. Dengan bantuan kecerdasan buatan (AI), Biobot mampu mendeteksi tumor prostat berukuran sangat kecil dengan tingkat akurasi lebih dari 95 persen.

Teknologi ini memungkinkan biopsi dilakukan secara presisi dan aman, dengan risiko infeksi dan perdarahan yang jauh lebih rendah dibandingkan metode konvensional.

Hingga kini, ratusan prosedur biopsi telah dilakukan menggunakan Biobot, sehingga pasien tidak lagi harus dirujuk ke luar negeri.

“Tujuan utama kami adalah agar pasien Indonesia bisa mendapatkan layanan terbaik di dalam negeri, tanpa harus berobat ke luar negeri,” ujar dr. Marto Sugiono, SpU (K), FRCS-Urology (UK).

ROSA (Robotic Surgical Assistant) untuk penggantian sendi lutut

Teknologi robotik bedah ini membantu dokter ortopedi melakukan pembedahan penggantian sendi lutut dengan tingkat presisi tinggi dan hasil yang lebih optimal bagi pasien.

Dokter Spesialis Ortopedi Konsultan, Dr. dr. Franky Hartono, SpOT (K) menjelaskan, bahwa berbeda dengan robotik bedah yang bekerja pada jaringan lunak, robotik ROSA dirancang khusus untuk menangani struktur keras seperti tulang, yang membutuhkan pendekatan dan perhitungan konstruksi yang sangat presisi.

“Kalau ortopedi itu seperti ilmu konstruksi. Kalau memotong dan memasang tidak presisi, hasil akhirnya bisa miring, tidak nyaman, bahkan mengganggu fungsi sendi dalam jangka panjang,” ujar dr. Franky.

Menurut Dr. dr. Franky, secara konvensional operasi penggantian sendi lutut mengandalkan ketelitian tangan dan penglihatan dokter serta dibantu alat ukur manual. 

Meski hasilnya baik, tetap ada potensi variasi atau kesalahan kecil yang dapat memengaruhi kenyamanan pasien.

Hanya saja, dengan robotik ROSA, proses tersebut menjadi jauh lebih akurat. 

Dr. dr. Franky mengatakan, sebelum operasi dilakukan, data lutut pasien diambil melalui pemeriksaan X-ray dan diolah menjadi model tiga dimensi.

Data ini kemudian dimasukkan ke dalam sistem komputer ROSA untuk membantu dokter merencanakan posisi pemotongan dan pemasangan implan sendi lutut secara presisi.

“ROSA ini seperti GPS. Dia memberi tahu kalau arah potongannya kurang pas, terlalu miring, atau perlu disesuaikan. Kalau tidak sesuai perhitungan, sistem bahkan bisa menolak,” jelasnya.

Meski menggunakan robotik, keputusan akhir tetap berada di tangan dokter. ROSA berfungsi sebagai asisten yang memberikan data dan rekomendasi, sementara dokter menyesuaikan tindakan dengan kondisi dan kebutuhan pasien.

“Setiap pasien berbeda. Atlet tentu berbeda kebutuhannya dengan pasien usia lanjut. Dokter yang menentukan bagaimana pemasangan implan agar sesuai dengan aktivitas dan gaya hidup pasien,” kata Dr. dr. Franky.

Terkait masa pemulihan, Dr. dr. Franky menjelaskan bahwa target utama dari penggunaan Robotic and Minimally Invasive Surgery ini bukan sekadar pasien jadi bisa cepat pulang dari rumah sakit, melainkan memastikan pasien nyaman, mandiri, dan kuat untuk kembali beraktivitas tanpa bergantung pada keluarga pasca di operasi menggunakan Robotic and Minimally Invasive Surgery.

“Rata-rata sekitar empat hari pasien sudah boleh pulang dan bisa kembali beraktivitas normal secara bertahap. Yang penting kualitas pemulihannya,” pungkasnya.

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.