Pengorbanan Naturalisasi Untuk Bela Negara
Asep Sunandar September 23, 2024 10:24 AM
Semangat patriotisme sebagian besar dimiliki oleh rakyat Indonesia yang hidup sebagai bangsa pejuang, dengan sejarah panjang kemerdekaan demi kebebasan hidup warga negara pada umumnya. Ini tidak terlepas dari para founding parent Indonesia yang berjuang dengan keringat dan darah demi mempertahankan kedaulatan Indonesia sebagai bangsa.
Oleh karena itu tugas kita saat ini adalah untuk mempertahankan hal tersebut dan bahkan lebih lanjut lagi untuk membuat bangsa ini diperhitungkan dalam percakapan warga dunia. Momentum tersebut ada pada Sepak Bola Indonesia, khususnya Timnas Sepak Bola Indonesia yang sering menjadi isu sexy dalam percakapan nasional bahkan dunia.
Dibawah kepemimpinan Ketua Umum PSSI Erick Thohir, beberapa program dibuat dalam berbagai jangka, dengan dasar tentang percepatan pembangunan persepakbolaan nasional, untuk melakukan peningkatan prestasi sepak bola nasional dan internasional, diantaranya melalui:
a. pengembangan bakat;
b.peningkatan jumlah dan kompetensi wasit dan pelatih sepak bola;
c. pengembangan sistem kompetisi berjenjang dan berkelanjutan;
d. pembenahan sistem dan tata kelola sepak bola;
e. penyediaan prasarana dan sarana stadion sepak bola di seluruh Indonesia sesuai standar internasional, dan training center sepak bola; dan
f. mobilisasi pendanaan untuk pengembangan sepak bola nasional.
Erick Thohir sebagai ketua umum PSSI terpilih untuk periode 2023-2027, melakukan sejumlah program kerja, salah satunya akselerasi dengan mencari sejumlah pemain yang memiliki keturunan Indonesia untuk dilakukan proses pemindahan kewarganegaraan atau proses Naturalisasi.
Program ini sebetulnya sudah dilakukan oleh beberapa Ketua Umum sebelumnya, tapi saat ini terus dilakukan untuk menjaga asa Indonesia lolos ke fase akhir kualifikasi dan lolos piala dunia 2026. Program akselerasi ini diharapkan mampu mendrongkak prestasi dan peringkat FIFA.
Seperti gayung bersambut, program akselerasi PSSI ini menemui titik temunya, yaitu meningkatnya peringkat FIFA Indonesia yang saat ini berada pada peringkat 129. Hal ini disebabkan karena meningkatnya performa Timnas, yang sampai saat ini sudah berada pada ronde ke 3 kualifikasi piala dunia zona Asia, dimana hanya Indonesia yang lolos sebagai perwakilan Asia Tenggara.
Namun program Naturalisasi ini mengalami pertentangan dari beberapa pihak. Program ini dinilai bisa memupuskan harapan anak binaan dalam negeri untuk bisa membela tanah kelahirannya, karena tersingkir oleh para pemain yang rata-rata datang dari dataran eropa. Disisi lain, beberapa pihak meragukan rasa bela negara atau cinta negara, karena terlahir dan dibesarkan dalam kultur non Indonesia.
Saat ini para pemain yang melalui proses Naturalisasi diambil melalui jalur keturunan dari keluarga yang berasal dari Indonesia. Ada yang orang tuanya adalah orang Indonesia asli yang menikah dengan warga negara asing, kemudian ada yang nenek atau kakeknya terlahir sebagai orang Indonesia namun menetap di luar Indonesia, sehingga kultur Indonesia masih terjaga dan dilestarikan.
Posisi mereka pun sama dengan orang luar negeri yang menetap dan menikah dengan orang Indonesia, kemudian melahirkan anak di Indonesia, sehingga terlahir sebagai warga negara Indonesia, seperti Amanda Gonzales dn Michael Gonzales yang merupakan anak dari mantan striker Timnas, Christian Gonzales.
Keduanya memiliki hak yang sama untuk memutuskan memilih kewarganegaraan dan hak yang sama juga untuk membela negara yang telah mereka pilih, atau bahkan itu sudah menjadi kewajiban. Hal ini juga tidak bertentangan dengan undang-undang dan tidak juga menyalahi aturan induk sepak bola dunia FIFA, yang justru memberikan jalan untuk melakukan hal ini.
Sebagai warga negara yang sah, mereka mempunyai kewajiban untuk bisa menjelaskan dan mempertegas harkat dan martabat bangsa melalui jalur olahraga. Hal yang mungkin justru tidak dilakukan oleh beberapa orang lainnya yang sudah terlahir dari rahim Indonesia.
Sebagai sesama warga negara, kita patut juga memiliki kewarasan dalam berpikir secara luas dan mendalam. Jika dilihat kebelakang, sudah berapa banyak pengharapan para penduduk sepak bola yang harus pupus karena stagnannya langkah tanah kelahirannya dalam sepak bola, bahkan cenderung mundur. Banyaknya dugaan pengaturan skor antar klub yang membuat berbagai konflik teknis dan non teknis, hingga dugaan sogokan yang masuk saat membela Timnas sudah menjadi bahan pergunjingan warga sepakbola +62.
Sebagai salah satu negara dengan publik gila bola, publik sepak bola Indonesia merasa gundah akan hal itu, karena dapat memicu mudahnya gesekan antar kubu, hingga perselisihan antar pemain dan bahkan klub. Kondisi ini buruk untuk Timnas Indonesia yang diharapkan untuk bisa dibanggakan namun justru sulit berkembang lebih jauh, bahkan dengan sesama negara Asia Tenggarapun masih sulit untuk bersaing.
Publik sepak bola Indonesia saat ini mulai bisa merasakan kebanggan dengan hasil setiap pertandingan timnas, dengan kehadiran para pemain yang melalui proses Naturalisasi. Wujud bela negara dari para pemain yang rata-rata berkarir di eropa ini bisa terlihat dari keputusannya untuk menanggalkan kemudahan yang selama ini didapatkan ketika menjadi warga negara non Asia, yaitu kemudahan untuk berkarir sebagai pemain eropa.
Eropa merupakan kiblat sepakbola dunia dan hampir seluruh pemain sepakbola menginginkan untuk berkarir disana. Tapi untuk menuju hal tersebut tidak mudah, karena aturan pembatasan kuota pemain non eropa diberlakukan dan ketat, sehingga beberapa klub sangat selektif dalam pemilihan pemain.
Dengan memilih Indonesia, artinya mereka sedang mempertaruhkan karir sebagai pesepak bola yang relatif jangka waktunya tidak panjang. Bermain untuk Timnas realtif hanya untuk beberapa event saja dalam kurun satu tahun, tapi untuk bermain untuk klub adalah pekerjaan utama mereka. Belum lagi perjalanan jarak jauh yang harus ditempuh saat melakukan training camp, pertandingan, hingga kembali lagi ke klub yang tentu menguras tenaga.
Jadi inilah adalah salah satu pengorbanan pemain Timnas Indonesia melalui proses Naturalisasi, sebagai dari wujud Bela Negara, dengan mempertaruhkan karirnya sebagai pesepak bola profesional di eropa. Dengan demikian, sudah seharusnya stigmatisasi atau label “Naturalisasi” yang melekat segera dihilangkan, karena sejatinya mereka adalah bagian dari Indonesia sebagai warga negara. (*)
*Tulisan ini merupakan bagian tugas Pelatihan Dasar Bela Negara KDOD LAN Samarinda
© Copyright @2024 LIDEA. All Rights Reserved.