Hanif Sjahbandi Ungkap Persaingan di Internal Pemain Persija dan Fleksibilitas Strategi Tim
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Abdul Majid
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Gelandang Persija Jakarta, Hanif Sjahbandi, mengungkapkan ketatnya persaingan di internal pemain Macan Kemayoran, khususnya di sektor lini tengah.
Namun, menurutnya, persaingan tersebut justru menjadi hal positif bagi perkembangan tim maupun pemain secara individu.
Hanif menegaskan bahwa membela Persija merupakan sebuah kebanggaan, terlepas dari apakah dirinya dimainkan atau tidak oleh pelatih.
Baca juga: Dari Penalti Hingga Gol Bunuh Diri, Persija Menyala di SUGBK: Persaingan Papan Atas Makin Sengit
“Bagi saya, membela Persija adalah kebanggaan, mau saya bermain atau tidak. Persaingan di lini tengah sangat luar biasa. Ada pemain seperti Fabio yang sangat konsisten, dan saya justru belajar banyak dari mereka,” ujar Hanif usai laga kontra Bhayangkara Lampung FC di SUGBK, Senayan, Jakarta, Senin (29/12/2025).
Pemain berusia 28 tahun tersebut juga menyatakan kesiapannya untuk dimainkan di berbagai posisi sesuai kebutuhan tim.
Ia mencontohkan saat menghadapi Dewa United, di mana dirinya ditempatkan lebih ke depan dan bukan pada peran gelandang bertahan atau box-to-box.
“Saya harus siap ditempatkan di posisi manapun oleh pelatih. Contohnya saat melawan Dewa United, saya bermain lebih ke depan dan hasilnya positif. Di era banyak pemain asing seperti sekarang, kuncinya adalah tetap bersaing secara profesional,” terang Hanif.
Terkait aspek strategi, Hanif menilai Persija tidak mengalami kendala berarti meski terdapat perubahan skema permainan.
Ia menyebut seluruh instruksi dari Mauricio Souza sudah dipersiapkan dengan matang selama sesi latihan.
“Secara strategi sebenarnya tidak banyak kendala. Apa yang kami mainkan hari ini, termasuk perubahan dari formasi empat bek ke tiga bek, sudah kami latih selama satu pekan. Jadi, ada atau tidaknya pelatih kepala di lapangan, instruksi sudah tersampaikan dengan baik saat latihan,” jelasnya.
Selain soal teknis, Hanif juga menyoroti rivalitas dalam sepakbola yang kerap memanas, terutama di level suporter.
Ia mengingatkan agar rivalitas tetap dijaga dalam batas yang sehat dan beretika.
“Rivalitas itu bumbu sepak bola dan itu normal. Tapi pesan saya, tetap gunakan logika. Ini sepak bola, sebuah permainan, bukan masalah hidup dan mati,” ujar Hanif.
Ia pun mengimbau para pendukung untuk mendukung tim kesayangannya tanpa melanggar etika maupun regulasi.
“Dukunglah tim masing-masing tanpa melanggar etika. Jangan sampai masuk ke ranah rasisme atau menyerang keluarga, karena itu sudah tidak benar,” pungkasnya.