BANGKAPOS.COM--Forbes kembali merilis The Real-Time Billionaires List pada akhir 2025 yang memuat daftar orang-orang terkaya di dunia, termasuk di kawasan Asia.
Berdasarkan valuasi aset terkini, peta kekayaan Asia masih menunjukkan dominasi kuat pengusaha asal India dan China, dengan jarak yang cukup lebar dibandingkan negara-negara Asia lainnya.
Hingga penghujung 2025, posisi orang terkaya di Asia masih ditempati oleh Mukesh Ambani, taipan asal India sekaligus Chairman Reliance Industries.
Ambani tercatat memiliki kekayaan bersih mencapai 92,5 miliar dollar AS, atau setara sekitar Rp 1.551 triliun.
Angka ini menempatkannya tidak hanya sebagai pengusaha terkaya di Asia, tetapi juga salah satu tokoh paling berpengaruh di dunia bisnis global.
Kekayaan Ambani bersumber dari portofolio bisnis Reliance Industries yang sangat terdiversifikasi, mulai dari sektor energi dan petrokimia, ritel modern, hingga telekomunikasi melalui Reliance Jio.
Strategi ekspansi agresif dan transformasi digital yang dilakukan Reliance dalam satu dekade terakhir menjadi faktor utama melonjaknya valuasi perusahaan tersebut.
Menariknya, selisih kekayaan Ambani dengan peringkat kedua di Asia mencapai sekitar 27 miliar dollar AS, mencerminkan jarak yang cukup signifikan di puncak daftar orang terkaya kawasan ini.
Di posisi kedua, Zhang Yiming, pendiri ByteDance perusahaan di balik aplikasi video pendek TikTok (Douyin) mengantongi kekayaan bersih sekitar 65,5 miliar dollar AS atau sekitar Rp 1.098 triliun.
Keberhasilan ByteDance mempertahankan pertumbuhan global, meski menghadapi tekanan regulasi di berbagai negara, menjadi penopang utama kekayaan Zhang.
Masuknya Zhang Yiming ke jajaran elite terkaya Asia menegaskan bahwa sektor teknologi internet China masih memiliki nilai ekonomi yang sangat besar.
Meski regulasi pemerintah China terhadap perusahaan teknologi kian ketat, pemain besar seperti ByteDance tetap mampu beradaptasi dan mempertahankan daya saing.
Sementara itu, posisi ketiga ditempati oleh Zhong Shanshan, pendiri perusahaan air minum Nongfu Spring dan produsen farmasi Beijing Wantai.
Kekayaan Zhong tercatat mencapai 57,7 miliar dollar AS atau sekitar Rp 967,7 triliun.
Bisnis kebutuhan dasar seperti air minum dan kesehatan terbukti menjadi sektor defensif yang tetap kuat di tengah gejolak ekonomi global.
Pengusaha India lainnya, Gautam Adani, berada di peringkat keempat dengan kekayaan 56,3 miliar dollar AS.
Meski sempat diterpa isu tata kelola dan tekanan pasar, bisnis Adani Group di sektor infrastruktur, energi, dan komoditas masih menjadi tulang punggung perekonomian India.
Di posisi kelima, terdapat Ma Huateng atau Pony Ma, pendiri Tencent Holdings.
Dengan kekayaan 56,2 miliar dollar AS, Ma Huateng menunjukkan bahwa bisnis teknologi, layanan internet, dan industri gim masih menjadi ladang emas di Asia, terutama dengan basis pengguna yang sangat besar.
Dari Jepang, Tadashi Yanai dan keluarga, pemilik Fast Retailing (Uniqlo), menempati peringkat keenam dengan kekayaan 45,1 miliar dollar AS.
Keberhasilan Uniqlo menembus pasar global dan mempertahankan model bisnis efisien menjadi faktor kunci konsistensi kekayaan Yanai.
Nama Lei Jun, pendiri Xiaomi, berada di peringkat ketujuh dengan kekayaan 43,5 miliar dollar AS.
Ekspansi Xiaomi ke sektor kendaraan listrik dan ekosistem teknologi pintar turut memperkuat posisi Lei Jun di jajaran orang terkaya Asia.
Di posisi kedelapan, terdapat Colin Huang, pendiri platform e-commerce Pinduoduo, dengan kekayaan 42,3 miliar dollar AS.
Model bisnis berbasis social commerce yang diusung Pinduoduo terus berkembang pesat di China, menjadikannya pesaing kuat bagi raksasa e-commerce lainnya.
Posisi kesembilan ditempati oleh Li Ka-shing, konglomerat asal Hong Kong dengan bisnis terdiversifikasi melalui CK Hutchison Holdings dan CK Asset.
Kekayaannya tercatat mencapai 38,9 miliar dollar AS, mencerminkan kekuatan bisnis lintas sektor dan lintas negara.
Melengkapi 10 besar, Robin Zeng, pendiri Contemporary Amperex Technology Co. Limited (CATL), mengantongi kekayaan 37,9 miliar dollar AS. CATL menjadi pemain kunci dalam industri baterai kendaraan listrik global, seiring meningkatnya adopsi kendaraan ramah lingkungan di berbagai negara.
Di tengah dominasi India dan China, Indonesia belum mampu menembus jajaran 10 besar orang terkaya Asia.
Low Tuck Kwong masih tercatat sebagai orang terkaya di Indonesia dengan kekayaan 27,3 miliar dollar AS atau sekitar Rp 457,9 triliun per 27 Desember 2025. Angka tersebut menempatkannya di peringkat ke-16 orang terkaya di Asia.
Low Tuck Kwong dikenal sebagai pendiri Bayan Resources, perusahaan tambang batu bara yang menjadi salah satu pemain utama di Indonesia.
Kinerja sektor energi, khususnya batu bara, masih menjadi penopang utama kekayaannya.
Di bawah Low Tuck Kwong, dua bersaudara pemilik Grup Djarum dan Bank Central Asia (BCA), R. Budi Hartono dan Michael Hartono, menempati posisi berikutnya.
Budi Hartono memiliki kekayaan 22,4 miliar dollar AS (sekitar Rp 375,7 triliun), sementara Michael Hartono mengantongi 21,5 miliar dollar AS (sekitar Rp 360,6 triliun).
Dominasi India dan China dalam daftar orang terkaya Asia menunjukkan kuatnya ekosistem bisnis di kedua negara tersebut, terutama di sektor energi, teknologi, infrastruktur, dan konsumsi.
Sementara itu, Indonesia masih bergantung pada sektor sumber daya alam dan perbankan dalam mencetak konglomerat besar.
Ke depan, penguatan sektor teknologi, manufaktur bernilai tambah, serta ekonomi digital menjadi tantangan sekaligus peluang bagi Indonesia untuk meningkatkan daya saing dan melahirkan lebih banyak pemain besar di tingkat Asia.
Dengan dinamika ekonomi global yang terus berubah, daftar orang terkaya Asia diperkirakan masih akan mengalami pergeseran.
Namun satu hal yang pasti, peta kekayaan Asia kini semakin mencerminkan kekuatan inovasi, diversifikasi bisnis, dan kemampuan adaptasi terhadap perubahan zaman.
(Bangkapos.com/Kontan.co.id)