Kisah Kamilah Tiga Tahun jadi Pengrajin Tusuk Sate Tradisional di Cilamaya Karawang
Junianto Hamonangan September 21, 2024 04:31 PM

WARTAKOTALIVE.COM, KARAWANG - Kamilah (31) warga Dusun Karanganyar, Desa Cilamaya, Kecamatan Cilamaya Wetan, Kabupaten Karawang, Jawa Barat baru tiga tahun menjadi pengrajin tusuk sate.

Awalnya dia tak mau menjadi pengrajin tusuk sate karena penghasilannya yang sangat minim.

Akan tetapi, dirinya memutuskan menjadi pengrajin karena meneruskan usaha orangtuanya maupun kakeknya yang lebih dulu menggeluti usaha tersebut.

Apalagi di dusun tempat tinggalnya itu hampir seluruhnya merupakan pengrajin tusuk sate.

Diperkiraan kampung atau dusun Karanganyar sejak tahun 1970 warganya sudah menjadi pengrajin tusuk sate.

Kembali ke Kamila, disela-sela tugasnya sebagai ibu rumah tangga, Kamila membuat tusuk sate dari bahan bambu. Dalam sehari, dirinya mampu mengolah satu bambu menjadi ratusan tusuk sate.

Satu bambu itu dapat menghasilkan 25 iket tusuk sate. Satu ikatnya itu ada sekitar 200 tusuk sate. Sehingga total bisa membuat sekitar 4.800 tusuk sate setiap bambunya.

"Tapi ini proses pembuatannya bisa seharian. Hasil produksinya baru dijual besok harinya," kata Kamila saat ditemui TribunBekasi di Kantor Desa Cilamaya pada Sabtu (21/9/2024).

Dia melanjutkan, satu ikat tusuk sate dijual dengan harga Rp 3.000. Total ada 25 ikat tusuk sate dari satu bambu, sehingga jika terjual semua mendapatkan uang sebesar Rp 75.000.

Jumlah itu masih pendapatan kotor, karena belum dipotong biaya membeli bambu seharga Rp 10-15 ribu dan biaya tambahan pemotongan bambu menjadi kecil-kecil seharga Rp 7.000.

Total modal itu Rp 17-22 ribu per bambu yang menjadi 25 ikat tusuk sate itu. 

"25 ikat dikali Rp 3 ribu itu Rp 75 ribu, dipotong modal ya untung bersihnya kira-kira Rp 53 ribu tapi itu kan dua hari, satu hari proses produksi dan satu hari proses penjualan," kata dia.

Jika ramai orderan, dirinya bisa menghabiskan 15 bambu dalam satu bulan. Akan tetapi jika sepi hanya 5 bambu saja buat bahan pembuatan tusuk sate. 

Pasalnya, kata Kamila, hasil produksi tusuk sate di kampunya hanya dijual di sekitara wilayah Cilamaya saja. Belum sampai dijual ke luar daerah wilayahnya.

Untuk itu, dirinya bersama pengrajin tusuk sate lainnya berharap ada perhatian lebih dari pemerintah daerah, terutama dalam membantu pemasaran produk tusuk sate yang dibuatnya.

"Penghasilnya engga tentu, maka berharap adanya bantuan pemerintah khususnya dibantu pemasarannya," katanya. 

Bantuan Mesin Pembersih Bambu

Kamila dan pengrajin tusuk sate lainnya di Desa Cilamaya mendapatkan bantuan berupa mesin pembersih bambu dari Perkumpulan untuk Peningkatan Usaha Kecil (PUPUK) bersama PT Jawa Satu Power (JSP) melalui program inovatif melalui Livelihood Restoration Project (LERES) baru-baru ini.

Kehadiran mesin itu diharapkan mendorong peningkatan pendapatan masyarakat secara signifikan.

"Ya mudah-mudahan ada mesin bisa jadi lebih cepat produksinya, karena sebelumnya pakai manual. Pakai kaki sama paha pada lecet juga," katanya.

Sementara itu, Kepala Bidang Pemberdayaan UMKM Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Karawang, Agus Jaelani mengaku baru tahu adanya pusat pengrajin tusuk sate di daerah ini.

Untuk itu, pihaknya bakal melaporkan ke pimpinan untuk menyiapkan langkah-langkah dalam pemberian bantuan.

"Saya baru tahu itu ketika diundang acara pemberian bantuan mesin penghalus bambu itu. Tentu kita minta sejumlah sampel tusuk satenya untuk kita bantu dalam pemasarannya," katanya. (MAZ)

© Copyright @2024 LIDEA. All Rights Reserved.