TRIBUNBANTEN.COM, SERANG-Bendungan Kali Ciwaka mulai dibangun oleh Balai Besar Wilayah Sungai Cidanau Ciujung Cidurian (BBWSC3) pada tahun 2004 dan rampung pada tahun 2006.
Hingga kini, bendungan yang berlokasi di Desa Sukajaya, Kecamatan Pontang tersebut masih berfungsi untuk menyimpan dan mengendalikan air.
Hanya saja, saat ini terjadi pendangkalan sehingga perlu adanya normalisasi.
Petugas Bendungan Kali Ciwaka, Nasuha, menegaskan bahwa bendungan Kali Ciwaka bukan menjadi penyebab terjadinya banjir yang kerap melanda Desa Cigelam, Kecamatan Ciruas.
Menurutnya, banjir justru disebabkan oleh penyempitan aliran sungai akibat pemanfaatan bantaran sungai yang tidak sesuai aturan.
"Warga sering menyalahkan bendungan, padahal sebelum bendungan dibangun, di bawah tahun 2004, Desa Cigelam sudah pernah mengalami banjir,” kata Nasuha saat ditemui di Bendungan Kali Ciwaka, Sabtu, (20/12/2025).
Ia menjelaskan, salah satu faktor utama banjir adalah tidak adanya tanggul sungai karena bantaran Kali Ciwaka telah dibangun rumah oleh warga.
Akibatnya, saat debit air meningkat, air sungai dengan mudah meluap ke permukiman.
Selain itu, kondisi aliran sungai yang menyempit dari hulu ke hilir juga memperparah situasi.
"Di bagian hulu sungai masih lebar, tapi semakin ke hilir terjadi penyempitan karena ada oknum warga yang membangun rumah, bahkan ada yang mengalihfungsikan bantaran sungai menjadi sawah," ujarnya.
Baca juga: Banjir Tahun Ini Paling Parah, Cerita Warga Desa Cigelam Serang Terpaksa Mengungsi ke Sekolah
Nasuha menambahkan, saat ini aliran Kali Ciwaka juga mengalami pendangkalan.
Menurutnya, normalisasi sungai melalui pengerukan sedimen sangat diperlukan agar daya tampung sungai kembali optimal.
"Setiap hari saya membersihkan sampah-sampah yang tersendat di bendungan dari pukul 08.00 WIB sampai 10.00 WIB agar aliran air tetap lancar," pungkasnya.
Bendungan Kali Ciwaka memiliki peran penting dalam menunjang sektor pertanian warga di sejumlah desa di Kabupaten Serang.
Hal tersebut disampaikan oleh Petugas Bendungan Kali Ciwaka, Nasuha, yang setiap hari bertugas menjaga kelancaran aliran air di bendungan tersebut.
Menurut asuha, bendungan yang dibangun oleh BBWSC3 sejak tahun 2004 dan selesai pada 2006 itu berfungsi utama sebagai pengatur dan penyalur air irigasi ke lahan pertanian warga.
"Manfaat utama bendungan ini adalah untuk mengalirkan air ke sawah milik warga di Kampung Setu, Kemayungan, Desa Sukajaya, Kecamatan Pontang, serta Desa Cigelam, Kecamatan Ciruas," ujarnya.
Ia menjelaskan, tanpa keberadaan bendungan, pasokan air ke area persawahan tersebut akan sulit dikendalikan, terutama saat musim kemarau.
Bendungan berperan menjaga ketersediaan air agar pertanian tetap berjalan.
Untuk memastikan fungsi bendungan tetap optimal, Nasuha rutin melakukan pembersihan sampah yang tersangkut di pintu air.
"Setiap hari saya bersihkan sampah-sampah dari jam 08.00 WIB sampai 10.00 WIB supaya aliran air ke sawah tidak terhambat," katanya.
Kendati demikian, Nasuha mengingatkan bahwa kondisi sungai saat ini memerlukan perhatian serius.
Penyempitan aliran dan pendangkalan sungai dapat mengganggu fungsi bendungan jika tidak segera ditangani.
"Harusnya ada pengerukan karena sungai sudah dangkal. Kalau aliran lancar dan bantaran tidak disalahgunakan, bendungan ini justru sangat membantu masyarakat," tuturnya.
Ia berharap masyarakat dapat memahami fungsi bendungan secara utuh dan tidak serta-merta menyalahkan keberadaannya ketika terjadi banjir, melainkan bersama-sama menjaga kelestarian sungai.