Pengamat Sebut Konferda–Konfercab PDIP Jatim 2025 sebagai Agenda Strategis untuk Gen Z dan Alpha
December 17, 2025 11:30 PM

 

SURYA.co.id - Pelaksanaan Konferensi Daerah (Konferda) dan Konferensi Cabang (Konfercab) PDI Perjuangan yang digelar serentak di 38 kabupaten/kota di Jawa Timur pada 20–21 Desember 2025 bukan sekadar agenda rutin organisasi.

Selain menjadi mekanisme formal untuk mengakhiri masa kepengurusan sebelumnya dan memilih kepemimpinan baru, agenda ini juga menjadi ruang penetapan program strategis partai, termasuk arah kebijakan untuk generasi muda, pendidikan, dan ekonomi kreatif.

Baca juga: Konferda–Konfercab PDIP se-Jatim Digelar di Surabaya Akhir Pekan Ini, PDIP Pastikan Demokratis

Sebelumnya, PDIP Jatim telah menegaskan bahwa suksesi serentak ini menggunakan mekanisme demokrasi dua arah: usulan struktur dari ranting hingga daerah untuk posisi Ketua, Sekretaris, dan Bendahara DPC/DPD, yang kemudian dipadukan dengan kewenangan DPP dalam menetapkan komposisi final berdasarkan kebutuhan strategis dan regenerasi kepemimpinan.

Dengan populasi Jatim yang mencapai lebih dari 40 juta jiwa—70 persen di antaranya usia produkti

PDIP menilai momentum ini penting untuk memastikan arah pembangunan yang tidak hanya politis, tetapi juga substantif.

Pesan Soliditas dan Disiplin Organisasi

Pengamat Politik Universitas Trunojoyo Madura, Surokim Abdussalam, menilai konsolidasi serentak ini merupakan sinyal kuat tentang soliditas dan kesiapan PDIP menghadapi lanskap politik nasional yang semakin cair.

"Konferda dan Konfercab serentak ini adalah pesan bahwa PDIP bukan partai yang berjalan sendiri-sendiri di daerah. Ini satu organisasi yang terhubung secara struktural dan ideologis, dengan disiplin dan ketertiban sebagai fondasi utama," ujar Surokim, Rabu (17/12/2025).

Menurutnya, penekanan pada disiplin organisasi menjadi relevan di tengah fragmentasi preferensi pemilih dan meningkatnya kompetisi antarpartai.

Tanpa konsolidasi internal yang kuat, partai berisiko kehilangan arah.

Surokim juga melihat langkah ini sebagai bentuk kesiapsiagaan PDIP menghadapi tantangan eksternal seperti perubahan perilaku pemilih yang semakin rasional dan penetrasi politik digital.

Dinamika Internal dan Ujian Kedewasaan Partai

Surokim mengakui bahwa konferensi serentak berpotensi memunculkan tarik-menarik kepentingan, terutama terkait regenerasi dan pengisian posisi strategis.

Namun, ia menilai dinamika itu wajar.

"Di sinilah ujian kedewasaan partai. Konflik kepentingan dalam perebutan jabatan adalah hal yang wajar. Yang menjadi pembeda adalah bagaimana konflik itu dikelola melalui mekanisme organisasi yang tertib dan diterima sebagai keputusan bersama," jelasnya.

Ia menekankan pentingnya struktur komando yang kuat dan budaya patuh terhadap keputusan kolektif untuk menjaga stabilitas internal.

Demokrasi Internal dan Narasi Ideologis

Lebih jauh, Surokim menyoroti Konfercab sebagai ruang demokrasi internal yang substantif.

Demokrasi internal, katanya, tidak selalu berarti kontestasi terbuka, tetapi keterbukaan proses dan kesediaan menerima keputusan organisasi.

"Demokrasi internal yang sehat justru terlihat dari kesediaan kader menghargai proses dan menerima keputusan organisasi. Itu jauh lebih bermakna daripada sekadar kontes jabatan," ujarnya.

Dalam konteks Jatim yang majemuk, ia menilai PDIP tetap membutuhkan narasi ideologis besar, tetapi penyampaiannya harus kontekstual.

"Pendekatan komunikasi politik harus empatik dan membumi. Narasi ideologi tidak cukup disampaikan secara normatif, tetapi harus hadir dalam bahasa yang dipahami publik dan diterjemahkan dalam tindakan nyata," kata Surokim.

Konsolidasi Ideologis dan Regenerasi Kader

Pengamat Politik Universitas Airlangga, Airlangga Pribadi, melihat agenda serentak ini sebagai fase konsolidasi baru PDIP untuk menegaskan kembali politik berbasis ideologi di tengah menguatnya pragmatisme.

"PDIP sedang membangun antitesis terhadap politik uang dan politik tanpa keberpihakan yang nyata. Konsolidasi ini menunjukkan bahwa partai ingin meneguhkan kembali politik ideologis yang adaptif terhadap perubahan zaman," ujar Airlangga.

Ia menilai pembumian ajaran Bung Karno semakin relevan, terutama untuk menjangkau Gen Z dan Gen Alpha yang tumbuh dalam era digital.

Airlangga juga menekankan pentingnya kesinambungan kepemimpinan yang berjalan seiring regenerasi.

"Kepemimpinan yang teruji secara ideologis, berintegritas, dan dekat dengan persoalan rakyat menjadi kunci navigasi partai dalam menghadapi perubahan zaman," katanya.

Agenda Strategis: Pendidikan, Startup, dan Ekonomi Kreatif

Sejalan dengan konsolidasi politik, PDIP Jatim sebelumnya telah menyiapkan agenda strategis yang akan diputuskan dalam rakerda dan rakercab. Fokus utamanya mencakup:

- Pendidikan inklusif, termasuk dorongan agar Gen Z dan Gen Alpha dapat mengakses pendidikan tinggi tanpa terbebani biaya kuliah.
- Youth Venture Fund (YVF) yang menargetkan 50.000 startup baru hingga 2030 untuk membuka akses modal tanpa jaminan fisik.
- Pengembangan ekonomi kreatif dan produk budaya, termasuk perlindungan IP, T-shaped skills, ekspor digital, dan branding lima produk budaya Jatim ke pasar internasional.

Program-program ini dirancang untuk memanfaatkan kekuatan generasi digital native dan mempercepat kemandirian ekonomi.

Tantangan Utama: Pemilih yang Semakin Rasional

Kedua pengamat sepakat bahwa tantangan terbesar PDIP bukan hanya persaingan antarpartai, tetapi perubahan perilaku pemilih yang semakin rasional.

Pemilih kini menilai kinerja, keberpihakan kebijakan, dan manfaat konkret.

Dengan budaya organisasi yang tertib dan kemampuan adaptasi yang tinggi, PDIP dinilai memiliki modal kuat untuk menjaga soliditas internal.

"Sekaligus meneguhkan perannya sebagai partai ideologis yang relevan di masa depan," pungkasnya.

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.