TRIBUNJATENG.COM,SEMARANG - Di balik tembok tinggi dan jeruji besi Lapas Kedungpane Semarang, terdengar tawa anak-anak yang sesekali memecah sunyi.
Anak-anak tertawa karena dihibur oleh dua pria berbalut kostum Sinterklas.
Mereka membagikan pelukan hangat dan harapan kecil di tengah ruang kunjungan lapas yang berornamen natal.
Baca juga: Remaja Semarang Anggota Pagar Nusa Tewas Diduga Dikeroyok di Mranggen Demak Usai Kopdar
Baca juga: Pulihkan Lahan Kritis Pascalongsor, Ribuan Relawan Tanam Pohon di Cibeunying Majenang Cilacap
Mereka adalah Bernard dan Baghas. Dua tahanan dengan masa depan yang nyaris tak menyisakan tanggal kebebasan.
Namun di hadapan anak-anak, status sebagai narapidana seolah luruh, berganti menjadi penyebar sukacita.
Bernard, pria asal Kenya, menjalani hukuman 19 tahun penjara atas kasus narkotika.
Bahasa Indonesia-nya belum sempurna, tetapi senyumnya berbicara lebih jujur daripada kata-kata.
Setiap kali anak kecil menatapnya dengan mata berbinar, Bernard membalas dengan tawa lebar, seakan ingin menebus jarak yang terlalu jauh dari keluarga yang tak bisa ia peluk.
Adapun Baghas, terpidana pembunuhan dengan vonis seumur hidup, mengenakan kostum merah dengan janggut putih yang memenuhi wajahnya.
Di balik kostum Sinterklas itu, mungkin dua terpidana menyimpan penyesalan yang tak pernah benar-benar pergi.
Akan tetapi, mereka memilih memberi makna meski dalam waktu terbatas dengan cara menjadi sumber kebahagiaan bagi anak-anak yang datang menjenguk orang tua mereka.
Sisi lain, bagi anak-anak tersebut kunjungan ke lapas bukanlah hal yang mudah. Namun, momen natal memantik suasana yang lebih hangat.
Ada hadiah kecil, renyah tawa, dan kesan lapas bukan hanya tentang hukuman melainkan juga tentang harapan.
“Saya setuju bahwa di sini adalah tempat yang baik, hari ini kita diperbantukan dalam perayaan Natal. Ini merupakan kegiatan yang bagus karena saya bisa melihat pengunjung, keluarga, petugas, semuanya terlihat bahagia, saya sangat bersyukur dengan ini,” ucap Benard.
Senada, Baghas juga mengungkapkan rasa senangnya dapat menghibur anak-anak. “Sangat senang bisa menghibur anak-anak yang sedang merayakan natal. Kita foto-foto sama pembagian hadiah kayak snack, permen, jajanan ringan,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Lapas Kelas I Semarang, Ahmad Tohari mengatakan, dalam momen Natal dan tahun baru menghadirkan Sinterklas dengan harapan bisa menjadi rekreasi dan hiburan bagi pengunjung dan warga binaan.
"Selain sebagai pembinaan, kegiatan ini juga merupakan rekreasi," katanya, Sabtu (27/12/2025).
Dalam kegiatan itu, pihaknya juga ingin menyampaikan pesan kehangatan toleransi.
“Suasana perayaan natal ini menciptakan tak hanya nasrani, agama lain pun ikut berbahagia dengan kehadiran Sinterklas tersebut,” tandasnya. (Iwn)