TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Ruas Jembatan Kewek, Kota Yogyakarta, yang biasanya begitu padat lalu lalang kendaraan bermotor, sejenak mengendur.
Bising raungan knalpot dan klakson yang harus ditelan mentah-mentah oleh warga Ledok Tukangan yang bermukim di bawahnya, kini tak dirasakan lagi.
Senja sore itu, Selasa (16/12/25) benar-benar menyuguhkan anomali di jembatan legendaris yang sudah berusia lebih dari 100 tahun tersebut.
Barikade oranye dipasang melintang, akses ditutup, jalanan aspal yang biasanya angkuh itu mendadak luruh menjadi tanah lapang yang ramah.
Jembatan Kewek 'alih profesi', bukan lagi jadi jalur penghubung antara kawasan Malioboro dan Kotabaru, namun sebuah oase bagi masa kecil yang terhimpit.
Satria, pelajar kelas III SD , sudah berdiri di sana sejak matahari mulai condong, menenteng sebuah bola plastik lusuh di tangannya.
Tak berselang lama, kawan-kawannya berdatangan, bergegas menggeser tiang pembatas proyak menjadi sebuah tiang gawang imajiner.
Di atas aspal nan kasar itu, sekumpulan bocah laki-laki berlarian tanpa alas kaki, saling berebut bola, dan sesekali unjuk skill bak talenta Brasil.
"Main bola di sini lebih seru, bisa lebih bebas ke sana kemari. Kalau di balai (kampung) kan enggak bisa," ungkap Satria, dengan nada polos.
Sementara, di tepi 'lapangan', kedua mata Rina fokus mengawasi gerak-gerik para pemain yang sedang asyik mengolah si kullit bundar.
Pengawasan ketat dilakukan, namun penuh pemakluman, karena faktor keterbatasan lahan di kampung praktis memaksa anak-anak mencari suaka.
"Senang anak-anak bisa main di sini. Yang penting diawasi. Kapan lagi anak-anak bisa main di jalan raya kayak gini? Mumpung ditutup," katanya.
Baca juga: Tidak Ada Kemacetan Panjang, Rekayasa Lalu Lintas Jembatan Kewek Diklaim Aman Jelang Nataru
Kata "mumpung" terdengar getir sekaligus penuh harap, lantara semua pihak menyadari bahwa euforia anak-anak itu hanya bersifat sementara.
Kebebasan tersebut memiliki tanggal kedaluwarsa, mengingat Jembatan Kewek kini sedang dalam masa tunggu, menjelang proses pembangunan ulang.
Sebagai informasi, proyek yang sepenuhnya dibiayai APBN dengan alokasi sekitar Rp19 miliar itu, selaras rencana dimulai per April 2026 mendatang.
Sebelum alat-alat berat menderu, dan aspal dikuasai mesin, Jembatan Kewek pun mutlak menjadi milik mereka, warga masyarakat setempat.
Apalagi, di tengah pembangunan infrastruktur yang masif dan ruang kota yang kian sesak, anak-anak itu sama sekali tidak meminta stadion megah.
Dan untuk sementara waktu, jembatan uzur yang kini sejenak sunyi tersebut, berhasil menunaikan tugasnya dengan cara yang paling manis. (*)