Tangis Jelang Natal di Mahakeret Timur, Dua Rumah dan Sekolah Terbakar: Warga Tinggal Baju di Badan
December 17, 2025 10:22 PM

TRIBUNMANADO.CO.ID -  Menjelang Natal yang seharusnya dipenuhi sukacita, duka justru menyelimuti Kelurahan Mahakeret Timur, Kecamatan Wenang, Manado.

Api tiba-tiba mengamuk dan melalap dua rumah warga serta sebuah sekolah dasar, Rabu (17/12/2025), meninggalkan puing-puing dan kepedihan mendalam bagi para korban.

Dua rumah milik keluarga Lumenta Musu dan Rakian Tampenawas hangus terbakar, sementara SD Negeri 61 yang berada di sekitar lokasi ikut terdampak hingga tak tersisa selain reruntuhan.

Baca juga: Kebakaran di Mahakeret Timur Manado: SD dan Dua Rumah Terbakar, Guru dan Siswa Menangis Berpelukan

Peristiwa ini kian memilukan karena terjadi hanya beberapa hari sebelum Hari Raya Natal, saat banyak keluarga tengah mempersiapkan diri menyambut momen penuh harapan.

Irene, Kepala Lingkungan 2, mengungkapkan bahwa di salah satu rumah yang terbakar terdapat 12 orang penghuni kos.

“Mereka semua tinggal baju di badan. Semua harta benda habis dilalap api,” ujarnya lirih, menggambarkan betapa berat cobaan yang harus dihadapi para korban kebakaran tersebut.

Beber dia, salah satu penghuni baru membeli baju Natal.

Namun api membakar tak pilih pilih. "Baju itu beserta baku lainnya dan uang jutaan rupiah hilang," katanya.

Beber dia, nasib penghuni kos itu masih kabur.

Merek tak tahu akan nginap dimana.

Nasib malang juga dialami para pemilik rumah.

"Salah satunya sudah yatim pula dan sisa baju di badan," kata dia.

Saat Tribun manado mengunjungi lokasi itu Rabu sore, tampak tim dari BPBD Manado membawakan bantuan untuk para korban kebakaran.

Tim dari Dinas Pendidikan juga sudah turun ke lokasi sekolah. 

Sebelumnya, Dua rumah dan sebuah sekolah di Kelurahan Mahakeret Timur, Kecamatan Wenang, dilalap si jago merah, Rabu (17/12/2025) siang.

Dua rumah tersebut milik keluarga Lumenta Musu dan Rakian Tampenawas.

Sekolah yang terbakar adalah SD Negeri 61.

Informasi yang dihimpun Tribun manado, api merambat sangat cepat dipicu angin yang berembus kencang.

Hanya dalam tempo beberapa menit, api berpindah dari rumah ke sekolah yang bersebelahan.

Sekolah itu pun ludes.

Hanya tersisa dinding.

Isinya hangus total.

Beruntung siswa siswa sedang libur. Tapi para guru tetap ngantor.

Marho salah satu guru menuturkan, sambaran api didahului gumpalan asap pekat dari rumah yang terbakar.

Asap memenuhi seisi ruang kelas serta kantor.

"Waktu itu kelas penuh dengan asap," kata dia.

Para guru berupaya menyelamatkan barang dalam kelas.

Tapi asap pekat membuat mereka terpaksa undur.

Beberapa barang sempat diselamatkan.

Tapi selebihnya ludes.

"Kami sempat selamatkan laptop dan empat chrome book, tapi selebihnya tak bisa, semuanya musnah, termasuk ijazah," katanya.

Setiba di sekolah, para siswa ini melihat pemandangan sedih, yang mungkin tak bisa mereka lupakan seumur hidup.

Mereka pun menangis tersedu sedu.

"Lima ruang kelas dan kantor terbakar, para siswa menangis, kami pun menangis," kata dia.

Ia mengaku tak bisa melupakan seorang siswanya.

Sang siswa menangis, memeluknya sambil bertanya. "Bu kami nanti sekolah dimana, saya tak bisa menjawab, hanya bisa merangkulnya," kata dia. 

Hingga sore, Marho masih berada di sekolah itu. Beberapa siswa turut bersamanya. 

Mereka menatap pilu ruang kelas yang sudah hangus. 

Berbagai kenangan yang muncul di kelas itu mendatangkan air mata. 

"Kami sedih sekali," kata dia. 

Ke depannya, beber dia, ada rencana para siswa akan belajar di sekolah terdekat. 

Dirinya berharap sekolah itu segera diperbaiki. 

Jacky seorang siswa punya harapan yang sama. "Saya ingin sekolah ini segera dibangun, agar kami bisa belajar kembali," katanya. (Art) 

-

WhatsApp Tribun Manado: Klik di Sini

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.