Usai 2 Tahun Suasana Natal Suram, Bethlehem Kembali Hidup dan Wisatawan Padati Kota Suci
December 25, 2025 09:38 PM

TRIBUNNEW.COM - Kota Bethlehem kembali menggelar perayaan Natal untuk pertama kalinya setelah dua tahun terhenti akibat perang Gaza.

Dengan berlakunya gencatan senjata yang rapuh, Kota Suci di Tepi Barat yang diduduki Israel itu mulai menghidupkan kembali tradisi Natal secara terbatas namun penuh makna.

Mengutip CNA, perayaan ditandai dengan menyalanya lampu pohon Natal ikonik di Lapangan Palungan, tepat di depan Gereja Kelahiran Yesus pada 6 Desember 2025.

Momen ini menjadi simbol kembalinya kehidupan publik di kota yang selama dua tahun terakhir diliputi ketegangan dan kesuraman akibat konflik bersenjata pada Oktober 2023 yang memicu eskalasi kekerasan di wilayah Palestina, termasuk Tepi Barat.

Hingga membuat perayaan publik dibatalkan, dekorasi kota ditiadakan, dan ribuan peziarah yang biasanya memadati kota setiap Desember tidak datang.

Meski otoritas setempat menegaskan konflik belum sepenuhnya berakhir, ketenangan relatif dalam beberapa pekan terakhir memungkinkan digelarnya kembali sejumlah kegiatan Natal.

Pemerintah kota menyebut perayaan tahun ini dilakukan secara hati-hati, dengan fokus pada aspek keagamaan dan budaya, bukan keramaian massal.

Pastor Issa Thaljieh, pendeta Ortodoks Yunani di Gereja Kelahiran Yesus, mengatakan bahwa Natal di Bethlehem memiliki arti penting bagi umat Kristiani di seluruh dunia.

“Bethlehem adalah tempat lahirnya pesan damai,” ujarnya. “Merayakan Natal di sini, meski sederhana, adalah cara kami mempertahankan harapan di tengah penderitaan.”

Baca juga: Khotbah Natal Pertama Paus Leo XIV: Kecam Kondisi Warga Palestina di Gaza

Pariwisata Mulai Pulih

Kembalinya perayaan Natal membawa dampak langsung terhadap sektor pariwisata, yang menjadi tulang punggung ekonomi Bethlehem.

Wali Kota Maher Canawati menyebut lebih dari 85 persen pendapatan warga bergantung pada pariwisata, dan absennya wisatawan selama dua tahun telah menciptakan krisis ekonomi serius.

“Tahun-tahun terakhir sangat berat bagi kota ini,” kata Canawati.

“Namun sekarang hotel, restoran, toko, dan tempat-tempat suci sudah kembali dibuka. Kami siap menerima pengunjung.”

Menurut Kementerian Pariwisata Palestina, tingkat hunian hotel sejak awal tahun hanya mencapai 25 persen.

Kepala Asosiasi Hotel Palestina, Elias al-Arja, menyebut kerugian hotel mencapai 300 juta dolar AS tahun ini. Namun, dimulainya kembali perayaan Natal membawa harapan baru.

Sejumlah hotel melaporkan tingkat okupansi meningkat hingga sekitar 80 persen, seiring mulai berdatangannya wisatawan dan peziarah yang merasa situasi keamanan lebih terkendali dibandingkan sebelumnya.

"Tingkat hunian hotel selama dua hari terakhir meningkat hingga 80 persen, dengan sekitar 8.000 pengunjung, 6.000 di antaranya warga Palestina yang tinggal di Israel, dan 2.000 dari berbagai negara di Eropa dan Amerika Serikat," kata al-Arja.

Bagi pelaku usaha lokal, kembalinya wisatawan menjadi sinyal pemulihan yang telah lama dinantikan.

"Aktivitas yang kita lihat hari ini tidak cukup. Mereka yang mengunjungi Betlehem, sebagian besar adalah pekerja asing di Israel dari Filipina, India, dan Rumania, atau orang-orang kita sendiri. Namun demikian, ini penting untuk menunjukkan realitas kota dan kesiapannya untuk menerima peziarah dan wisatawan lagi," kata pemilik toko suvenir, Jack Jaqman.

"Saya sudah berada di toko suvenir saya selama 10 hari dan belum merasakan kehadiran rombongan turis sungguhan yang dapat memperbaiki situasi ekonomi," tambahnya.

"Pada hari ini, kita berdoa agar pengepungan yang telah mengubah Betlehem menjadi penjara besar segera berakhir," harapnya.

(Tribunnews.com / Namira)

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.