TRIBUNJAMBI.COM, JAMBI - Banjir di wilayah hulu Provinsi Jambi mulai terjadi. Di Desa Sungai Telang, Kecamatan Bathin III Ulu, Kabupaten Bungo, air sungai meluap, Minggu (21/12/2025).
Air Sungai Batang Pelepat dan Sungai Batang Tebo meluap hingga permukiman warga.
Informasi yang dihimpun Tribun Jabi, jalanan desa dilanda banjir berarus deras.
Desa Sungai Telang merupakan desa yang berjarak sekira 15 Km dari Muaro Bungo, pusat Kabupaten Bungo.
Sementara dari Kota Jambi, pusat Provinsi Jambi, berjarak sekira 180 Km, via jalur darat ditempuh dalam waktu sekira 5 jam perjalan.
Di Sungai Telang, banyak tempat telah dijadikan penambangan emas tanpa izin (PETI).
Sekretaris BPBD Kabupaten Bungo, Marwilisman, menuturkan debit air Sungai Batang Tebo dan Sungai Batanghari mengalami peningkatan beberapa hari terakhir, karena hujan berintensitas cukup tinggi di wilayah hulu.
Kenaikan muka air cukup signifikan dibandingkan hari-hari sebelumnya, hingga mulai mendekati permukiman warga.
Pemerintah Kabupaten Bungo mengimbau masyarakat, khususnya yang bermukim di sepanjang daerah aliran sungai, untuk meningkatkan kewaspadaan.
Marwilisman mengatakan pihaknya terus melakukan pemantauan terhadap potensi bencana hidrometeorologi.
"Berdasarkan informasi BMKG, wilayah Kabupaten Bungo berpotensi banjir apabila hujan dengan intensitas sedang hingga tinggi masih berlangsung," ujarnya.
Dia mengimbau warga yang tinggal di sekitar bantaran sungai untuk mengamankan barang-barang penting serta terus memantau perkembangan ketinggian air.
Selain itu, masyarakat diminta segera melaporkan kepada aparat desa atau petugas terkait apabila terjadi luapan sungai yang berpotensi mengancam keselamatan.
Kerusakan Akibat Penambangan Emas Ilegal
Kabupaten Bungo masuk tiga besar terluas daerah penambangan emas tanpa izin (PETI) di Provinsi Jambi.
Data Kelompok Konservasi Indonesia (KKI) Warsi 2024, PETI di Jambi telah memakan 52.059 hektare lahan.
Urutan perama Kabupaten Sarolangun 17.362 Ha, Kabupaten Merangin 17.320 Ha, Kabupaten Bungo 10.101 Ha, Kabupaten Tebo 6.819 Ha, Kabupaten Kerinci 208 Ha, dan Kabupaten Batanghari 259 Ha.
Sungai Telang termasuk di antara titik yang jadi sasaran penambang emas ilegal.
Dalam suatu wawancara dengan Tribun Jambi, pemuda Desa Sungai Telang bernama Antony menuturkan aktivitas PETI di desanya marak sejak akhir 2020.
Sejak penambangan ilegal itu muncul, berbagai kecaman dan penolakan sudah dilakukan masyarakat. Bahkan, masyarakat melakukan demonstrasi hingga menyetop alat berat yang terus menggali tebing-tebing di Desa Sungai Telang.
"Kami melapor ke Rio, juga sudah melakukan pengajian. Semuanya sudah kami lakukan untuk menolong kegiatan PETI ini," ujar Anthony.
Rupanya, langkah itu belum juga berbuah, aktivitas PETI semakin menjadi-jadi.
Antony mengaku sempat mendapatkan perlakuan kurang menyenangkan dari oknum yang diduga pekerja PETI.
Dia mendapatkan ancaman hingga iming-iming sejumlah keuntungan agar menyetop aksi penolakan PETI.
"Ancaman sudah sering. Pernah terjadi di jalan. Ada juga yang datang ke rumah, tuturnya.
Imbasnya, Anthony dan temannya pernah harus tidak pulang ke rumah hingga kondisi aman.
"Sampai saya dan teman tidak pulang dulu ke desa," ujarnya.
Antony tetap kukuh. Dia ingin aktivitas PETI hilang dari desanya.
Menurut pemuda ini, desanya sudah terkena dampak. Desa Sungai Telang yang sebelumnya tidak pernah banjir, kini terdampak banjir, pascamaraknya penambangan emas ilegal.
"Akhir 2023 kemarin banjir dan air masuk ke rumah warga. Dan itu karena kerusakan hutan atau lingkungan di hulu sungai. Panen gagal, rumah rusak, dan ternak banyak yang hanyut," ujar Antony.
PETI yang tetap melenggang di Desa Sungai Talang, memunculkan kecurigaan bahwa ada oknum-oknum besar berada di belakang aktivitas ilegal itu. Apalagi, penambangan ilegal itu sudah terang-terangan terjadi di wilayahnya.
Pemuda itu bertanya-tanya, mengaapa PETI terus ada padahal sudah muncul banyak penolakan.
Dia berharap pemangku kepentingan baik di tingkat kabupaten maupun provinsi membantu menyelesaikan persoalan ini.
Antony khawatir, jika aktivitas terus dibiarkan terjadi, maka dampak kerusakan lingkungan dan lainnya mengancam kelangsungan hidup masyarakat Desa Sungai Telang.
Sementara itu, aparat penegak hukum di Kabupaten Bungo terus melakukan upaya pencegahan terhadap penambangan emas ilegal.
Mereka mulai melakukan sosialisasi hingga penindakan. Beberapa waktu lalu, polisi menyita alat berat yang diduga alat untuk menambang emas secara ilegal.
Kapolres Bungo, AKBP Natalena Eko Cahyono, mengatakan di Desa Sungai Telang, Kecamatan Batin III Ulu, aktivitas PETI sangat banyak.
Polisi melakukan pemetaan, juga sosialisasi kepada aktor yang merupakan pelaku, pemilik alat berat.
Menurutnya, semua aktor tersebut sudah dipetakan, mulai tahapan dari September 2024 hingga saat ini.
"Perlu digaris bawahi, tindakan yang bersifat ilegal akan berhadapan dengan hukum," ujarnya.
Enam Daerah Siaga Darurat
Enam kabupaten/kota di Provinsi Jambi menetapkan status siaga darurat bencana hidrometeorologi menyusul meningkatnya potensi bencana akibat musim hujan. Daerah tersebut, yaitu Kabupaten Sarolangun, Merangin, Bungo, Tebo, Batang Hari, serta Kota Jambi.
Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Provinsi Jambi, Ismail, mengatakan sejumlah wilayah di Jambi telah terdampak banjir dalam beberapa waktu terakhir.
"Beberapa daerah sudah terdampak banjir, di antaranya Kabupaten Kerinci dan Kota Sungai Penuh. Kota Jambi juga mengalami banjir pada 12 Desember lalu," ujar Ismail.
Pemerintah Provinsi Jambi telah lebih dahulu menetapkan status siaga darurat bencana hidrometeorologi sejak 28 November-31 Desember.
"Penetapan status siaga darurat ini bertujuan mempermudah koordinasi lintas instansi dalam penanganan bencana hidrometeorologi," jelasnya.
Menurut Ismail, BPBD Provinsi Jambi mengutamakan sinergi dengan pemerintah kabupaten dan kota agar upaya mitigasi dan penanganan bencana dapat dilakukan secara cepat dan terpadu.
Dia juga mengimbau seluruh pihak dan masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan mengingat intensitas hujan masih berpotensi tinggi.
"Kita tidak bisa menghindari kondisi ini karena sedang memasuki musim hujan. Kewaspadaan dan kesiapsiagaan menjadi kunci," pungkasnya.
BPBD di Daerah Selalu Pantau Tinggi Muka Air
Beberapa wilayah terus melakukan pantauan tinggi muka air Sungai Batanghari yang melintasi beberapa kabupaten kota.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Batang Hari menetapkan status siaga waspada menyusul kenaikan muka air sungai tersebut.
Pantauan Tim Reaksi Cepat (TRC) BPBD Batang Hari, ketinggian air di alat pengukur ketinggian air (APKA) Muara Bulian mencapai 106 sentimeter dan masuk kategori siaga waspada.
Meski terjadi kenaikan, kondisi Sungai Batang Hari saat ini masih dinilai aman dan belum mengancam permukiman warga. Namun, masyarakat yang tinggal di sepanjang bantaran sungai diminta meningkatkan kewaspadaan, mengingat intensitas hujan masih cukup tinggi.
Pelaksana Tugas Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Batang Hari, Solihin, mengatakan kenaikan debit air mulai terpantau sejak Kamis pagi.
“Posisi air yang sebelumnya normal mulai meningkat sekitar pukul 07.00 WIB.
Berdasarkan pantauan di APKA Muara Bulian, ketinggian air pagi ini berada di angka 106 sentimeter dan masuk kategori siaga waspada,” ujarnya.
Menurut Solihin, peningkatan debit air Sungai Batang Hari dipengaruhi curah hujan yang masih tinggi di wilayah hulu serta sekitar Kabupaten Batang Hari.
“Untuk sementara jarak air dengan permukiman warga masih relatif aman. Namun karena hujan masih sering terjadi, kami mengimbau warga di bantaran sungai tetap waspada dan terus memantau perkembangan kondisi air,” pungkasnya.
Di Kota Jambi, Wali Kota Maulana menetapkan status Siaga Darurat Bencana Hidrometeorologi untuk wilayah Kota Jambi. Penetapan tersebut dilakukan usai rapat bersama Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) di ruang rapat Wali Kota Jambi, Senin (15/12). Status berlaku mulai 15-31 Desember 2025.
Penetapan status tersebut dilakukan menyusul meningkatnya debit Sungai Batanghari yang tercatat mengalami kenaikan hingga 55 sentimeter per hari. Selain itu, curah hujan diperkirakan masih akan meningkat dalam beberapa hari ke depan.
“Debit Sungai Batanghari terus meningkat karena kawasan hulu, seperti Dharmasraya dan sekitarnya, sering diguyur hujan. Karena itu kita harus bersiaga,” ujar Maulana.
Kesiapsiagaan menjadi langkah penting untuk mengantisipasi potensi bencana hidrometeorologi di Kota Jambi. “Lebih baik kita siap sejak awal daripada saat dibutuhkan justru tidak siap,” katanya.
Dengan ditetapkannya status siaga darurat, seluruh unsur yang berkaitan dengan mitigasi bencana di Kota Jambi diaktifkan.
Saat ini, pemerintah daerah bersama instansi terkait telah melakukan pengecekan logistik, peralatan, serta kesiapan personel untuk menghadapi kemungkinan terjadinya bencana.
“Koordinasi antar sektor juga sudah kami siapkan,” tambahnya.
Sebagai bagian dari kesiapsiagaan, posko Siaga Darurat Bencana akan ditempatkan di Markas Komando Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan (Damkartan) Kota Jambi.
Selain itu, Pemerintah Kota Jambi juga telah menyiapkan Dana Belanja Tidak Terduga (BTT) untuk penanganan bencana.
Namun, dana tersebut baru dapat digunakan apabila status ditingkatkan menjadi tanggap darurat.
“Untuk status siaga darurat, BTT belum bisa digunakan,” pungkas Maulana. (tribun jambi/ian/uti/syr/kus/yon)
Baca juga: Predator Seksual Berkedok Silat di Jambi Diringkus: 7 Murid Dicabuli, Satu Korban Hamil 8 Bulan
Baca juga: Prakiraan Cuaca Jambi Senin 22/12/2025, 9 Daerah Berawan 2 Daerah Hujan