BANGKAPOS.COM--Inovasi bahan bakar nabati berbasis jerami, Bobibos, bersiap melakukan produksi massal di Timor Leste pada awal tahun 2026.
Langkah ini dilakukan setelah penandatanganan nota kesepahaman (MoU) dengan pemerintah Timor Leste, yang memberikan dukungan penuh terhadap pengembangan energi alternatif ini.
Pembina Bobibos, Mulyadi, menyatakan bahwa pihaknya tengah menyusun rencana aksi bersama mitra lokal, termasuk kerangka waktu produksi dan kesiapan mesin.
Pemerintah Timor Leste bahkan telah menyiapkan fasilitas pabrik serta lahan bahan baku seluas 25.000 hektare (ha).
"Target kami paling lambat Februari sudah produksi, tapi kami upayakan Januari sudah mulai. Produksi perdana akan diluncurkan langsung oleh pemerintah Timor Leste," ujar Mulyadi melalui keterangan resmi, Jumat (26/12/2025).
Pada tahap awal, lahan seluas 5.700 ha telah dipersiapkan untuk memasok bahan baku jerami.
Ekspansi ke Timor Leste dilakukan karena regulasi di Indonesia belum mengatur jerami sebagai bahan baku bioenergi dalam kebijakan transisi energi nasional.
Saat ini, regulasi nasional baru mencakup bioenergi dari sawit, aren, dan tebu.
Mulyadi menekankan kepatuhan pada aturan yang berlaku di dalam negeri.
"Kami kader partai pemerintah, kami harus memberi contoh ketaatan pada regulasi. Tidak mungkin kami produksi massal tanpa aturan yang jelas," tegasnya.
Meskipun langkah awal dilakukan di Timor Leste, Bobibos siap diproduksi massal di Indonesia apabila Presiden Prabowo Subianto memberikan mandat resmi dan didukung payung regulasi yang kuat.
Indonesia memiliki potensi jerami sangat besar, dengan luas sawah mencapai 11,3 juta ha.
Potensi ini diperkirakan dapat menghasilkan sekitar 20 miliar liter bioenergi per tahun, yang sangat membantu ketersediaan energi nasional.
Mulyadi menambahkan, perkembangan Bobibos di Timor Leste sudah diketahui Presiden Prabowo melalui jalur komunikasi partai.
Ia juga telah melaporkan hal ini secara berjenjang kepada Dewan Pembina partai, pimpinan DPR, dan kementerian teknis terkait.
Terkait proyek Lembur Pakuan di Jawa Barat, Mulyadi mengklarifikasi bahwa Bobibos telah mengirimkan 42 toren ke lokasi mitra.
Keterlambatan realisasi di lapangan terjadi karena kesiapan lokasi dari pihak mitra yang belum rampung.
Mulyadi menegaskan bahwa ekspansi ke Timor Leste melalui skema business-to-business (B2B) bukan berarti meninggalkan Indonesia.
"Ini solusi energi untuk dunia. Kalau suatu saat Indonesia mengundang kami kembali dengan regulasi yang jelas, kami akan pulang dengan senang hati," pungkasnya.
Bobibos menjadi contoh inovasi bioenergi yang memanfaatkan limbah pertanian secara optimal, sekaligus membantu mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil.
Dengan produksi massal di Timor Leste, Bobibos tidak hanya membuka peluang ekspor, tetapi juga menjadi laboratorium nyata bagi pengembangan energi hijau di kawasan Asia Tenggara.
Langkah ini diyakini dapat mendorong kerja sama internasional, transfer teknologi, dan penciptaan lapangan kerja di sektor energi terbarukan.
Dukungan pemerintah Timor Leste dalam penyediaan lahan dan fasilitas produksi menjadi kunci keberhasilan proyek ini.
Bobibos hadir di tengah kebutuhan global akan energi bersih dan ramah lingkungan.
Dengan regulasi yang jelas di Indonesia, potensi bahan bakar berbasis jerami ini dapat dioptimalkan untuk memenuhi kebutuhan energi nasional sekaligus mendukung target transisi energi hijau pemerintah.
Sumber : Kontan.co.id