TRIBUNMADURA.COM, SUMENEP – Akses infrastruktur di Kecamatan Kangayan, Kabupaten Sumenep, menjadi sorotan setelah beredarnya video berdurasi 56 detik memperlihatkan warga menandu pasien di medan ekstrem.
Pasien bernama Anna Farizah harus diturunkan menggunakan ranjang rumah sakit melalui tebing curam setinggi 100 meter dengan kemiringan mencapai 80 derajat.
Kejadian yang berlangsung pada Kamis (25/12/2025) ini melibatkan puluhan warga Desa Tembayangan yang saling bahu-membahu menahan beban ranjang agar tidak terperosok.
Aksi heroik sekaligus berbahaya ini terpaksa dilakukan demi memulangkan pasien ke kediamannya.
Kondisi jalur yang sangat miring tersebut memicu keprihatinan luas terkait ketersediaan akses jalan yang layak bagi masyarakat kepulauan.
"Benar, itu warga Tembayangan, namanya Anna Farizah," kata warga setempat, Adi Susanto, seperti dikutip dari Kompas.com, Minggu (28/12/2025).
Baca juga: Bermodal Sarung dan Bambu, Warga Terpaksa Tandu Pasien 1,6 Km Karena Jalan Rusak Parah
Anna Farizah sebelumnya menjalani perawatan di RSUD Abuya di Kecamatan Arjasa, Pulau Kangean.
Namun, pihak rumah sakit akhirnya memperbolehkan Anna pulang karena kondisi kesehatannya tidak menunjukkan perkembangan berarti.
"Katanya tidak ada perkembangan. Matanya sudah tidak bisa melihat dan badannya juga lemas, tidak bisa digerakkan," jelas Adi.
Lantaran kondisi tubuhnya yang sangat lemah, ibu satu anak ini harus ditandu melewati jalur ekstrem yang dikenal warga dengan sebutan Gunung Eteng.
Jalur ini terpaksa dipilih karena tidak ada akses jalan lain yang bisa dilalui kendaraan roda empat.
Adi mengungkapkan, jalan kabupaten yang ada saat ini kondisinya rusak parah sehingga tidak bisa dilewati mobil biasa, apalagi ambulans.
Jika dipaksakan, perjalanan menuju RSUD Abuya bisa memakan waktu hingga lima jam dan harus menggunakan mobil khusus off-road.
"Jalan kabupaten tidak bisa dilewati mobil biasa, apalagi ambulans. Kalau lewat sana, lama sekali dan harus pakai mobil khusus," ucap Adi.
Sebaliknya, meski sangat berisiko, jalur tangga curam di Gunung Eteng hanya membutuhkan waktu sekitar satu jam berjalan kaki.
Jalur ini pun menjadi tumpuan utama bagi petani, pedagang, hingga guru yang bertugas di Desa Tembayangan dan Desa Cangkaremaan.
Warga berharap Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sumenep segera memberikan perhatian serius.
Pasalnya, menurut Adi, kondisi jalan tersebut seolah tidak tersentuh perbaikan sejak lama.
"Sejak penjajahan Belanda tidak pernah ada perbaikan jalan kabupaten itu. Harapan kami jalan kabupaten itu diperbaiki saja supaya warga tidak terus-terusan lewat jalur Gunung Eteng," pungkas Adi.