Makam Habib Palsu Dibongkar Warga, Bangunan Megah Kini Hancur, Sang Pemilik Pasrah Tak Melawan
Mujib Anwar September 20, 2024 07:31 PM

TRIBUNJATIM.COM - Aksi warga bongkar makam diduga palsu beredar luas di media sosial TikTok. 

Video tersebut satu di antaranya dibagikan akun Tiktok @afriandhita1.

Makam tersebut dibongkar diduga milik habib palsu.

Sontak pembongkaran makam keramat yang dikepung banyak orang di Desa Rowosari, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah, ini menghebohkan media sosial. 

Makam tersebut berdiri megah di tengah Tempat Pemakaman Umum (TPU) Desa Rowosari, Kecamatan Ulujami, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah.

Warga ramai-ramai mendatangi tempat yang disebut makam Habib Amir bin Yahya tersebut dikawal aparat keamanan. 

Mereka lantas membongkar makam yang sudah didirikan secara permanen nan megah tersebut. 

Pembongkaran tidak menggunakan alat berat, melainkan dilakukan secara manual pakai palu. 

Tidak terlihat ada aksi perlawanan dari pihak yang membangun atau yang mengklaim memiliki makam tersebut. 

Warga sendiri tidak asal membongkar dan mereka punya dasar. 

Sebelumnya, dari berita acara tertulis yang beredar, warga sudah bermusyawarah dengan pihak yang bertanggung jawab atas pendirian makam tersebut. 

Pertemuan tersebut menghasilkan kesepakatan, pihak pembangun diminta untuk membongkar sendiri makam dengan batas waktu tanggal 15 September 2024. 

Jika tidak dilaksanakan sampai tenggat waktu yang ditentukan, maka warga terpaksa akan membongkar makam tersebut.

Tampak dalam video ,warga gotong royong membongkar makam yang sebelumnya disebut keramat tersebut.

Warga gotong royong bongkar makam yang diduga wali palsu di Pemalang, Jawa Tengah
Warga gotong royong bongkar makam yang diduga wali palsu di Pemalang, Jawa Tengah (TikTok)

Mereka tak segan menghancurkan makam yang disebut tempat bersemayam aulia tersebut.

Kuburan utama berikut batu nisan ikut jadi sasaran penghancuran. 

Kubah bangunan cungkup makam yang dibangun megah pun turut dihancurkan dengan cara ditarik dan dijatuhkan. 

Isu makam palsu mencuat seiring dengan ramainya polemik nasab baalwi atau habib di media sosial. 

Polemik bermula dari lahirnya tesis ilmiah karya ulama asal Banten KH Imaduddin Utsman yang membawa bukti bahwa habaib bukan keturunan Rasulullah.

Tesisnya ternyata diterima banyak umat muslim di Indonesia, meski sebagian lain menentangnya.

Sampai-sampai muncul gerakan atau organisasi yang ingin mengawal tesisnya.

Di antaranya Perjuangan Walisongo Indonesia (PWI) Laskar Sabilillah yang dikomandoi Dr KH Muhammad Abbas ulama asal Cirebon. 

Di antara fokus organisasi tersebut, belakangan adalah membongkar makam-makam palsu di seantero negeri, khususnya yang berlabel habib namun terbukti palsu. 

Dalam video yang beredar, salah satu peserta pembongkaran yang mengaku dari PWI Laskar Sabilillah menyebut pihaknya tidak ingin generasi mendatang tercerabut dari leluhurnya karena sejarah yang dibelokkan.

Aksi serupa yakni pembongkaran pada makam-makam yang diduga fiktif oleh sekelompok orang, juga sempat viral di media sosial.

Video aksi pembongkaran makam tersebut diunggah akun TikTok @Argama Balarama dengan durasi kurang lebih enam menit.

Sampai saat berita ditulis, video tersebut sudah mendapat belasan ribu komentar netizen.

"Rabu 28 agustus makam wali abal abal Kalicutang dibongkar oleh pemerintah dan masyarakat

78 klaim makam ba'alwi di Desa Ngalian Wadaslintang Wonosobo dibongkar seusai rapat bersama," tulis keterangan dalam caption unggahan TikTok @Argama Balarama.

Saat dikonfirmasi wartawan, Arga Balarama yang juga salah satu tim pembongkar Makam Kali Cuthang, membenarkan kejadian tersebut.

Dijelaskannya, pembongkaran makam tersebut dilakukan untuk menghindari pembelokan sejarah.

Pasalnya banyak orang meragukan makam tersebut sebagai makam ulama dan wali di Desa Ngalian, Kecamatan Wadaslintang, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah (Jateng).

Selama dua tahun ini, setidaknya ada sebanyak 78 makam yang berada di perbatasan Desa Ngalian, Kecamatan Wadaslintang, yang akhirnya dibongkar.

Puluhan nisan yang berada di Kali Cuthang tersebut diklaim sebagai makam fiktif dan tidak dapat diakui sebagai penemuan yang sah secara ilmiah.

"Untuk membuktikan itu, kita terjunkan tim melakukan serangkaian penelusuran dan interpretasi atas fakta-fakta yang ada."

"Namun kami tidak menemukan bukti konkret yang mendukung bahwa di situ pernah tinggal atau dijadikan sebagai makam ulama," ungkap dia.

Ia menjelaskan, penemuan makam tersebut awalnya dibangun di tanah ilalang yang berstatus tanah GG, milik desa pada tahun 2022 lalu.

Penemuan puluhan makam ini hanya lewat informasi dari beberapa tokoh masyarakat melalui pendekatan spiritual, tanpa didukung kajian ilmiah dan bukti kesejarahan yang ada di sekitar lokasi.

Sekelompok orang yang sedang melakukan pembongkaran makam diduga fiktif di Desa Ngalian, Kecamatan Wadaslintang, Kabupaten Wonosobo
Sekelompok orang yang sedang melakukan pembongkaran makam diduga fiktif di Desa Ngalian, Kecamatan Wadaslintang, Kabupaten Wonosobo (TikTok)

"Kami tidak menemukan bukti sejarah berupa artefak, catatan sejarah, atau dokumen kuno yang bisa mendukung klaim bahwa makam tersebut merupakan situs cagar budaya," ucapnya.

Dalam proses penelusuran, tim menemukan adanya ketidaksesuaian terkait jumlah makam dan nama-nama yang tercantum. 

Selain itu, tidak ada sumber silsilah yang jelas mengenai nama-nama yang didaftarkan.

Lalu waktu pemakaman tokoh-tokoh tersebut juga tidak diketahui secara pasti.

"Pemberian rekomendasi dari sejumlah tokoh hanya didasarkan pada informasi yang tidak lengkap."

"Bahkan beberapa tokoh meminta agar nama mereka dicabut dari daftar pemberi rekomendasi," tambahnya.

Penemuan secara spiritual hanya dapat dianggap sebagai kebenaran subjektif, bukan fakta yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. 

Tim juga menegaskan bahwa persoalan hukum terkait makam ini bukan menjadi tanggung jawab mereka.

"Setelah berkonsultasi dengan instansi terkait dan ahli sejarah, Tim Penelusuran menyimpulkan bahwa Makam Kali Cuthang tidak dapat diakui sebagai penemuan yang sah karena tidak didukung oleh kajian ilmiah," tandasnya.

Sejumlah 78 batu nisan yang terpasang di lokasi tersebut, pada Rabu (28/8/2024), dihancurkan agar masyarakat tidak kembali datang ke makam tersebut untuk berziarah.

© Copyright @2024 LIDEA. All Rights Reserved.