Faktor Pemicu Siswi SD Sampai Bunuh Ibu Kandung Terungkap, Ngaku Tidak Nyaman Perilaku sang Mama
December 22, 2025 08:52 AM

BANJARMASINPOST.CO.ID - Faktor pemicu siswi kelas 6 SD sampai membunuh ibu kandung terungkap.

Hal ini berdasarkan analisa dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI). Sebut pelaku tak nyaman dengan perilaku sang mama.

Memang, kasus pembunuhan yang menggemparkan di Kota Medan, Sumatera Utara, pada Rabu (10/12/2025) lalu.

Sampai kini, kasus ini masih dalam penyelidikan Polrestabes Medan, Polda Sumut.

Kasus parisida oleh seorang siswi kelas 6 SD berinisial SAS alias Al (12) yang diduga menghabisi nyawa ibu kandungnya, Faizah Soraya (42), di kediaman mereka di Jalan Dwikora, Kecamatan Medan Sunggal.

Menurut keterangan dari tetangga dan saksi, sekitar pukul 04.30 WIB, suara aktivitas di rumah korban terdengar seperti orang naik turun tangga di loteng.

Baca juga: Sudah Ngaku Bunuh Ibu Kandung, Siswi SD Malah Tuai Sorotan Keluarga: Semua Kejanggalan Mulai Tampak

Tetangga sebelah rumah, Rossa, sempat mendengar suara seperti orang meminta tolong dengan lirih, namun tidak menyangka akan terjadi tragedi.

Sekitar pukul 06.00 WIB, kabar duka datang dari tetangga lain bahwa Faizah Soraya ditemukan tewas bersimbah darah di kamar rumahnya.

Polrestabes Medan langsung melakukan penyelidikan dan mengamankan Al sebagai terduga pelaku. 

Al diduga menikam sang ibu sebanyak 20 kali hingga menyebabkan kematian.

Motif dan Fenomena Parisida

Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Diyah Puspitarini, mengungkapkan bahwa kasus ini termasuk dalam fenomena parisida.

Diyah menjelaskan bahwa parisida adalah kejadian di mana anak melakukan pembunuhan terhadap orangtuanya.

  • Fenomena ini memiliki banyak faktor pemicu, di antaranya adalah:
  •  Faktor emosional anak yang belum mampu mengatur emosinya dengan baik.
  •  Faktor ekonomi keluarga.
  •  Kurangnya dukungan sosial bagi anak.
  •  Pengasuhan yang bermasalah di lingkungan keluarga.

Dalam kasus Al, motif utama yang diungkap adalah rasa sakit hati dan dendam terhadap sang ibu yang sering marah-marah, terutama kepada kakak Al dan ayahnya.

Al merasa tidak nyaman dengan perilaku temperamental ibunya dan ingin membela kakaknya serta ayahnya yang kerap dimarahi.

Masih Dalam Penyelidikan Polisi

Kapolrestabes Medan, Kombes Jean Calvijn Simanjuntak, menyatakan bahwa penyelidikan masih berlangsung dengan memeriksa sebanyak 16 saksi, termasuk saksi ahli dan keluarga.

Polisi juga melibatkan KPAI, Balai Pemasyarakatan (Bapas), dan psikolog untuk menangani kasus ini dengan memperhatikan hak-hak Al sebagai anak.

Penyelidikan juga masih mengkaji kemungkinan adanya pelaku lain dalam kasus ini.

Kasus ini mengejutkan warga sekitar dan masyarakat luas karena pelaku masih berusia sangat muda dan berstatus sebagai siswi SD. 

Kasus parisida serupa pernah terjadi di Jakarta Selatan dan di beberapa daerah lainnya.

Hal ini menunjukkan bahwa fenomena parisida ini bukanlah hal yang sepenuhnya baru.

Kondisi kakak pelaku

Diduga jadi pemicu Al membunuh ibu kandung, sosok kakak pun jadi perbincangan.

Baru-baru ini viral di media sosial video yang merekam Az kakak terduga pelaku pembunuhan ibu kandung sedang berada di kafe.

Dalam video yang dikutip TribunnewsBogor.com dari akun Instagram rumpi_gosip terlihat Az mengenakan jilbab motif polkadot semringah saat kamera merekamnya.

Sementara di sekeliling Az ada beberapa wanita dewasa.

Video tersebut diambil di tanggal 15 Desember 2025, atau lima hari setelah Faizah, ibunda Az tewas dibunuh.

Gelagat Az di kafe pun jadi perbincangan.

Az sempat memperlihatkan jarinya di tangan kiri yang diperban.

Kabarnya memang Az mengalami luka-luka usai insiden sang adik, Al membunuh ibunya.

Bukan cuma Az, di video tersebut juga terlihat ada suami korban sekaligus ayah terduga pelaku, Alham.

Sama dengan Az, Alham terlihat santai duduk di kafe.

Melihat momen kakak pelaku semringah usai insiden pembunuhan sang ibu kandung, netizen ramai berkomentar.

"Anak sulung semoga segera sadar ya banyak hal yg gak beres sih di kasus ini, semoga hukum bisa bener2 adik ya,"

"Pelan tapi pasti kebenaran akan terbukti, semoga alm damai disisiNya dan membantu utk menunjukan kebenaran itu,"

"Si kakak msh bisa ke cafe? Padahal adik nya malah bela dia, fix ada yg salah dgn kakak & ayah nya koq tega sekali ke si adek,"

"Anaknya no 1 senyam senyum liat camera, bapaknya nongkrong bareng teman2 di cafe.. anaknya no 2 dikantor polisi.. aneh kali keluarga ini ya,"

"Ibunya meninggal dunia secr tragis koq ga ada sedih2nya,"

Keluarga korban buka suara

Terkait dengan isu bahwa Al membunuh ibunya karena dendam itu, keluarga korban ternyata tidak mempercayainya.

Salah satu keluarga korban yakni Dimas angkat bicara seraya mengurai analisa.

Dimas mengaku ragu akan cerita dari suami korban kepada kepala lingkungan.

"Izin klarifikasi karna ini keluarga saya, Kejadian subuh pagi, diduga si adek bunuh mamanya. Kami sekeluarga gak percaya karna alasan yang gak masuk di logika bahwa adeknya dendam karna kakaknya dimarahin mamanya," kata Dimas dalam komentarnya di postingan akun lambe turah yang disematkan.

Kata Dimas, tidak ada saksi yang melihat langsung Al membunuh ibunya.

"Apa gak ada saksi?" tanya netizen.

"Gak ada, kakaknya (anak sulung) lihat mamanya udah bersimbah darah," kata Dimas.

Lantaran hal itu, Dimas meminta kepolisian untuk memeriksa Alham juga.

"Semua adalah alibi si ayah nya bilang adeknya di kamar megang pisau bunuh mamanya dan dia katanya tidur di atas jadi gak dengar katanya tolong pak polisi selidiki ini jantan," imbuh Dimas.

Alasan terbesar keluarga korban tak percaya dengan cerita Alham adalah karena tabiatnya sebelum kejadian.

Diungkap Dimas, suami korban adalah sosok peselingkuh.

Dimas pun bercerita kalau korban suami pelaku minta cerai tapi korban, Faizah tak menurutinya.

"Yang buat kami gak percaya adalah sebelum kejadian si jantan ini selingkuh dan udah minta cerai tapi si istri gak mau dan udah pisah ranjang dan ntah kenapa bisa balik lagi ke rumah itu," imbuh Dimas.

(Banjarmasinpost.co.id/Tribun-Medan.com)

 

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.