Iran Pastikan Proksinya Akan Balaskan Dendam Hizbullah dan Hamas: Kita Saksikan Kehancuran Israel
Nanda Lusiana Saputri September 20, 2024 04:40 PM

TRIBUNNEWS.com - Panglima Korps Garda Revolusi Islam (IRGC), Mayor Jenderal Hossein Salami, memastikan Iran dan proksi-proksinya akan membalaskan dendam kelompok perlawanan di Lebanon, Hizbullah, dan di Palestina, Hamas.

Ia mengatakan "aliansi informal milisi bersenjata yang dipimpin Iran di seluruh wilayah akan menghukum Israel."

"Kita akan segera menyaksikan kehancuran total rezim Israel yang kejam dan kriminal, dengan respons yang menghancurkan dari front perlawanan," kata Salami dalam surat yang ditujukan kepada Hizbullah, Kamis (19/9/2024), dikutip dari Iran International.

Lebih lanjut, Salami melontarkan pujian terhadap Sekretaris Jenderal Hizbullah, Hassan Nasrallah, serta bangsa Lebanon karena mendukung Palestina dalam melawan Israel.

"Tuhan telah memberikan berkat istimewa ini kepada Yang Mulia (Nasrallah) dan para pejuang Hizbullah, serta rakyat Lebanon yang agung, untuk turun ke medan perang segenap jiwa dan raga untuk membela orang-orang Palestina," urai Salami.

Salami juga menyinggung operasi Hizbullah selama setahun ini, terutama Operasi Hari Arbain pada Agustus 2024 lalu.

Hizbullah melancarkan Operasi Hari Arbain sebagai respons atas pembunuhan Komandan Hizbullah, Fuad Shukr, oleh Israel.

Salami menilai operasi itu telah mengguncang keamanan, intelijen, dan pangkalan militer "rezim pengkhianat dan perampas kekuasaan," dilansir IRNA.

Sebelumnya, Salami juga telah menyampaikan ancaman baru untuk Israel pada awal September 2024.

Ia meyakini serangan Iran akan membuat Israel mengalami mimpi buruk.

"Mimpi buruk pembalasan Iran akan membayangi Israel," tegasnya, Minggu (8/9/2024).

Ia juga memastikan serangan terhadap Israel akan berbeda dari sebelumnya.

Saat ditanya kapan, di mana, dan bagaimana serangan itu akan dilakukan, Salami hanya memastikan pembalasan terhadap Israel bakal terlaksana.

"Ini (serangan Iran) akan berbeda, semua orang akan segera mengetahuinya," ujar Salami.

Sementara itu, pejabat Iran mengisyaratkan respons Teheran mungkin tidak melibatkan serangan langsung berskala besar.

Bahkan, pernyataan Salami itu dianggap sebagai kemungkinan bagi Iran menghindari eskalasi besar.

Pernyataan Salami terindikasi menunjukkan respons yang lebih terencana, mungkin asimetris, ketimbang operasi militer langsung dan terbuka.

Diketahui, ketegangan di Timur Tengah meningkat sejak kematian Ismail Haniyeh di Teheran pada 31 Juli 2024.

Iran menuding Israel menjadi dalang di balik kematian Haniyeh, namun Tel Aviv masih bungkam.

Meski demikian, pejabat Amerika Serikat (AS) mengatakan Israel langsung menghubungi Gedung Putih begitu Haniyeh tewas dan mengklaim mereka bertanggung jawab.

Ketegangan di Timur Tengah dan potensi eskalasi regional semakin meningkat setelah dua ledakan terhadap perangkat komunikasi nirkabel terjadi di Lebanon pada Selasa (17/9/2024) dan Rabu (18/9/2024).

Setidaknya 37 orang tewas dan lebih dari 3.000 lainnya terluka dalam dua ledakan itu.

Hizbullah menyebut Israel sepenuhnya bertanggung jawab atas ledakan tersebut dan bersumpah akan melakukan "balasan yang adil dari pihak yang tak terduga" terhadap Tel Aviv.

Meski Israel belum memberikan komentar secara langsung, Penasihat dekat Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, Topas Luk, mengisyaratkan Tel Aviv berada di balik insiden itu.

Hal tersebut ia sampaikan di sebuah postingan di X pada Selasa pagi, namun segera dihapus.

(Pravitri Retno W)

© Copyright @2024 LIDEA. All Rights Reserved.