Kesaksian Relawan Banjir Sumatra Asal Sragen : Jalan Kaki Belasan Kilometer Saat Evakuasi Korban
December 29, 2025 08:27 PM

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Septiana Ayu Lestari

TRIBUNSOLO.COM, SRAGEN – Setiawan (43), warga Kabupaten Sragen, pulang dengan pengalaman tak terlupakan setelah hampir satu bulan menjadi relawan banjir di Sumatra.

Ia bergabung bersama relawan Basarnas Jawa Tengah karena panggilan jiwa dan misi kemanusiaan.

Selama di Sumatra, Setiawan fokus melakukan evakuasi dan penyelamatan di dua wilayah: Kota Sibolga dan Kabupaten Tapanuli Tengah.

"Sibolga itu akses kita masuk, bantuan lewatnya pelabuhan yang ada di Sibolga. Meski begitu, Sibolga juga terdampak bencana, yang terdampak bencana merata," katanya, Senin (29/12/2025).

RELAWAN SUMATRA - Setiawan (43), warga Kelurahan Sragen Tengah, Kecamatan/Kabupaten Sragen, saat ditemui TribunSolo.com, Senin (29/12/2025). Dua hari sebelumnya, tepatnya Sabtu (27/12/2025), ia baru tiba di Sragen setelah hampir sebulan menjadi relawan banjir di Sumatra.
RELAWAN SUMATRA - Setiawan (43), warga Kelurahan Sragen Tengah, Kecamatan/Kabupaten Sragen, saat ditemui TribunSolo.com, Senin (29/12/2025). Dua hari sebelumnya, tepatnya Sabtu (27/12/2025), ia baru tiba di Sragen setelah hampir sebulan menjadi relawan banjir di Sumatra. (TribunSolo.com/Septiana Ayu Lestari)

Tantangan Pertama di Lokasi Longsor

Setibanya di Sibolga, tim relawan menuju posko Basarnas.

Namun karena banjir, posko dipindahkan ke Tapanuli Tengah.

Dari posko, mereka mendapat tugas mengevakuasi empat jenazah yang tertimbun longsor.

"Itu perjalanan darat menggunakan armada mobil ditempuh selama 2,5 jam dari posko ke lokasi longsor, habis itu kita berjalan kaki lagi sejauh 12 kilometer," jelas Setiawan. 

Saat tiba di lokasi pukul 13.00 WIB, cuaca mendadak gelap dan hujan turun.

"Kendala di proses evakuasi pertama terbatas waktu… cuaca mendung dan dipastikan turun hujan," ujarnya.

Karena potensi longsor susulan, tim terpaksa kembali ke posko dan tiba pukul 19.00 WIB tanpa sempat mengevakuasi korban.

Keesokan harinya, Setiawan dan tim kembali dengan membawa peralatan menginap agar pencarian lebih efektif.

Selama tiga hari di lokasi, mereka berhasil menemukan empat jenazah: ayah, ibu, dan dua anak.

"Waktu kejadian, informasinya dia sedang menunggu di pondok kebun durian karena sedang panen… di hari pertama kita menemukan 3 jenazah, di hari kedua ketemu lagi 1 jenazah, ibunya," sambung Setiawan.

Jenazah kemudian diserahkan kepada keluarga untuk dimakamkan.

Baca juga: Cerita Satpam Asal Sragen Jadi Relawan Banjir Sumatra Selama Hampir 1 Bulan, Akui Ada Panggilan Jiwa

Penugasan di Lokasi Lain

Setelah itu, Setiawan dan tim ditugaskan mengevakuasi tujuh jenazah lain yang terjebak longsor di kebun durian, Kecamatan Lumut, Tapanuli Tengah.

"Dari titik akses kendaraan terakhir, kita harus berjalan 8 kilometer, di sana banyak titik longsor dan 2 jembatan putus," singkatnya.

Mereka juga diminta mengevakuasi enam korban lain yang lokasinya berjarak 17 kilometer dari posko.

Semua perjalanan ditempuh dengan berjalan kaki karena akses jalan banyak yang terputus.

Selain harus membawa perlengkapan dan alat berat, medan yang ditempuh berupa perbukitan dengan kondisi longsor parah.

"Longsor itu parah kondisinya, ada bukit yang longsor itu 2 kali lapangan bola. Kalau di sana kebanyakan wilayah perkebunan, seperti durian, rambutan, jengkol, kopi, sistemnya kayak tumpang sari," jelas Setiawan.
 
(*)

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.