BANGKAPOS.COM, BANGKA -- Suara Dhaifu masih bergetar saat menceritakan peristiwa singkat namun tidak mengenakkan yang dialaminya pada Kamis (18/12) sekira pukul 18.30 WIB.
Mahasiswa semester 7 di satu kampus swasta di Yogyakarta itu mengaku dipukul Plt Kasatpol PP Kabupaten Bangka, Indrata Yusaka. Pemuda yang juga Ketua Asrama ISBA Yogyakarta itu menyebut insiden terjadi di kamar yang dihuninya di Asrama ISBA Yogyakarta.
Dhaifu menuturkan, peristiwa itu terjadi saat dirinya sedang berada di kamar nomor LD.12 Asrama ISBA Yogyakarta. Kala itu, ia duduk di atas kasur lantai sambil mengerjakan tugas menggunakan laptop bersama dua rekannya sesama penghuni asrama.
Salah satunya, menurut Dhaifu, adalah Plt Kasatpol PP Bangka. Kehadiran mereka membuat Dhaifu terkejut, terlebih karena masuk tanpa permisi.
“Begitu masuk, dia langsung bertanya kami orang mana,” ujar Dhaifu saat dihubungi Bangkapos.com, Jumat (19/12).
Dhaifu menjelaskan, dirinya berasal dari Toboali, Bangka Selatan. Sementara dua rekannya masing-masing berasal dari Toboali dan Bangka Tengah. Setelah itu, Plt Kasatpol PP Bangka menyampaikan akan melakukan inspeksi mendadak (sidak) di asrama.
Merasa heran, Dhaifu yang juga menjabat Ketua Asrama ISBA Yogyakarta mencoba menanyakan maksud dan dasar sidak tersebut. Namun, pertanyaan itu justru memicu ketegangan. Salah satu temannya diminta keluar kamar, sementara satu orang lainnya tetap berada di dalam sebagai saksi.
Tak lama kemudian, pintu kamar ditutup dari dalam. Indrata Yusaka disebut melepas rompi dinasnya dan melemparkannya ke lantai. Ia lalu mendekati Dhaifu yang masih berada di atas kasur.
“Laptop saya tersenggol, saya selamatkan dulu. Saya tanya kenapa marah-marah, tapi beliau tidak terima dan menuduh saya melawan,” ungkap Dhaifu.
Situasi semakin memanas ketika, menurut pengakuan korban, Plt Kasatpol PP Bangka menampar pipi kanan Dhaifu. Korban kemudian berusaha keluar kamar, namun justru ditahan, didorong, dan dicekik hingga terpojok ke dinding.
“Saya ditahan, didorong, lalu dicekik di pojok dinding,” katanya.
Dhaifu menegaskan tidak melakukan perlawanan. Ia mengaku hanya berusaha menenangkan keadaan dan mempertanyakan alasan perlakuan kasar tersebut.
Beberapa saat kemudian, cekikan dilepaskan. Seluruh rangkaian peristiwa itu berlangsung kurang dari lima menit.
Usai kejadian, Dhaifu segera menghubungi orangtuanya. Atas saran keluarga, ia kemudian melapor ke polsek setempat dengan didampingi temannya. Mediasi pun dilakukan di lingkungan asrama, disaksikan sejumlah anggota Satpol PP, Pj Sekda Bangka Thony Marza, serta staf terkait.
Namun, dalam mediasi tersebut, Dhaifu menyebut Indrata Yusaka tidak mengakui telah melakukan pemukulan dan pencekikan. Meski demikian, yang bersangkutan disebut telah menyampaikan permintaan maaf.
Tidak puas dengan hasil mediasi, Dhaifu memastikan akan menempuh jalur hukum. Ia mengaku telah melapor ke Polres dan menjalani visum pada malam yang sama.
“Langsung malam itu saya lapor ke Polres, dan sudah divisum,” ujarnya.
Saat dikonfirmasi, Plt Kasatpol PP Bangka Indrata Yusaka enggan memberikan penjelasan. Ia meminta agar konfirmasi dilakukan melalui satu pintu.
“Langsung ke Pak Sekda saja. Satu pintu,” ujarnya singkat melalui pesan WhatsApp.
Insiden yang dilaporkan Dhaifu turut mendapat perhatian Bupati Bangka, Fery Insani. Ia mengaku mengetahui kejadian itu pada Jumat (19/12) dini hari melalui rekaman video.
“Saya lihat ada rekaman, tampaknya ada aparat juga di situ. Kita tunggu informasi yang utuh dulu sebelum mengambil sikap,” kata Fery.
Fery mengaku belum bisa memberikan komentar lebih jauh karena belum mendengar penjelasan langsung dari semua pihak. Ia menilai persoalan tersebut sensitif dan perlu disikapi secara hati-hati.
Menariknya, Fery menyebut dirinya memiliki kedekatan emosional dengan ISBA Yogyakarta karena pernah tinggal di sana saat menyelesaikan pendidikan pascasarjana. Ia juga mengungkap bahwa korban memiliki hubungan kekerabatan dengannya.
“Kakeknya satu turunan dengan saya. Anak itu termasuk keluarga saya,” ujar Fery.
Ia memastikan akan memfasilitasi pertemuan antara orangtua korban dengan Pj Sekda Bangka dan Plt Kasatpol PP Bangka.
Ketua DPRD Kabupaten Bangka, Jumadi, turut menyayangkan dugaan tindakan kekerasan tersebut. Ia menegaskan DPRD tidak akan mentolerir tindakan pemukulan jika terbukti dilakukan oleh pejabat daerah.
“Kalau memang terjadi pemukulan, tentu tidak bisa ditolerir. Itu pelanggaran hukum,” tegas Jumadi.
Ia mengatakan DPRD akan memanggil Pj Sekda Bangka dan Plt Kasatpol PP Bangka untuk dimintai klarifikasi melalui rapat dengar pendapat (RDP).
DPRD juga berencana berkoordinasi dengan bupati dan wakil bupati.
Jumadi menambahkan, Asrama ISBA Yogyakarta merupakan aset milik Kabupaten Bangka pascapemekaran wilayah di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Meski demikian, ia menekankan bahwa persoalan aset tidak boleh diselesaikan dengan cara-cara represif.
“Kita harus menahan diri, duduk bersama mencari solusi. Jangan sampai muncul polemik, apalagi kekerasan,” tutupnya. (u2)