Laporan Reporter TRIBUNFLORES.COM, Paul Kabelen
TRIBUNFLORES.COM, LARANTUKA-Wakil Bupati Kabupaten Flores Timur, Ignasius Boli Uran mengaku sedih dan menitihkan air mata ketika disinggung soal kepastian pembangunan Hunian Tetap (Huntap) bagi penyintas korban erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki, Senin (22/12/25).
Ignas hendak menjawab pertanyaan wartawan di ruangan kerjanya. Kalimatnya terjedah ketika menyebut diksi "Kasihan" atas bencana erupsi yang menimpa warga di kampung halamannya itu.
Ignas Uran adalah putra tulen Desa Lewotobi, Kecamatan Ile Bura. Kampung yang berdiri di lereng Gunung Lewotobi Laki-laki itu berjarak sekira 6 kilometer dari pusat erupsi. Banyak keluarganya berada di sana saban hari diteror banjir. Akses jalan ke sana juga putus akibat banjir lahar hujan.
"Pertama-tama, kami siap menerima evaluasi, terutama sakit hati, rasa kasihan," ujarnya, didampingi Asisten II, Adrianus Lamabelawa dan Kadis Kominfo Hery Lamawuran.
Baca juga: PAD Jauh dari Target, Wabup Flores Timur : Minta Banyak Sadar Pajak Kecil
Ignas menghela napas panjang, mengangkat kepalanya ke atas, kemudian menghembuskan napasnya kembali. Matanya berkaca-kaca seraya berbicara dengan nada tersengal.
Ignas mengaku menerima setiap kritik dan masukan warganya dari Kecamatan Ile Bura dan Wulanggitang. Dua wilayah terdampak itu hidup dalam ketidakpastian, menyusul lahan yang disiapkan Pemkab Flores Timur namun dibatalkan Pemerintah Pusat karena dinilai tak layak.
"Kita sadari, tanggungjawab utama siapa, dalam kondisi bencana. Tanggungjawab moral itu pemerintah daerah, tetapi tanggungjawab finansial adalah pemerintah pusat," tandasnya.
Dari awal, ungkap Ignas Uran, Pemkab Flores Timur sewaktu dijabat Penjabat Bupati Sulastri Rasyid bersama dengan pimpinan kementerian dan lembaga sudah menentukan empat lokasi potensial pertama, yaitu Nobobelo, Bungawolo, Waidoko dan Perbatasan Flores Timur-Sikka.
Setelah jabatan dipimpin Bupati Antonius Doni Dihan dan dirinya sebagai Wakil Bupati, Ignas menyebut penetapan lokasi masih final pada lahan itu, termasuk Noboleto dan Bungawolo.
"Setelah pak bupati dengan saya dilantik, koordinasi dengan kementerian dan lembaga, pertemuan di Jakarta dan Provinsi itu final, tak ada perubahan lokasi selain perbatasan," kata Ignas.
Ignas kemudian sesumbar menilai Pemerintah Pusat tak konsisten dengan Huntap penyintas Lewotobi. Keputusan membatalkan dua lokasi itu terjadi jelang akhir tahun 2025, setelah satu tahun lebih berupaya menyiapkan lahan.
Pemkab Flores Timur kembali melakukan identifikasi lokasi intuk pembangunan Huntap. Saat ini ada tiga lokasi potensial, Kuhe, Kureng, dan Todo. Ignas mengklaim lahan Kuhe bakal ada SK Penetapan Lokasi (Penlok) dengan luas 20 hektar.
"Kuhe dari 100 hektar, menurut mereka (Pemerintah Pusat) yang dimungkinkan ada 20 hektar. Karena itu, kita kembali identifikasi lagi ke lokasi-lokasi potensial lain," tandasnya.
Ignas berharap anggaran Rp 90 miliar pertama dari Kementerian Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP) bisa segera dieksekusi Huntap pada tahun 2026.(cbl)