TRIBUNKALTIM.CO, SAMARINDA – Kepergian H. Muhammad Syahrun atau yang akrab disapa Haji Alung meninggalkan duka mendalam sekaligus jejak kontribusi besar bagi Kalimantan Timur.
Mantan Wakil Gubernur Kaltim periode 2008–2013, Farid Wajdy, mengenang almarhum sebagai tokoh legislatif yang berperan penting dalam perjuangan strategis daerah, khususnya dalam proses pengambilalihan Blok Mahakam.
Haji Alung menghembuskan napas terakhir pada Kamis, 25 Desember 2025, di usia 71 tahun.
Suasana duka menyelimuti rumah duka di Jalan S. Parman, Samarinda, tempat jenazah almarhum disemayamkan sebelum dimakamkan pada sore harinya.
Baca juga: Mantan Ketua DPRD Kaltim H. Alung Meninggal Dunia, Ini Karir Politiknya
Karangan bunga dari berbagai tokoh dan institusi, termasuk Sekretariat DPRD Kaltim, tampak berjajar sebagai bentuk penghormatan terakhir.
Farid Wajdy mengenang Haji Alung bukan hanya sebagai politisi, tetapi juga pemimpin yang memiliki karakter kuat, sederhana, dan sangat akomodatif dalam merangkul perbedaan pandangan di internal DPRD.
“Tentu rasa kehilangan yang mendalam atas kepergian tokoh yang telah memberikan banyak kontribusi bagi Bumi Etam,” ungkapnya.
Menurut Farid, latar belakang Haji Alung sebagai pengusaha sukses sebelum terjun ke dunia politik membentuk gaya kepemimpinan yang khas di lembaga legislatif.
Baca juga: DPRD Kaltim Berang Jembatan di Samarinda Kembali Ditabrak Tongkang
Sebagai Ketua DPRD Kaltim, almarhum dikenal mampu mengelola dinamika politik dengan tenang dan visioner.
"Beliau adalah sosok pemimpin yang sangat akomodatif dan visioner melihat kedepan. Beliau bisa mengolah berbagai pandangan dan pendapat sehingga tidak terjadi benturan yang mengganggu kekompakan di internal DPRD," kenang Farid.
Tak hanya itu, kemampuan Haji Alung dalam membangun komunikasi antara legislatif dan eksekutif juga mendapat apresiasi tinggi, terutama dalam proses penyusunan kebijakan strategis daerah.
"Membangun hubungan baik antara legislatif dan eksekutif itu tidak mudah. Beliau mampu menjaga hubungan tersebut tetap harmonis, terutama dalam penyusunan anggaran yang harus mengakomodir banyak aspirasi," sambungnya.
Baca juga: Penerangan Jalan Jadi Sorotan DPRD Kaltim dan Samarinda, Keselamatan Publik Harus Jadi Prioritas
Pejuang Blok Mahakam
Salah satu kontribusi terbesar yang dikenang Farid adalah peran aktif Haji Alung dalam perjuangan pengambilalihan Blok Mahakam dari pihak asing ke Pertamina.
Bersama Gubernur Kaltim saat itu, Awang Faroek Ishak, almarhum dinilai gigih memperjuangkan kepentingan daerah penghasil.
“Saya saat itu menjadi saksi keduanya (almarhum) gigih dalam memperjuangkan hak Kaltim agar masyarakat juga merasakan hasil dari SDA kita,” terangnya.
Selain kebijakan strategis, Farid juga menyinggung kepedulian sosial Haji Alung terhadap fasilitas publik dan kepentingan umat.
Baca juga: DPRD Kaltim Desak Pola Penanganan Bencana Harus Terintegrasi dan Melibatkan Seluruh Stakeholder
Salah satunya terkait lahan di samping Islamic Center Samarinda yang sempat berpindah ke pihak ketiga.
"Beliau saat itu sangat menyayangkan lahan tersebut jatuh ke tangan pihak ketiga. Beliau sempat mengusulkan agar pemerintah membeli kembali lahan itu melalui APBD untuk dijadikan Rumah Sakit Islam agar menjadi satu komplek dengan Islamic Center. Itu menunjukkan betapa beliau sangat memikirkan kepentingan umat dan masa depan daerah," jelas Farid.
Di mata kolega, Haji Alung dikenal sebagai pribadi yang tenang, rendah hati, dan menjunjung tinggi musyawarah.
Warisan pemikiran dan kepemimpinannya dinilai tetap relevan bagi Kalimantan Timur ke depan.
"Beliau adalah partner yang baik. Kami saling memahami dalam bekerja sama. Sosok beliau ini sampai kapan pun akan selalu dibutuhkan oleh Kaltim," pungkas Farid. (*)