Oleh: Chandra Rinaldy Mbura, S.Tr.Stat
Statistisi Ahli Pertama, Badan Pusat Statistik Provinsi Nusa Tenggara Timur.
POS-KUPANG.COM - Aneka kue kering, kembang api, hingga pernak-pernik dekorasi Natal menjadi pemandangan yang mudah ditemui di pinggir jalan maupun pusat perbelanjaan di berbagai kabupaten/kota di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) menjelang akhir tahun.
Aktivitas perdagangan musiman ini hampir selalu berulang setiap bulan Desember dan menjadi bagian tak terpisahkan dari denyut kehidupan sosial ekonomi masyarakat.
Seiring mendekatnya hari raya, intensitas transaksi meningkat, pedagang musiman bermunculan, dan perputaran uang di tingkat lokal berlangsung lebih cepat dibandingkan bulan-bulan lainnya.
Baca juga: Opini: Antara Diskon, Promosi dan Ilusi Hemat
Situasi ini mencerminkan bagaimana perayaan keagamaan dapat menjadi momentum penting yang memengaruhi perilaku ekonomi masyarakat secara luas.
Fenomena tersebut tidak mengherankan, mengingat struktur demografi keagamaan di NTT sangat didominasi oleh umat Kristiani yang merayakan Natal.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi NTT Tahun 2024 mencatat bahwa 53,46 persen penduduk NTT beragama Kristen Katolik dan 37,11 persen beragama Kristen Protestan, sehingga secara keseluruhan 90,57 persen penduduk NTT memeluk agama Kristen.
Komposisi ini menjadikan Natal bukan sekadar perayaan keagamaan, tetapi juga peristiwa sosial berskala besar yang melibatkan hampir seluruh lapisan masyarakat.
Tradisi ibadah, pertemuan keluarga, hingga berbagai bentuk perayaan yang menyertainya secara langsung maupun tidak langsung mendorong meningkatnya aktivitas konsumsi barang dan jasa di akhir tahun.
Besarnya proporsi penduduk yang merayakan Natal tersebut menempatkan bulan Desember sebagai salah satu periode dengan dinamika ekonomi tertinggi dalam siklus tahunan NTT.
Permintaan terhadap bahan pangan, produk olahan, pakaian, transportasi, hingga jasa pendukung lainnya cenderung meningkat secara serentak.
Peningkatan permintaan ini tidak hanya terjadi di wilayah perkotaan, tetapi juga merambah hingga ke desa-desa, seiring kuatnya ikatan sosial dan budaya dalam merayakan Natal.
Dalam konteks inilah, momen perayaan Natal memainkan peran sebagai pemicu utama aktivitas ekonomi musiman yang secara konsisten membentuk pola pertumbuhan ekonomi daerah setiap akhir tahun.
Dari perspektif ekonomi makro, perayaan Natal dapat dipandang sebagai “mesin ekonomi musiman” yang mendorong pergerakan ekonomi daerah.
Konsumsi rumah tangga selama ini merupakan penyumbang terbesar Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) NTT dari sisi pengeluaran.
Terakhir pada Triwulan III 2025, komponen ini tercatat memberikan kontribusi sebesar 66,25 persen terhadap total PDRB NTT.
Polanya juga relatif konsisten dari tahun ke tahun, di mana konsumsi rumah tangga pada Triwulan IV hampir selalu lebih tinggi dibandingkan Triwulan III.
Sementara itu dari sisi produksi, peningkatan aktivitas ekonomi di akhir tahun juga tercermin pada kinerja lapangan usaha.
Berdasarkan data BPS Provinsi NTT, perdagangan besar dan eceran merupakan salah satu lapangan usaha yang paling konsisten mencatatkan pertumbuhan positif pada Triwulan IV dibandingkan Triwulan III sejak tahun 2021.
Aktivitas jual-beli meningkat di pasar tradisional, toko modern, hingga lapak pedagang musiman di ruang publik, seiring menguatnya permintaan masyarakat menjelang perayaan Natal.
Pola yang berulang setiap akhir tahun ini menunjukkan bahwa lapangan usaha perdagangan memiliki peran penting dalam menopang dinamika ekonomi NTT menjelang tutup tahun, sekaligus menjadi saluran utama peredaran dampak konsumsi rumah tangga.
Besarnya aktivitas musiman tersebut membuka peluang strategis bagi pemerintah daerah untuk mengakselerasi pertumbuhan ekonomi pada Triwulan IV.
Berdasarkan data Dinas Koperasi dan UKM Provinsi NTT, hingga Agustus 2025 terdapat 366.473 pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang tersebar di seluruh wilayah NTT.
Jumlah ini menunjukkan besarnya potensi ekonomi rakyat yang dapat digerakkan melalui momentum Natal.
Lonjakan konsumsi menjelang akhir tahun dapat dimanfaatkan untuk memperluas pasar UMKM lokal, khususnya produsen makanan khas, produk olahan pangan, serta kerajinan tangan yang memiliki nilai budaya dan ekonomi tinggi.
Namun demikian, agar peluang tersebut tidak bersifat sesaat, diperlukan penguatan dari sisi kebijakan dan kelembagaan.
Digitalisasi perdagangan, perluasan akses pasar daring, fasilitasi kemasan dan sertifikasi produk, serta promosi produk lokal berbasis budaya menjadi instrumen penting agar pelaku UMKM tidak hanya menikmati peningkatan penjualan musiman.
Dengan dukungan yang tepat, momentum Natal dapat menjadi titik awal transformasi UMKM menuju usaha yang lebih berdaya saing dan berkelanjutan.
Meningkatnya aktivitas UMKM pada akhir tahun menunjukkan betapa besarnya pengaruh belanja masyarakat terhadap pergerakan ekonomi di tingkat lokal.
Ketika pengeluaran rumah tangga naik menjelang Natal, para pelaku UMKM mulai dari penjual makanan, kue, hingga kerajinan merasakan dampaknya secara langsung dalam bentuk peningkatan pesanan dan penjualan.
Namun, lonjakan permintaan yang terjadi dalam waktu relatif singkat juga menjadi tantangan tersendiri.
UMKM dituntut mampu menyiapkan bahan baku, tenaga kerja, serta distribusi produk secara lebih efisien agar dapat memenuhi kebutuhan pasar.
Jika kesiapan tersebut tidak diimbangi dengan pengelolaan pasokan yang baik, peningkatan permintaan justru berpotensi mendorong kenaikan harga.
Karena itu, kemampuan UMKM dalam mengatur produksi dan distribusi menjadi faktor penting agar pertumbuhan ekonomi di akhir tahun tetap berjalan sehat dan stabil.
Risiko kenaikan harga inilah yang kemudian tercermin dalam pola inflasi musiman di NTT pada setiap akhir tahun.
Data BPS Provinsi NTT menunjukkan bahwa inflasi year-on-year (y-o-y) pada bulan Desember selalu terjadi dalam beberapa tahun terakhir, meskipun dengan tingkat yang berfluktuasi.
Inflasi tercatat sebesar 1,67 persen pada Desember 2021, meningkat tajam menjadi 6,65 persen pada Desember 2022, kemudian menurun menjadi 2,42 persen pada Desember 2023, dan kembali melandai ke level 1,19 persen pada Desember 2024.
Tekanan harga tersebut terutama dipicu oleh meningkatnya permintaan pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau yang erat kaitannya dengan kebutuhan perayaan.
Kondisi inflasi di setiap akhir tahun ini perlu diantisipasi secara serius agar lonjakan aktivitas ekonomi tidak diiringi oleh penurunan daya beli masyarakat.
Penguatan manajemen pasokan pangan, koordinasi distribusi lintas kabupaten/kota, serta pemantauan harga yang lebih intensif menjelang puncak permintaan menjadi langkah penting untuk menjaga stabilitas harga.
Dengan pengendalian yang tepat, manfaat ekonomi dari perayaan Natal dapat dirasakan lebih merata oleh seluruh lapisan masyarakat.
Pada akhirnya, jika peluang ekonomi Natal dikelola secara cermat dan tantangannya diantisipasi dengan baik, momen ini tidak hanya menjadi perayaan keagamaan, tetapi juga dapat menjadi sumber energi positif bagi perekonomian NTT.
Sinergi antara masyarakat, pelaku usaha, dan pemerintah daerah menjadi kunci agar momentum musiman ini mampu memberi dampak yang lebih luas dan berjangka panjang.
Menyongsong perayaan Natal, semoga damai, sukacita, dan semangat kebersamaan yang tumbuh di tengah masyarakat turut menghadirkan optimisme baru bagi penguatan ekonomi daerah yang lebih tangguh, inklusif, dan berkelanjutan. (*)