Laporan Wartawan Tribuncirebon.com, Eki Yulianto
TRIBUNCIREBON.COM, MAJALENGKA- Nama Majalengka kembali menggema di panggung internasional.
Seorang putra daerah asal Kecamatan Kadipaten, Kabupaten Majalengka, Slamet Supriyadi (41), berhasil menorehkan prestasi membanggakan dengan meraih penghargaan “Higher Honor” dalam ajang International Saemaul Achievement Contest 2025 yang digelar di Yeungnam University, Korea Selatan.
Penghargaan bergengsi tersebut diraih Slamet setelah bersaing dengan ratusan alumni magister (S2) dari berbagai negara di dunia.
Slamet saat ini merupakan PNS Kementerian Kehutanan yang bertugas di Provinsi Riau sekaligus menjabat Kepala UPT Kehutanan di bawah Badan P2SDM Kementerian Kehutanan.
Baca juga: Dari Cirebon untuk Sumatra: LAZ Harapan Robbani Lepas Bantuan Saat Banjir Melumpuhkan Kehidupan
“Saya baru saja dianugerahi penghargaan Higher Honor dalam ajang International Saemaul Achievement Contest 2025 di Yeungnam University, Korea Selatan,” ujar Slamet dalam keterangan tertulisnya, Selasa (23/12/2025).
Slamet menjelaskan, ajang yang ia ikuti memiliki nama resmi Saemaul International Development Achievement Contest, yang diselenggarakan oleh Park Chung Hee School of Policy and Saemaul (PSPS).
Kompetisi ini berakar dari semangat Saemaul Undong, gerakan pembangunan komunitas berbasis kemandirian dan gotong royong yang menjadi fondasi kemajuan Korea Selatan.
“Saemaul Undong adalah gerakan pembangunan masyarakat yang menekankan kemandirian dan kerja sama."
Baca juga: Buruh Minta UMK Kabupaten Cirebon 2026 Naik Maksimal, Dorong Pemkab Pakai Alfa 0,9
"Ini menjadi ruh utama dalam kompetisi yang menilai kontribusi nyata peserta terhadap pembangunan komunitas global,” ucapnya.
Persaingan dalam kompetisi tersebut, lanjut Slamet, berlangsung sangat ketat dan bergengsi.
Tercatat, 258 peserta dari berbagai belahan dunia turut ambil bagian, mulai dari Asia, Afrika, Eropa, Amerika, hingga Australia.
“Pesertanya adalah alumni PSPS Yeungnam University yang kini tersebar di seluruh dunia."
"Dengan jumlah 258 peserta global, ini menjadi ajang pembuktian inovasi pembangunan dari berbagai latar belakang negara,” jelas dia.
Baca juga: UPDATE Harga Emas Antam Hari Ini 23 Desember 2025 di Cirebon dan Kuningan Naik Tajam Jadi Segini
Dalam kompetisi itu, Slamet mempresentasikan inovasi tata kelola pendidikan kehutanan berbasis Sustainable Development Goals (SDGs) yang telah ia kembangkan di Indonesia, khususnya di SMK Kehutanan Negeri Pekanbaru.
“Saya mempresentasikan inovasi tentang pembangunan SMK Kehutanan berbasis SDGs, yang mengintegrasikan pendidikan kehutanan dengan restorasi pembelajaran matematika yang disesuaikan dengan karakter Generasi Z,” katanya.
Konsep tersebut, menurut Slamet, menempatkan hutan bukan sekadar objek pembelajaran, melainkan sebagai sarana strategis untuk mewujudkan ketahanan pangan dan pemberdayaan ekonomi masyarakat secara berkelanjutan.
“Kami memposisikan hutan sebagai media untuk membangun kesadaran lingkungan, ketahanan pangan, dan ekonomi masyarakat, bukan hanya sebagai bahan kajian akademik semata,” ujarnya.
Baca juga: Dari Cirebon untuk Sumatra: LAZ Harapan Robbani Lepas Bantuan Saat Banjir Melumpuhkan Kehidupan
Salah satu inovasi yang menjadi sorotan juri adalah konsep “Restorasi Matematika” bagi Generasi Z.
Pendekatan ini mengubah pola pembelajaran matematika dari sekadar hafalan rumus menjadi pembentukan pemahaman konseptual dan aplikatif.
“Matematika kami hadirkan agar mencerdaskan sekaligus menyenangkan."
"Fokusnya bukan pada hasil akhir, tetapi pada proses membangun konsep, literasi dan kemampuan memecahkan masalah yang relevan dengan kehidupan nyata,” ucap Slamet.
Dampak dari inovasi tersebut dirasakan langsung oleh para siswa.
Baca juga: UPDATE Harga Emas Antam Hari Ini 23 Desember 2025 di Cirebon dan Kuningan Naik Tajam Jadi Segini
Slamet menyebut, peserta didik kini memiliki kepedulian dan ikatan emosional yang lebih kuat terhadap isu lingkungan hidup.
“Siswa menjadi lebih peduli terhadap kelestarian lingkungan."
"Mereka merasa menjadi bagian dari warga global yang memiliki tanggung jawab bersama menjaga bumi,” jelas dia.
Inovasi ini pun telah mulai diterapkan di sekolah, mulai dari metode pembelajaran di kelas, persiapan olimpiade, Tes Kemampuan Akademik (TKA), hingga asesmen nasional numerasi.
Nilai-nilai SDGs juga telah terintegrasi dalam mata pelajaran produktif kehutanan.
Baca juga: Dari Cirebon untuk Sumatra: LAZ Harapan Robbani Lepas Bantuan Saat Banjir Melumpuhkan Kehidupan
Slamet optimistis, konsep tersebut sangat mungkin direplikasi di sekolah kehutanan lain di Indonesia.
“Struktur inovasi ini adaptif dan bisa diterapkan di SMK atau sekolah kehutanan lainnya untuk meningkatkan standar pendidikan lingkungan di Indonesia,” katanya.
Penghargaan yang diraih Slamet semakin bermakna karena menjadi bentuk pengakuan internasional atas inovasi pendidikan yang ia kembangkan.
“Piagam resminya baru saja diterbitkan hari ini. Ini menjadi bukti bahwa inovasi pendidikan kehutanan dari Pekanbaru mampu bersaing di tingkat global,” ujarnya.
Di balik prestasi tersebut, Slamet memiliki rekam jejak akademik yang gemilang.
Baca juga: Buruh Minta UMK Kabupaten Cirebon 2026 Naik Maksimal, Dorong Pemkab Pakai Alfa 0,9
Ia tercatat sebagai lulusan terbaik Park Chung Hee School of Policy and Saemaul (PSPS), Yeungnam University, dengan predikat Summa Cumlaude.
Ia juga meraih IPK tertinggi 4,5 serta nilai sempurna A+ di Jurusan Forest and Environmental Policy.“Prestasi ini saya persembahkan untuk keluarga, institusi, dan daerah asal saya, Majalengka."
"Semoga bisa menjadi motivasi bahwa putra daerah juga mampu berkontribusi dan diakui di tingkat dunia,” ucap Slamet.
Prestasi Slamet Supriyadi tak hanya mengharumkan nama pribadi, tetapi juga membawa Majalengka, Pekanbaru dan Indonesia ke panggung internasional melalui inovasi pendidikan kehutanan yang berkelanjutan.