Israel dan Hizbullah Saling Serang Ratusan Rudal, di Ambang Perang Habis-habisan
GH News September 23, 2024 09:08 AM
BEIRUT - Militer Israel dan kelompok Hizbullah Lebanon sudah saling serang ratusan rudal pada hari Minggu, membuat kedua pihak di ambang perang habis-habisan.

Perang habis-habisan terjadi jika militer Zionis meluncurkan invasi darat ke Lebanon seperti yang sudah mereka lakukan di Gaza dalam perang melawan Hamas hingga hari ini.

Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu berjanji untuk melakukan apa pun yang diperlukan guna memulihkan keamanan di wilayah utara negaranya setelah Hizbullah meluncurkan serangan besar.

Serangan kelompok milisi itu sebagai pembalasan atas serangan militer Zionis yang menewaskan para komandan militer Hizbullah di Beirut pada hari Jumat.



Kelompok itu juga menyalahkan Zionis atas ledakan ribuan pager dan walkie-talkie di Lebanon yang menewaskan 32 orang dan melukai ribuan lainnya.

Netanyahu mengatakan Israel dalam beberapa hari terakhir telah memberikan "serangkaian pukulan yang tidak pernah mereka bayangkan kepada Hizbullah" dan menyebutnya sebagai "pesan".

Dia berbicara setelah Hizbullah meluncurkan puluhan hingga ratusan rudal ke pangkalan udara Ramat David di Israel utara, dekat Haifa, Minggu dini hari.

Wakil Sekretaris Jenderal Hizbullah Naim Qassem mengatakan Hizbullah telah memulai fase baru dalam perangnya melawan Israel, yang dia gambarkan sebagai "pertempuran perhitungan yang tak berujung".

Dia berpidato di pemakaman seorang komandan tinggi yang tewas dalam serangan Israel di pinggiran selatan Beirut pada hari Jumat.

Juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih John Kirby mengatakan di acara "This Week" di ABC News bahwa Israel dan Hizbullah harus menahan diri agar konflik tidak meningkat menjadi perang habis-habisan.

"Kami percaya ada cara yang lebih baik...daripada membuka front kedua di sepanjang perbatasan Israel-Lebanon di luar pertempuran Israel yang berlangsung hampir setahun dengan militan Hamas di Gaza," katanya, seperti dikutip AP, Senin (23/9/2024).

"Tidak seorang pun bersikap optimistis (optimistis yang tidak realistis) tentang betapa sulitnya ini," lanjut Kirby.

"Tetapi pihak-pihak yang bertikai harus menarik diri dari pertempuran yang terus berlanjut sehingga ini tidak menjadi perang habis-habisan."

"Kami mengamati dengan penuh perhatian," katanya lagi. "Kami fokus untuk memastikan ini tidak meluas."

Seiring meningkatnya peperangan Israel-Hizbullah, Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi, Filippo Grandi, menunjuk pada konflik yang sedang berlangsung di Suriah dan Yaman, dengan mencatat bahwa wilayah tersebut sudah sangat rapuh.

"Perluasan konflik mungkin memiliki konsekuensi yang tak terhitung," kata Grandi kepada VoA tentang eskalasi di Lebanon minggu ini.

Dia mengatakan PBB, khususnya lembaga-lembaga kemanusiaannya, telah membuat rencana darurat untuk beberapa waktu jika perang menyebar, tetapi tidak seorang pun boleh mengharapkan pekerja kemanusiaan untuk mengatasi semua masalah yang tak terhitung jumlahnya. "Tantangan yang tak terhitung jumlahnya, yang akan muncul dari perang regional yang lebih besar," ujarnya.

Sementara itu, Kirby menolak laporan media AS baru-baru ini bahwa gencatan senjata antara Israel dan Hamas tidak mungkin terjadi sebelum Presiden Joe Biden lengser dari jabatannya pada 20 Januari tahun depan.

"Presiden tidak berada di sana," kata Kirby dalam acara Fox News Sunday. "Masih ada kemungkinan gencatan senjata," ujarnya.

Namun dia mengakui, "Kami tidak mencapai keberhasilan apa pun dalam dua minggu terakhir."
© Copyright @2024 LIDEA. All Rights Reserved.