Jakarta (ANTARA) - Direktur Jenderal Bina Administrasi Kewilayahan Kementerian Dalam Negeri, Safrizal Zakaria Ali, mengapresiasi tradisi peumulia jamee adat geutanyoe yang diperlihatkan masyarakat Aceh kepada para relawan dan petugas yang terlibat dalam penanganan bencana di wilayah Aceh.
Safrizal, yang merupakan Pj Gubernur Aceh Periode 2024-2025 menjelaskan, tradisi peumulia jamee adat geutanyoe yang berarti memuliakan tamu adalah adat di Aceh dilaksanakan di masa suka dan cita.
“Kalbu saya selalu bergetar menyaksikan warga terdampak banjir masih sempat-sempatnya menyajikan air kelapa atau durian kepada relawan yang membantu warga. Padahal tanpa diberikan air kelapa, relawan paham kondisi. Pemberian hadiah ini sebagai tanda ucapan terima kasih,” kata Safrizal dalam keterangannya di Jakarta, Sabtu.
Safrizal juga mengucapkan terima kasih kepada relawan dari berbagai daerah, berbagai organisasi, maupun dari diaspora. Ia juga berterima kasih kepada segenap pihak yang turut membantu seraya tetap memberikan keramahan kepada relawan.
Keramahan dari tuan rumah diharapkan akan memberi semangat dan kesan positif dari pihak yang memberikan pertolongan.
"Dari kesan ini insya Allah akan lebih banyak lagi yang datang mengulurkan tangan kepada korban banjir dan longsor," ujarnya.
Pada PON di Aceh pada September 2024, Safrizal pernah mengajak masyarakat mengamalkan pesan entadu bahwa peumulia jamee adat geutanyoe bisa dilakukan dalam kondisi apa saja dengan niat tulus mengharapkan pahala dari Allah SWT.
Safrizal yang berada di Sumut dan Aceh sejak 27 November 2025 hingga sekarang selalu terngiang-ngiang kisah petugas maritim shipping yang membawa peralatan alat berat ke Pidie Jaya untuk membereskan tebing Sungai dan lain-lain.
Di sela-sela kelelahan petugas, warga yang merupakan korban banjir datang menyuguhkan air kelapa muda. Petugas kapal menyebutkan warga yang tertimpa musibah masih menyempatkan diri menyajikan air kelapa kepada petugas dan membuat petugas sangat terharu.
“Di video saya saksikan setelah personel TNI menurunkan bantuan di Gayo Lues, warga termasuk perempuan berlarian ke helikopter memberikan durian sebagai tanda terima kasih karena itu yang warga punya. Padahal personel TNI tidak perlu diberikan karena itu sudah kewajiban negara. Namun warga berpatokan peumulia jamee adat geutanyoe, maka diberikan yang warga miliki dalam kondisi bencana,” ungkap Safrizal.
Sebelumnya, di Pidie Jaya relawan Farwiza Farhan yang masuk Majalah TIME dalam acara TIME100 Next 2022 menitikkan air mata setelah memberikan bantuan ke warga, lalu warga memberikan air kelapa muda ke dirinya dan timnya. Farwiza terharu karena warga yang sedang musibah masih memberikan air kelapa muda.
“Di lapangan kita temukan warga terdampak bencana masih memuliakan tamu yang datang dari jauh membawa bantuan. Mereka diterima dengan senang hati serta memberikan apa yang ada di sekitarnya seperti air kelapa muda, durian dan lain-lain. Kita fokus kepada percepatan mendirikan hunian sementara yang mencapai sekitar 500 ribu pengungsi di tiga provinsi,” kata Safrizal.
Mengutip sumber BNPB yang merilis hingga Sabtu (27/12/2025), jumlah korban meninggal dunia tercatat 1.137 jiwa, sementara 163 orang masih dilaporkan hilang.
Selain itu, 457 ribu warga terpaksa mengungsi akibat bencana hidrometeorologi yang terjadi sejak awal Desember. Berdasarkan dashboard rekapitulasi BNPB, bencana banjir dan longsor berdampak pada 52 kabupaten/kota yang tersebar di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat.







